Dante menekan ibu jari di dahinya sambil sesekali mendesah dengan kasar. Dante tak habis pikir. Lagi-lagi Samantha ditimpa masalah dan sekarang gadis itu harus kembali ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Padahal luka sebelumnya masih belum sembuh, tetapi Samantha sudah mendapatkan luka baru. Dan yang paling membuat Dante jengkel setengah mati adalah di mana Samantha dengan begitu mudah memaafkan kedua wanita yang menjadi pelaku penyerangan terhadapnya. Dante sudah menghubungi tim hukumnya untuk menuntut kedua wanita itu. Namun Samantha malah memohon padanya agar melepaskan dan memilih untuk berdamai. Tidakkah Samantha tahu bagaimana cara kerjanya? Setidaknya orang-orang seperti itu harus dihukum untuk memberi efek jera! Tapi, ah sudahlah, Dante kehabisan kata-katanya. “Bisakah kamu duduk, Dante? Kamu membuatku pusing melihatmu terus mondar-mandir seperti itu,” kata Jasper yang merasa tidak tahan lagi. Sudah dua puluh menit sejak Dante melakukan hal itu. Dante terus mondar-ma
Terdengar suara ketukan beberapa kali sebelum akhirnya pintu terbuka karena seseorang mendorongnya. Dante langsung melemparkan pandangan ke sana dan mendapati Jasper datang dengan sekotak kue di tangannya. Dante menghampiri Jasper yang duduk di sofa setelah pria itu meletakkan kotak kue ke atas meja. Jasper tampak kelelahan sebab harus berkeliling ke beberapa toko kue hingga akhirnya mendapatkan lemon cake. Kalau saja bukan Dante yang menyuruh, Jasper tidak akan mau membuang waktunya melakukan hal tersebut.“Apa kamu ingin makan kue ini sekarang?” tanya Dante sambil menatap Samantha. Gadis itu mengangguk antusias. Tentu saja ia ingin memakan kue itu sekarang! Samantha sudah cukup bersabar menunggu Jasper datang membawakan kue tersebut untuknya. Dante mengambil sepotong lemon cake dan meletakkannya ke atas piring kecil. Memberikannya pada Samantha yang tampak antusias mengulurkan tangannya untuk menerima piring berisi lemon cake tersebut. “Terima kasih!” seru gadis itu. Samantha me
Dante segera menjauhkan wajahnya saat mendengar suara ketukan pada pintu. Siapa lagi yang datang kali ini? Sambil mendesah sedikit kasar, Dante melangkah mendekati pintu dan membukanya. Untuk sepersekian detik lamanya Dante hanya diam memperhatikan tiga orang yang berdiri di depannya itu. Suasana hatinya mendadak buruk. Dante tidak mengharapkan ketiga orang itu berada di sini sekarang. “Tuan Dante Adams, maaf mengganggu waktu Anda. Kami datang ke mari untuk meminta maaf sekali lagi dengan tulus pada Anda dan istri Anda.” Sean Daley mengumumkan.Dante menatap Sean Daley—si Manajer Umum—sekilas, lalu menatap kedua wanita yang sedari tadi hanya diam sambil menundukkan kepala. Detik berikutnya Dante kembali mendesah kasar karena amarahnya kembali memercik di dalam sana. Perutnya mendadak mual melihat kedua wanita yang sebelumnya menyerang Samantha berdiri di hadapannya. “Masuklah!” sahut Dante setelah berpikir beberapa saat. Dante segera membalik tubuhnya dan melangkah mendatangi Saman
Setelah dirawat selama satu malam di rumah sakit, keesokan paginya Samantha memohon pada Dante agar segera membawanya pulang kembali ke hotel. Sejak awal Samantha merasa jika keputusan Dante yang bersikeras agar dirinya dirawat di rumah sakit sudah salah. Samantha hanya mengalami luka ringan, tetapi Dante bersikap seolah-olah gadis itu baru saja mengalami kecelakaan besar dan kondisinya sangat parah."Ayolah, Dante. Aku lebih senang beristirahat di dalam kamar hotel daripada di sini." Samantha memohon dengan suara memelas sambil menempelkan kedua telapak tangannya.Dante mengamati gadis itu dengan seksama. Selain luka cakar yang kemerahan, wajah Samantha yang sebelumnya tampak pucat sudah terlihat segar pagi ini. "Baiklah, aku akan membawamu pulang hari ini."Samantha langsung tersenyum semringah ketika Dante mengabulkan permohonannya. "Terima kasih, Dante!" seru gadis itu merasa sangat senang.Dante pun melangkah keluar dari ruangan untuk mengurus administrasi kepulangan. Setelah
