Samantha beruntung sebab Jeremiah datang tepat waktu dan menyelamatkan gadis itu dari situasi gila yang diciptakan oleh Emily. Jeremiah tampak begitu marah. Berani sekali orang-orang ini menyentuh sahabat kesayangannya!Jeremiah menuntut Emily untuk segera berlutut meminta maaf pada Samantha. Begitu pun dengan wanita yang merampas tas dan hendak melucuti pakaian Samantha. Jeremiah menuntut mereka semua agar meminta maaf pada sahabatnya itu.Sama halnya dengan Dante, Jeremiah Sinclair juga bisa menggila dengan hal-hal yang menyangkut Samantha. Mereka berteman sudah lebih dari satu dekade. Maka dari itu Samantha sangat berharga baginya."Cepat berlutut meminta maaf sekarang juga! Atau aku tidak akan membuat hal ini menjadi mudah!" ancam Jeremiah. Suaranya terdengar berat sementara matanya berkilat memercikkan amarah.Emily memasang wajah angkuh. Wanita itu tidak sudi meminta maaf apalagi sampai berlutut pada Samantha. Bisa hilang harga dirinya jika sampai melakukan hal tersebut.Namun r
Samantha meneguk saliva dengan sedikit payah saat melihat sosok Dante berdiri dari kejauhan. Kedua kakinya mendadak tak bisa melangkah lagi, seolah ada rantai tak kasat mata yang membelit di sana. Ternyata Dante sungguh sudah kembali."Dante ...," seru gadis itu terdengar pelan. Dante melangkah maju dan berhenti tepat di depan Samantha yang berdiri mematung. Tidak ada emosi apa pun di wajahnya. Namun Samantha yakin jika sebenarnya pria itu sedang marah di dalam sana.Dante mengangkat dagu Samantha dengan telunjuknya. "Dasar gadis nakal," ucapnya dengan wajah datar. Dante masih tidak menunjukkan emosi apa pun sama seperti sebelumnya. Membuat Samantha merasa semakin resah sebab Dante bersikap tak seperti biasanya.Sejujurnya Samantha akan merasa lebih baik jika Dante menunjukkan emosi ataupun perasaannya. Diam dan tenang seperti ini jelas bukan gaya pria itu. Setidaknya jika Dante memarahinya, Samantha tidak terlalu merasa bersalah karena melanggar aturan pria tersebut.Dante menurunk
Samantha membulatkan mata dan langsung berdiri dari atas pangkuan Dante. Kedua pipinya seketika berubah menjadi merah. Gadis itu tersipu setelah mendengar ucapan yang baru saja Dante bisikkan di telinganya.“Apa? Jangan konyol! Aku bisa berganti pakaian sendiri. Untuk apa aku meminta bantuanmu?” Samantha menggigit bibir bawahnya dengan cukup keras. Sebisa mungkin menahan diri agar tidak salah tingkah.Dante tersenyum miring. “Tidak perlu malu-malu. Katakan saja jika kamu ingin meminta bantuanku. Aku akan dengan senang hati—” Ucapan Dante tertahan ketika Samantha berlari kabur dari sana.Samantha yakin jika ia tetap berdiri di sana, Dante akan mengucapkan lebih banyak lagi kalimat tak masuk akal. Maka kabur adalah satu-satunya cara untuk menghindari hal tersebut dan demi menyelamatkan dirinya sendiri dari perasaan tersipu.Samantha segera berlari ke kamar mandi setelah mengambil satu buah dres dari dalam lemari. Tidak perlu waktu lama bagi gadis itu untuk berganti pakaian. Samantha kel
Tin! Tin! Tin!Samantha dan Dante hampir terlonjak dari tempat mereka duduk saat suara klakson dari mobil lain mengudara. Keduanya langsung menjauhkan diri dan duduk dengan benar di kursi masing-masing."Uhm, sepertinya kita harus berangkat ke aquarium sekarang," ucap Samantha pelan. Gadis itu mendadak merasa canggung.Dante mengangguk setuju. Pria itu segera menyalakan mesin mobil dan memacu kendaraan roda empat itu keluar dari kawasan hotel. Karena ia ingin berduaan dengan Samantha tanpa ada yang mengganggu, Dante bersikeras ingin menyetir sendiri.Mobil sport berwarna silver itu melesat di jalanan kota menuju aquarium. Tidak ada percakapan khusus yang terjadi di sepanjang jalan. Keduanya banyak diam sambil berusaha menata kembali kewarasan mereka.Jika saja pengendara tadi tidak membunyikan klaksonnya, mungkin perjalanan menuju aquarium hanya akan berakhir menjadi angan-angan. Mereka sibuk mencumbu satu sama lain. Dan kemungkinan besarnya mereka akan berakhir di atas ranjang.Saman
