“Aku sungguh tidak menyangka kita akan bertemu seperti ini.”Aria tersenyum dengan kaku pada wanita di depannya yang dulu adalah sahabatnya. Dia tidak bisa menolak ajakan Hanna bertemu di kafe.Hanna masih tersenyum ramah seperti dulu.Namun Aria merasa gelisah teringat hubungan mereka di masa lalu menjadi tidak menyenangkan setelah dia mendengar kebenaran tentang putusnya pertunangan Hanna dan Dario.Hanna membencinya dan pernah mencelakainya membuatnya hampir keguguran. Dia bertanya-tanya apa Hanna masih ingat? Itu membuatnya merasa tidak enak dalam hati.Aria tidak bisa membencinya mengingat Hanna pernah menjadi sahabatnya dan selalu membantunya di kala susah.“Bagaimana kabarmu selama ini? sudah tujuh tahun ya kita tidak bertemu,” kata Hanna dengan nada ringanAria menatapnya mencoba tersenyum. Senyumnya terlihat kaku.“Aku baik-baik saja. Aku tidak melihatmu selama di Capital, kamu tinggal di mana?” dia bertanya basa-basi.Hanna tersenyum ceria padanya, sangat berbeda dengan kebe
“Aku ingin kembali bersama Dario, bisakah kamu membantuku sebagai sahabatku?” Dia menatap Aria dengan penuh harap.Hati Aria jatuh. Tenggorokannya tercekat membuatnya tidak bisa berkata-kata. Matanya melebar menatap Hanna.Hanna melanjutkan kalimatnya tanpa peduli dengan reaksi Aria.“Selama bertahun-tahun tinggal di luar negeri, aku tidak bisa melupakannya dan selalu merindukannya,” ujarnya dengan ekspresi sedih menunduk menatap jari-jari tangannya.“Tapi aku tidak berani kembali ke Capital, karena kupikir kamu dan Dario sudah menikah. Dan aku tidak ingin mengganggu rumah tangga sahabatku.” Dia mengangkat kepalanya menatap Aria sambil tersenyum.“Aku tidak akan berani mengganggu rumah tanggamu jika kamu menikah dengan Dario. Tapi syukurlah ternyata kalian tidak menikah. Hati menjadi ringan.” Dia menatap Aria dengan penuh harap.“Aria kamu tidak membenciku kan?”Hati Aria bergetar gelisah yang semakin menjadi-jadi. Dia ingin menolak permintaan Hanna dan mengatakan bahwa Dario dan dia
Aria menyiapkan makan malam. Sejak dia cuti dia mengambil urusan dapur dan menyiapkan sendiri makan malam sementara anak-anak bermain di ruang tamu dengan ditemani pengasuh.Namun meski Aria sedang memasak, pikirannya melalang buana pada pertemuannya dengan Hanna sore itu.Apa yang harus dia lakukan jika Hanna benar-benar mendekati Dario. apa dia bisa menghentikannya tanpa harus menyakiti Hanna?Hanna adalah sahabat baiknya di masa lalu. Dia banyak membantunya di saat-saat tersulitnya. Namun Aria sudah menyakitinya dengan berselingkuh dengan kekasihnya dan membatalkan pertunangan yang selama ini dia idamkan.“Aww ....” Aria mengaduh sakit merasakan pisau menggiris jarinya. Dia melirik ke bawah melihat jari telunjuknya berdarah teriris pisau yang digunakan untuk mengiris bawang.Perih dijarinya semakin perih terkena bawang. Air mata tergenang di mata Aria saat dia menghisap.Tiba-tiba sebuah lengan memeluknya dari belakang.“Apa yang sedang kamu masak.” Suara Dario berbisik di samping
Bibir bawahnya bergerak di sepanjang bahu putihnya dan menggigit dengan lembut. Salah satu tangannya turun mengelus paha dalam Aria dibalik roknya.Aria bergerak tidak nyaman dan geli. Lututnya lemah dan goyah, dia tanpa sadar mengerang. Aria menghentikan gerakan mengiris bawang, takut akan ceroboh mengiris jarinya lagi akibat rangsangan pria itu membuatnya tidak bisa fokus.“Hentikan, anak-anak masih di ruang tamu.” Dia mendorong dengan pinggulnya dengan enggan.“Kamu yakin?” Dario menggoda menyelinap ke dalam celana dalamnya dan meraba-raba bagian intimnya yang mulai basah.“Kamu basah sayang,” bisiknya menggoda di telinga Aria.Kaki Aria tampak lemas, dia menggigit bibir bawahnya menahan suara erangannya keluar merasakan jari-jari Dario menggelitik bagian intimnya. Aria mencengkeram pinggiran marmer chicken set mencegah tubuhnya goyah.Pipinya memerah saat dia melirik Dario dari ujung matanya sambil mengerucutkan bibirnya.“Aku harus menyiapkan makan malam,” ujarnya lalu melirik ke
