Tin! Tin! Tin!Samantha dan Dante hampir terlonjak dari tempat mereka duduk saat suara klakson dari mobil lain mengudara. Keduanya langsung menjauhkan diri dan duduk dengan benar di kursi masing-masing."Uhm, sepertinya kita harus berangkat ke aquarium sekarang," ucap Samantha pelan. Gadis itu mendadak merasa canggung.Dante mengangguk setuju. Pria itu segera menyalakan mesin mobil dan memacu kendaraan roda empat itu keluar dari kawasan hotel. Karena ia ingin berduaan dengan Samantha tanpa ada yang mengganggu, Dante bersikeras ingin menyetir sendiri.Mobil sport berwarna silver itu melesat di jalanan kota menuju aquarium. Tidak ada percakapan khusus yang terjadi di sepanjang jalan. Keduanya banyak diam sambil berusaha menata kembali kewarasan mereka.Jika saja pengendara tadi tidak membunyikan klaksonnya, mungkin perjalanan menuju aquarium hanya akan berakhir menjadi angan-angan. Mereka sibuk mencumbu satu sama lain. Dan kemungkinan besarnya mereka akan berakhir di atas ranjang.Saman
Untuk pertama kalinya Samantha datang ke kantor polisi bukan demi adiknya. Karena kejadian di minimarket, Dante berakhir diamankan di kantor polisi sementara pria asing yang dipukulinya harus dilarikan ke rumah sakit. Kondisi pria itu cukup parah dan Dante tampak tidak merasa bersalah sedikit pun karena melakukan kekerasan pada pria asing tersebut.Namun beruntung Dante bisa segera dibebaskan setelah Jasper datang begitu cepat dan membereskan masalah itu. Sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang kembali ke hotel. Lupakan tentang aquarium karena Samantha sudah kehilangan minat!Samantha menatap ke bawah saat Dante menggenggam tangannya, lalu menoleh ke samping kiri untuk menatap pria itu."Kamu pasti sangat ketakutan. Maafkan aku, seharusnya aku menemanimu sejak awal," ucap Dante. Kali ini ada rasa penyesalan tercetak di wajah pria itu. Nyatanya, Dante lebih merasa menyesal karena tidak menemani Samantha sejak awal masuk ke dalam minimarket dibanding memukuli pria asing itu samp
Samantha baru saja tiba di kediaman keluarga Adams, tetapi ia sudah disambut dengan hal tidak menyenangkan yang membuat suasana hatinya bertambah buruk. Gadis itu menerima sebuah telepon dari adiknya yang meminta sejumlah uang untuk berfoya-foya. Bagaimana reaksi Samantha? Tentu saja ia sangat marah. Ini adalah pertama kalinya Samantha memarahi Elnathan sebab meminta uang kepadanya."Bisakah kamu mencariku karena hal yang lain, Elnathan?! Yang bisa kamu lakukan hanyalah meminta uang atau menyuruhku mendatangimu ke rumah sakit dan kantor polisi! Aku muak Elnathan! Tidakkah kamu mengerti hal itu?!" bentak Samantha pada adiknya.Karena beberapa masalah terus menimpanya, Samantha menjadi sangat sensitif dan tidak sabaran. Maka ketika Elnathan mencarinya dan meminta uang, gadis itu langsung emosi."Sial!" Samantha melempar ponselnya ke atas kasur ketika Elnathan memutuskan panggilan sepihak. Detik berikutnya gadis itu langsung menghempaskan tubuhnya dengan posisi tiarap. Di sana, gadis i
Samantha bertemu dengan Jennifer di ruang makan dan wanita berambut pirang itu terkejut melihat wajah serta leher Samantha terdapat beberapa luka cakar."Apa yang terjadi denganmu, kakak ipar?" tanya Jennifer sambil mengamati wajah gadis itu.Samantha tersenyum simpul. "Bukan apa-apa, Jen. Hanya beberapa kesalahpahaman kecil saat di Portland kemarin."Jennifer Adams mengerutkan kening. "Kesalahpahaman kecil seperti apa yang sampai menimbulkan luka cakar seperti ini?" balasnya heran.Luka cakar yang Jennifer lihat di wajah serta leher Samantha bukan seperti sebuah luka yang timbul akibat kesalahpahaman. Tetapi lebih seperti sebuah penyerangan yang cukup brutal. Meski luka tersebut sudah hampir mengering, namun Jennifer yakin Samantha pasti masih merasakan nyeri.Samantha hendak menjawab, namun gadis itu tertahan ketika Margareth melontarkan pertanyaan kepadanya."Di mana Dante? Apa dia tidak ikut sarapan pagi ini?" tanya wanita paruh baya itu. Sejak tadi matanya berkeliling mencari keb
