Samantha hampir memekik nyaring saat mendengar informasi yang disampaikan oleh Jeremiah kepadanya. Kedua mata gadis itu bahkan membulat dengan sempurna. "A-apa? Kamu bilang Elnathan bersama seorang wanita paruh baya dan mereka terlihat sangat mesra?" Samantha mengulangi perkataan Jeremiah untuk kembali meyakinkan bahwa ia tidak salah mendengar. Bahwa sahabatnya itu memang mengatakan hal tersebut beberapa saat yang lalu. "Sayangnya, iya. Apa kamu ingin aku memotretnya untukmu?" tanya Jeremiah. Yah, siapa tahu Samantha mungkin ingin melihat.Samantha mengembuskan napas berat sementara kedua matanya perlahan terpejam. Sungguh! Samantha tidak menduga bahwa adiknya akan melakukan hal semacam itu. "Uhm, tidak. Kamu tidak perlu memotretnya. Aku percaya semua yang kamu katakan barusan," balas gadis itu.Alasan Samantha menolak tawaran Jeremiah untuk memotret Elnathan tentu saja karena gadis itu merasa malu. Meskipun Jeremiah adalah sahabatnya, tetapi Samantha merasa kehilangan muka ketika
Sekujur tubuh Samantha bergetar hebat saat menyaksikan kendaraan roda dua itu menghantam pagar dengan begitu kuat. Samantha pikir hari ini adalah hari terakhirnya berada di dunia. Namun Samantha beruntung sebab masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Yang Maha Kuasa. Sambil mengumpulkan semua keberanian, Samantha menoleh ke belakang untuk memeriksa keadaan. Dan gadis itu kembali dibuat menggigil saat mendapati kondisi sang pengendara sangat mengenaskan. Samantha melangkah mundur sebelum akhirnya jatuh terduduk di jalanan. Orang-orang mulai berdatangan mengelilingi mereka. Seolah waktu berjalan begitu lambat, Samantha melihat semuanya seperti dalam slow motion. Bahkan Samantha tidak bisa bergerak sama sekali, gadis itu diam mematung di tempatnya terduduk tadi. "Dante?" Anehnya, tiba-tiba saja Samantha mendadak melihat suaminya itu berlari ke arahnya. "Mengapa aku berhalusinasi di situasi yang tidak tepat?" Gadis itu kembali bergumam. Samantha merasa sangat keheranan. 'Ada
Samantha baru saja menginjak anak tangga terakhir dan Margareth sudah menyambutnya dengan wajah kaku. Dia tidak tahu apa yang diinginkan ibu mertuanya itu. Tetapi satu hal yang Samantha yakini, Margareth pasti mempunyai alasan khusus menemuinya sekarang."Ikuti aku!" titah Margareth dengan begitu angkuh.Samantha mengangguk pelan. "Baik, Bu," sahutnya kemudian mengekor di belakang wanita paruh baya itu menuju dapur.Setibanya di ruangan tersebut, Samantha melihat Rora berdiri di belakang meja. Gadis itu tidak mengenakan seragam yang biasa ia kenakan saat bekerja. Rora mengenakan pakaian kasual sementara rambutnya dikuncir kuda. "Hey, kamu terlihat cantik," bisik Samantha ketika ia berdiri di samping Rora. Rora tersenyum manis. "Terima kasih, Nyonya Muda," sahutnya begitu sopan.Margareth melipat kedua tangan di dada dan langsung mengumumkan tujuannya membawa Samantha ke mari."Aku ingin kamu mengantarkan kue ke kediaman keluarga Johnson," ucapnya sambil mengayunkan dagu ke arah seb
Dante langsung berdiri dari duduk setelah menerima kabar dari Jasper bahwa Samantha telah menghilang sejak satu jam yang lalu."Apa? Bagaimana bisa dia menghilang padahal hanya diam di rumah?" Suara Dante terdengar berat. Dante tidak tahu jika Samantha menghilang saat dalam perjalanan mengantarkan kue ke kediaman keluarga Johnson atas perintah ibunya. Entah bagaimana pria itu akan bereaksi saat mengetahui hal tersebut nanti. "Aku juga tidak tahu bagaimana kronologinya. Ibumu hanya memintaku untuk menyampaikan berita ini padamu." Jasper mengatakan semua yang ia ketahui.Dante mendengus kasar lalu meraih ponsel di dalam saku untuk menghubungi Samantha. Namun pada detik berikutnya, Dante dibuat mengumpat karena ternyata ponsel Samantha dimatikan."Sial!" Dante menatap Jasper yang duduk di sofa. "Apa kamu yakin dia memang menghilang? Well, siapa tahu mungkin dia hanya pergi ke luar?"Jasper menggaruk pelipisnya dengan pelan. "Jangan bertanya padaku karena aku juga mendengar kabar ini d