Saat ini Samantha berada di sebuah kedai kopi yang terletak di samping hotel tempatnya menginap. Samantha hanya duduk sambil menikmati secangkir kopi dan kue. Jelas hal seperti ini tidak termasuk melanggar aturan, bukan?Dante memang melarangnya pergi jalan-jalan. Tetapi Dante tidak pernah menyebutkan bahwa Samantha juga dilarang duduk di kedai kopi dan bersantai. Jika menurut persepsi Samantha, kedua hal itu jelas berbeda dan ia tidak melanggar aturan sama sekali.“Astaga, semua kue ini sangat lezat!” seru gadis itu. Samantha meraih ponsel dan membuka kamera. Setelah mengatur tata letak cangkir dan piring kue, gadis itu segera membidik hal tersebut dengan kamera ponselnya.“Yeah, sempurna!” Samantha menatap puas hasil foto yang ia tangkap.Mulanya Samantha ingin membagikan momen tersebut di salah satu akun media sosialnya, tetapi ia urungkan saat tiba-tiba teringat Dante mungkin akan melihat. Meskipun meyakini dirinya tidak melanggar aturan, namun Samantha tidak ingin Dante mengetah
Samantha berusaha mengatur napas ketika ia berhasil berdiri di depan Jeremiah Sinclair. Ya! Sosok pria yang sedari tadi ia kejar adalah sahabatnya itu. Samantha sungguh tidak menduga akan bertemu dengan Jeremiah di sini. "Astaga, aku terkejut saat kamu memanggilku. Kupikir aku sedang berhalusinasi tadi. Hey! Apa yang terjadi padamu? Apa kamu mendapat kekerasan dalam rumah tangga?!" Jeremiah sangat terkejut saat melihat kondisi sahabat baiknya itu. Beberapa lama mereka tidak bertemu. Dan sekarang ia melihat Samantha dalam kondisi yang cukup memprihatinkan."Uhm, sebenarnya aku sedang terburu-buru. Bagaimana jika kamu ikut bersamaku? Kamu bisa menceritakan soal ini di sana." Pria itu menambahkan.Samantha bergumam panjang. Namun belum sempat gadis itu menjawab, Jeremiah mengacungkan telunjuknya ke salah satu bangunan yang berada tak jauh dari mereka."Aku harus ke sana untuk memeriksa sesuatu. Ayo, cepat ikuti aku!" kata pria itu. Dilihat dari bagaimana pria itu melangkah, Samantha pe
Samantha beruntung sebab Jeremiah datang tepat waktu dan menyelamatkan gadis itu dari situasi gila yang diciptakan oleh Emily. Jeremiah tampak begitu marah. Berani sekali orang-orang ini menyentuh sahabat kesayangannya!Jeremiah menuntut Emily untuk segera berlutut meminta maaf pada Samantha. Begitu pun dengan wanita yang merampas tas dan hendak melucuti pakaian Samantha. Jeremiah menuntut mereka semua agar meminta maaf pada sahabatnya itu.Sama halnya dengan Dante, Jeremiah Sinclair juga bisa menggila dengan hal-hal yang menyangkut Samantha. Mereka berteman sudah lebih dari satu dekade. Maka dari itu Samantha sangat berharga baginya."Cepat berlutut meminta maaf sekarang juga! Atau aku tidak akan membuat hal ini menjadi mudah!" ancam Jeremiah. Suaranya terdengar berat sementara matanya berkilat memercikkan amarah.Emily memasang wajah angkuh. Wanita itu tidak sudi meminta maaf apalagi sampai berlutut pada Samantha. Bisa hilang harga dirinya jika sampai melakukan hal tersebut.Namun r
Samantha meneguk saliva dengan sedikit payah saat melihat sosok Dante berdiri dari kejauhan. Kedua kakinya mendadak tak bisa melangkah lagi, seolah ada rantai tak kasat mata yang membelit di sana. Ternyata Dante sungguh sudah kembali."Dante ...," seru gadis itu terdengar pelan. Dante melangkah maju dan berhenti tepat di depan Samantha yang berdiri mematung. Tidak ada emosi apa pun di wajahnya. Namun Samantha yakin jika sebenarnya pria itu sedang marah di dalam sana.Dante mengangkat dagu Samantha dengan telunjuknya. "Dasar gadis nakal," ucapnya dengan wajah datar. Dante masih tidak menunjukkan emosi apa pun sama seperti sebelumnya. Membuat Samantha merasa semakin resah sebab Dante bersikap tak seperti biasanya.Sejujurnya Samantha akan merasa lebih baik jika Dante menunjukkan emosi ataupun perasaannya. Diam dan tenang seperti ini jelas bukan gaya pria itu. Setidaknya jika Dante memarahinya, Samantha tidak terlalu merasa bersalah karena melanggar aturan pria tersebut.Dante menurunk