Samantha hampir memekik nyaring saat mendengar informasi yang disampaikan oleh Jeremiah kepadanya. Kedua mata gadis itu bahkan membulat dengan sempurna. "A-apa? Kamu bilang Elnathan bersama seorang wanita paruh baya dan mereka terlihat sangat mesra?" Samantha mengulangi perkataan Jeremiah untuk kembali meyakinkan bahwa ia tidak salah mendengar. Bahwa sahabatnya itu memang mengatakan hal tersebut beberapa saat yang lalu. "Sayangnya, iya. Apa kamu ingin aku memotretnya untukmu?" tanya Jeremiah. Yah, siapa tahu Samantha mungkin ingin melihat.Samantha mengembuskan napas berat sementara kedua matanya perlahan terpejam. Sungguh! Samantha tidak menduga bahwa adiknya akan melakukan hal semacam itu. "Uhm, tidak. Kamu tidak perlu memotretnya. Aku percaya semua yang kamu katakan barusan," balas gadis itu.Alasan Samantha menolak tawaran Jeremiah untuk memotret Elnathan tentu saja karena gadis itu merasa malu. Meskipun Jeremiah adalah sahabatnya, tetapi Samantha merasa kehilangan muka ketika
Sekujur tubuh Samantha bergetar hebat saat menyaksikan kendaraan roda dua itu menghantam pagar dengan begitu kuat. Samantha pikir hari ini adalah hari terakhirnya berada di dunia. Namun Samantha beruntung sebab masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Yang Maha Kuasa. Sambil mengumpulkan semua keberanian, Samantha menoleh ke belakang untuk memeriksa keadaan. Dan gadis itu kembali dibuat menggigil saat mendapati kondisi sang pengendara sangat mengenaskan. Samantha melangkah mundur sebelum akhirnya jatuh terduduk di jalanan. Orang-orang mulai berdatangan mengelilingi mereka. Seolah waktu berjalan begitu lambat, Samantha melihat semuanya seperti dalam slow motion. Bahkan Samantha tidak bisa bergerak sama sekali, gadis itu diam mematung di tempatnya terduduk tadi. "Dante?" Anehnya, tiba-tiba saja Samantha mendadak melihat suaminya itu berlari ke arahnya. "Mengapa aku berhalusinasi di situasi yang tidak tepat?" Gadis itu kembali bergumam. Samantha merasa sangat keheranan. 'Ada
Samantha baru saja menginjak anak tangga terakhir dan Margareth sudah menyambutnya dengan wajah kaku. Dia tidak tahu apa yang diinginkan ibu mertuanya itu. Tetapi satu hal yang Samantha yakini, Margareth pasti mempunyai alasan khusus menemuinya sekarang."Ikuti aku!" titah Margareth dengan begitu angkuh.Samantha mengangguk pelan. "Baik, Bu," sahutnya kemudian mengekor di belakang wanita paruh baya itu menuju dapur.Setibanya di ruangan tersebut, Samantha melihat Rora berdiri di belakang meja. Gadis itu tidak mengenakan seragam yang biasa ia kenakan saat bekerja. Rora mengenakan pakaian kasual sementara rambutnya dikuncir kuda. "Hey, kamu terlihat cantik," bisik Samantha ketika ia berdiri di samping Rora. Rora tersenyum manis. "Terima kasih, Nyonya Muda," sahutnya begitu sopan.Margareth melipat kedua tangan di dada dan langsung mengumumkan tujuannya membawa Samantha ke mari."Aku ingin kamu mengantarkan kue ke kediaman keluarga Johnson," ucapnya sambil mengayunkan dagu ke arah seb
Dante langsung berdiri dari duduk setelah menerima kabar dari Jasper bahwa Samantha telah menghilang sejak satu jam yang lalu."Apa? Bagaimana bisa dia menghilang padahal hanya diam di rumah?" Suara Dante terdengar berat. Dante tidak tahu jika Samantha menghilang saat dalam perjalanan mengantarkan kue ke kediaman keluarga Johnson atas perintah ibunya. Entah bagaimana pria itu akan bereaksi saat mengetahui hal tersebut nanti. "Aku juga tidak tahu bagaimana kronologinya. Ibumu hanya memintaku untuk menyampaikan berita ini padamu." Jasper mengatakan semua yang ia ketahui.Dante mendengus kasar lalu meraih ponsel di dalam saku untuk menghubungi Samantha. Namun pada detik berikutnya, Dante dibuat mengumpat karena ternyata ponsel Samantha dimatikan."Sial!" Dante menatap Jasper yang duduk di sofa. "Apa kamu yakin dia memang menghilang? Well, siapa tahu mungkin dia hanya pergi ke luar?"Jasper menggaruk pelipisnya dengan pelan. "Jangan bertanya padaku karena aku juga mendengar kabar ini d