Berbekal informasi lokasi terakhir Samantha berada, yaitu di sebuah lahan parkir umum di salah satu sudut kota ini, Dante meminta Jasper untuk melacak keberadaan gadis itu. Meski sempat mendapatkan sedikit kendala, tetapi mereka berhasil menemukan mobil taksi yang ditumpangi oleh Samantha terekam di kamera keamanan. Sejak awal Samantha memang tidak pernah turun dari kendaraan roda empat itu. Hanya Rora yang terekam turun dari mobil taksi dengan terburu-buru."Sial! Bukankah dia ART yang pernah mengunci Samantha di perpustakaan?" Dante meninju meja ketika melihat Rora muncul di layar. Kecurigaannya tiba-tiba mencuat pada gadis itu. Bahwa sebenarnya Rora ada sangkut pautnya dengan menghilangnya Samantha sekarang."Apa? Benarkah?" tanya Jasper sedikit terkejut. Dante menganggukkan kepala. "Sebenarnya aku pernah ingin memecatnya setelah kejadian itu. Tetapi Samantha memohon padaku untuk memaafkannya. Dan lihat apa yang terjadi sekarang? Gadis ini mungkin saja terlibat dalam insiden me
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Dante beserta tim tiba di lokasi yang cukup dekat dengan tempat Samantha disekap. Usaha Dante untuk menyelamatkan sang istri tidak main-main. Dante menurunkan puluhan anak buahnya untuk melawan para penculik itu. "Anda ingin pergi ke mana, Tuan?" Josh mengulurkan lengan untuk menghalau Dante yang hendak melangkah. Dante menatap kepala pengawal yang selama ini bekerja untuknya dengan tatapan serius. "Apa lagi memangnya? Aku akan masuk dan menyelamatkan istriku!" "Tidak, Tuan. Anda tidak perlu ikut masuk ke sana. Biarkan kami yang masuk dan menyelamatkan istri Anda. Ini adalah pekerjaan kami. Tunggulah di sini dan saya pastikan untuk membawa Nyonya Muda kepada Anda." Dante menggelengkan kepala dengan cepat. Tidakkah Josh tahu bahwa Dante sangat khawatir sekarang? Lihat saja kedua matanya yang bergetar itu! "Tidak, Josh! Aku harus menyelamatkan Samantha. Jangan menghalangiku!" balasnya tegas. "Saya mengerti Anda sangat khawat
Dante tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya sekarang. Meski Samantha berhasil diselamatkan, tetapi kondisi gadis itu cukup memprihatinkan.Sepasang mata abu-abunya kini menatap nanar lantai koridor rumah sakit. Hening. Semua tiba-tiba terasa lenyap di sekitar Dante. Demi Tuhan! Dante menyesali apa yang menimpa Samantha hari ini. Ia kembali gagal melindungi gadis itu dan hal itu membuatnya mengutuk dirinya sendiri.'Mengapa aku selalu gagal melindunginya?'Pertanyaan itu terus berputar di kepala Dante. Kejadian hari ini terasa seperti sebuah pukulan yang menghantamnya dengan begitu keras. Dante merasa tidak berguna."Hey, bagaimana kondisi istrimu?"Suara berat Jasper seketika memecah lamunan Dante. Dengan cepat pria itu mendongak ke atas untuk menatap sekretaris sekaligus sahabat baiknya itu. "Dia sudah mendapatkan perawatan, tetapi masih belum sadar." Suara Dante terdengar lemah seolah semangat di dalam dirinya menghilang entah ke mana.Jasper menganggukkan kepala dengan pel
Bagi Samantha, malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang untuk dilalui. Sedari tadi gadis itu mencoba untuk tidur, tetapi selalu gagal dan berakhir menjadi sangat gelisah. Setiap kali Samantha menutup mata, kilas balik kejadian saat dirinya diculik langsung membayangi pikirannya.Samantha sudah berusaha untuk tenang dan melupakan kejadian buruk yang menimpanya. Namun ingatan itu sudah tertanam di dalam memori dan kini tumbuh menghantuinya.Samantha bergegas duduk dan begitu ketakutan saat mendengar suara langkah kaki Dante yang baru saja keluar dari kamar mandi. Kedua matanya bahkan sampai berkaca-kaca.“Hey, ada apa?” Dante menghampiri Samantha yang duduk ketakutan di atas tempat tidur rumah sakit.Samantha memandangi pria itu dengan wajah pucat serta gelisah. Dalam sekejap air mata sudah jatuh membasahi kedua pipinya. Samantha tampak begitu terguncang sekarang.Bahkan lidahnya terasa kelu dan suaranya tercekat di tenggorokan. Samantha tidak bisa menjawab pertanyaan yang Dante