“Aria, kamu terlalu polos. Aku mengenal Hanna, dia tidak mencintaiku. Yang dia inginkan adalah status Nyonya Clark,” kata Dario menjelaskannya dengan sabar.“Sekarang sudah tujuh tahun berlalu, cukup baginya melupakan obsesinya menjadi Nyonya. Aku yakin dia menjalin hubungan dengan beberapa pria selama tinggal di luar negeri. Pengaruh keluarganya sudah setara dengan keluarga Clark-ku.”Aria membantah.“Hanna tidak akan berbohong padaku. Dia bahkan memohon padaku agar kamu memaafkannya. Dia terlihat tulus saat itu.”Wajah Dario berkerut tampak tidak senang. Dia menghela napas tidak ingin memperpanjang perdebatannya dengan Aria.“Terserah kamu ingin mempercayainya atau tidak. Akan lebih baik jika kamu menjauhinya. Hanna tidak sesederhana yang kamu pikirkan,” ujarnya memperingatkan Aria.“Bagaimana aku bisa? Aku tidak bisa menjauhinya ketika Hanna mendekatiku. Itu tampak jahat baginya.”Dario menghela napas, agak putus asa dengan kenaifan Aria. Dia begitu cerdas dan tegas saat dia mengha
“Belajar yang rajin dan jangan nakal ya.” Aria mengingatkan si kembar sebelum mengantar mereka pada wali kelas.“Dah, dah ....” si kembar melambai masuk ke dalam sekolah dengan ibu mereka bersama Bibi pengasuh.Aria balas melambai mereka menghilang ke dalam gerbang sekolah sambil menghela napas.Sudah sebulan dia mengambil cuti menjaga si kembar. Sampai saat ini belum ada melakukan sesuatu yang mengancam keselamatan anak-anaknya sejak dia menerima paket berdarah.Mungkin Aria berpikir berlebihan. Tidak ada yang akan menyakiti anak-anaknya, terutama dengan pengawal Dario yang mengawasi dalam bayang-bayang.Aria merasa bosan sejak dia berhenti sejenak dari pekerjaan kantornya.Jenny hanya sesekali menghubungi untuk melaporkan masalah peluncuran Ms. Quinzy. Aria memperkerjakan sebagai kaki tangannya di kantor selagi dia tidak ada.Aria masih memegang posisi ketua Perusahaan Quin meski dia tidak terjun langsung ke lapangan sejak dia memutuskan berhenti sejenak, membiarkan Jenny dan Dario
Namun pemandangan di kantor Dario membuatnya membeku.“Apa yang sedang kalian lakukan?”“Nona Aria!” Haris menyusulnya di belakang, terlambat untuk menghentikannya dan meringis melihat pemandangan di depannya.Aria terpaku menatap lurus ke depan.Di tengah kantor, dia melihat Dario berpelukan mesra dengan seorang wanita.“Hanna?” Aria membeku. Dia tidak menyangka melihat Hanna di kantor Dario dan berpelukan dengan kekasihnya.Dario menoleh dengan cepat dan melepaskan cengkeraman Hanna dari jasnya dengan ekspresi kesal. Dia mendorongnya hingga membuatnya terhuyung sebelum menghampiri Aria dengan cemas.“Sayang jangan salah paham ....”Aria tidak mendengarnya dia menghampiri Hanna.“Apa yang kamu lakukan di sini?”Hanna memperbaiki letak gaunnya yang agak berantakan sebelum berbalik memandang Aria dengan senyum ramah.“Aria, kenapa kamu bertanya seperti itu? Tentu saja aku bertemu dengan mantan tunanganku.”Ari melirik Dario. Wajah pria itu cemberut kesal tampak seseorang membuat marah.
Hanna tiba-tiba tertawa sambil menyilangkan tangannya di depan dada menatap Aria dingin.“Luar biasa, tujuh tabun yang lalu kamu merebut tunanganku. Kemarin kamu mengaku tidak bersama Dario. Apa kamu mempermainkan dan menertawakan aku saat aku memohon padamu?!”Aria tertunduk merasa bersalah dalam hati. Dia mengeratkan pegangannya di lengan Dario.Bagaimana pun, dia tidak ingin kehilangan pria ini, ayah dari anak-anaknya.Dia menatap Hanna dengan tatapan lurus.“Aku tidak permainkan kamu Hanna. Aku tidak mengatakan aku tidak memiliki hubungan dengan Dario,” ujarnya dengan tenang.“Kamu yang menarik kesimpulanmu sendiri hanya agar minta aku membantumu bersama Dario.”Hanna mendengus marah dan mengangkat tangannya untuk menampar Aria.“Beraninya jalang sepertimu—“Aria memejamkan matanya siap mendapat tamparan Hanna.Sebelum tangan Hanna memukulnya, sebuah tangan kekar menangkap tangannya.“Jangan pernah menyentuh wanitaku.” Suara dingin nan berat di sebelahnya memperingatkan wanita itu