Untuk pertama kalinya Samantha datang ke kantor polisi bukan demi adiknya. Karena kejadian di minimarket, Dante berakhir diamankan di kantor polisi sementara pria asing yang dipukulinya harus dilarikan ke rumah sakit. Kondisi pria itu cukup parah dan Dante tampak tidak merasa bersalah sedikit pun karena melakukan kekerasan pada pria asing tersebut.Namun beruntung Dante bisa segera dibebaskan setelah Jasper datang begitu cepat dan membereskan masalah itu. Sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang kembali ke hotel. Lupakan tentang aquarium karena Samantha sudah kehilangan minat!Samantha menatap ke bawah saat Dante menggenggam tangannya, lalu menoleh ke samping kiri untuk menatap pria itu."Kamu pasti sangat ketakutan. Maafkan aku, seharusnya aku menemanimu sejak awal," ucap Dante. Kali ini ada rasa penyesalan tercetak di wajah pria itu. Nyatanya, Dante lebih merasa menyesal karena tidak menemani Samantha sejak awal masuk ke dalam minimarket dibanding memukuli pria asing itu samp
Samantha baru saja tiba di kediaman keluarga Adams, tetapi ia sudah disambut dengan hal tidak menyenangkan yang membuat suasana hatinya bertambah buruk. Gadis itu menerima sebuah telepon dari adiknya yang meminta sejumlah uang untuk berfoya-foya. Bagaimana reaksi Samantha? Tentu saja ia sangat marah. Ini adalah pertama kalinya Samantha memarahi Elnathan sebab meminta uang kepadanya."Bisakah kamu mencariku karena hal yang lain, Elnathan?! Yang bisa kamu lakukan hanyalah meminta uang atau menyuruhku mendatangimu ke rumah sakit dan kantor polisi! Aku muak Elnathan! Tidakkah kamu mengerti hal itu?!" bentak Samantha pada adiknya.Karena beberapa masalah terus menimpanya, Samantha menjadi sangat sensitif dan tidak sabaran. Maka ketika Elnathan mencarinya dan meminta uang, gadis itu langsung emosi."Sial!" Samantha melempar ponselnya ke atas kasur ketika Elnathan memutuskan panggilan sepihak. Detik berikutnya gadis itu langsung menghempaskan tubuhnya dengan posisi tiarap. Di sana, gadis i
Samantha bertemu dengan Jennifer di ruang makan dan wanita berambut pirang itu terkejut melihat wajah serta leher Samantha terdapat beberapa luka cakar."Apa yang terjadi denganmu, kakak ipar?" tanya Jennifer sambil mengamati wajah gadis itu.Samantha tersenyum simpul. "Bukan apa-apa, Jen. Hanya beberapa kesalahpahaman kecil saat di Portland kemarin."Jennifer Adams mengerutkan kening. "Kesalahpahaman kecil seperti apa yang sampai menimbulkan luka cakar seperti ini?" balasnya heran.Luka cakar yang Jennifer lihat di wajah serta leher Samantha bukan seperti sebuah luka yang timbul akibat kesalahpahaman. Tetapi lebih seperti sebuah penyerangan yang cukup brutal. Meski luka tersebut sudah hampir mengering, namun Jennifer yakin Samantha pasti masih merasakan nyeri.Samantha hendak menjawab, namun gadis itu tertahan ketika Margareth melontarkan pertanyaan kepadanya."Di mana Dante? Apa dia tidak ikut sarapan pagi ini?" tanya wanita paruh baya itu. Sejak tadi matanya berkeliling mencari keb
Samantha hampir memekik nyaring saat mendengar informasi yang disampaikan oleh Jeremiah kepadanya. Kedua mata gadis itu bahkan membulat dengan sempurna. "A-apa? Kamu bilang Elnathan bersama seorang wanita paruh baya dan mereka terlihat sangat mesra?" Samantha mengulangi perkataan Jeremiah untuk kembali meyakinkan bahwa ia tidak salah mendengar. Bahwa sahabatnya itu memang mengatakan hal tersebut beberapa saat yang lalu. "Sayangnya, iya. Apa kamu ingin aku memotretnya untukmu?" tanya Jeremiah. Yah, siapa tahu Samantha mungkin ingin melihat.Samantha mengembuskan napas berat sementara kedua matanya perlahan terpejam. Sungguh! Samantha tidak menduga bahwa adiknya akan melakukan hal semacam itu. "Uhm, tidak. Kamu tidak perlu memotretnya. Aku percaya semua yang kamu katakan barusan," balas gadis itu.Alasan Samantha menolak tawaran Jeremiah untuk memotret Elnathan tentu saja karena gadis itu merasa malu. Meskipun Jeremiah adalah sahabatnya, tetapi Samantha merasa kehilangan muka ketika