Dante segera menjauhkan wajahnya saat mendengar suara ketukan pada pintu. Siapa lagi yang datang kali ini? Sambil mendesah sedikit kasar, Dante melangkah mendekati pintu dan membukanya. Untuk sepersekian detik lamanya Dante hanya diam memperhatikan tiga orang yang berdiri di depannya itu. Suasana hatinya mendadak buruk. Dante tidak mengharapkan ketiga orang itu berada di sini sekarang. “Tuan Dante Adams, maaf mengganggu waktu Anda. Kami datang ke mari untuk meminta maaf sekali lagi dengan tulus pada Anda dan istri Anda.” Sean Daley mengumumkan.Dante menatap Sean Daley—si Manajer Umum—sekilas, lalu menatap kedua wanita yang sedari tadi hanya diam sambil menundukkan kepala. Detik berikutnya Dante kembali mendesah kasar karena amarahnya kembali memercik di dalam sana. Perutnya mendadak mual melihat kedua wanita yang sebelumnya menyerang Samantha berdiri di hadapannya. “Masuklah!” sahut Dante setelah berpikir beberapa saat. Dante segera membalik tubuhnya dan melangkah mendatangi Saman
Setelah dirawat selama satu malam di rumah sakit, keesokan paginya Samantha memohon pada Dante agar segera membawanya pulang kembali ke hotel. Sejak awal Samantha merasa jika keputusan Dante yang bersikeras agar dirinya dirawat di rumah sakit sudah salah. Samantha hanya mengalami luka ringan, tetapi Dante bersikap seolah-olah gadis itu baru saja mengalami kecelakaan besar dan kondisinya sangat parah."Ayolah, Dante. Aku lebih senang beristirahat di dalam kamar hotel daripada di sini." Samantha memohon dengan suara memelas sambil menempelkan kedua telapak tangannya.Dante mengamati gadis itu dengan seksama. Selain luka cakar yang kemerahan, wajah Samantha yang sebelumnya tampak pucat sudah terlihat segar pagi ini. "Baiklah, aku akan membawamu pulang hari ini."Samantha langsung tersenyum semringah ketika Dante mengabulkan permohonannya. "Terima kasih, Dante!" seru gadis itu merasa sangat senang.Dante pun melangkah keluar dari ruangan untuk mengurus administrasi kepulangan. Setelah
Saat ini Samantha berada di sebuah kedai kopi yang terletak di samping hotel tempatnya menginap. Samantha hanya duduk sambil menikmati secangkir kopi dan kue. Jelas hal seperti ini tidak termasuk melanggar aturan, bukan?Dante memang melarangnya pergi jalan-jalan. Tetapi Dante tidak pernah menyebutkan bahwa Samantha juga dilarang duduk di kedai kopi dan bersantai. Jika menurut persepsi Samantha, kedua hal itu jelas berbeda dan ia tidak melanggar aturan sama sekali.“Astaga, semua kue ini sangat lezat!” seru gadis itu. Samantha meraih ponsel dan membuka kamera. Setelah mengatur tata letak cangkir dan piring kue, gadis itu segera membidik hal tersebut dengan kamera ponselnya.“Yeah, sempurna!” Samantha menatap puas hasil foto yang ia tangkap.Mulanya Samantha ingin membagikan momen tersebut di salah satu akun media sosialnya, tetapi ia urungkan saat tiba-tiba teringat Dante mungkin akan melihat. Meskipun meyakini dirinya tidak melanggar aturan, namun Samantha tidak ingin Dante mengetah
Samantha berusaha mengatur napas ketika ia berhasil berdiri di depan Jeremiah Sinclair. Ya! Sosok pria yang sedari tadi ia kejar adalah sahabatnya itu. Samantha sungguh tidak menduga akan bertemu dengan Jeremiah di sini. "Astaga, aku terkejut saat kamu memanggilku. Kupikir aku sedang berhalusinasi tadi. Hey! Apa yang terjadi padamu? Apa kamu mendapat kekerasan dalam rumah tangga?!" Jeremiah sangat terkejut saat melihat kondisi sahabat baiknya itu. Beberapa lama mereka tidak bertemu. Dan sekarang ia melihat Samantha dalam kondisi yang cukup memprihatinkan."Uhm, sebenarnya aku sedang terburu-buru. Bagaimana jika kamu ikut bersamaku? Kamu bisa menceritakan soal ini di sana." Pria itu menambahkan.Samantha bergumam panjang. Namun belum sempat gadis itu menjawab, Jeremiah mengacungkan telunjuknya ke salah satu bangunan yang berada tak jauh dari mereka."Aku harus ke sana untuk memeriksa sesuatu. Ayo, cepat ikuti aku!" kata pria itu. Dilihat dari bagaimana pria itu melangkah, Samantha pe
Samantha beruntung sebab Jeremiah datang tepat waktu dan menyelamatkan gadis itu dari situasi gila yang diciptakan oleh Emily. Jeremiah tampak begitu marah. Berani sekali orang-orang ini menyentuh sahabat kesayangannya!Jeremiah menuntut Emily untuk segera berlutut meminta maaf pada Samantha. Begitu pun dengan wanita yang merampas tas dan hendak melucuti pakaian Samantha. Jeremiah menuntut mereka semua agar meminta maaf pada sahabatnya itu.Sama halnya dengan Dante, Jeremiah Sinclair juga bisa menggila dengan hal-hal yang menyangkut Samantha. Mereka berteman sudah lebih dari satu dekade. Maka dari itu Samantha sangat berharga baginya."Cepat berlutut meminta maaf sekarang juga! Atau aku tidak akan membuat hal ini menjadi mudah!" ancam Jeremiah. Suaranya terdengar berat sementara matanya berkilat memercikkan amarah.Emily memasang wajah angkuh. Wanita itu tidak sudi meminta maaf apalagi sampai berlutut pada Samantha. Bisa hilang harga dirinya jika sampai melakukan hal tersebut.Namun r
Samantha meneguk saliva dengan sedikit payah saat melihat sosok Dante berdiri dari kejauhan. Kedua kakinya mendadak tak bisa melangkah lagi, seolah ada rantai tak kasat mata yang membelit di sana. Ternyata Dante sungguh sudah kembali."Dante ...," seru gadis itu terdengar pelan. Dante melangkah maju dan berhenti tepat di depan Samantha yang berdiri mematung. Tidak ada emosi apa pun di wajahnya. Namun Samantha yakin jika sebenarnya pria itu sedang marah di dalam sana.Dante mengangkat dagu Samantha dengan telunjuknya. "Dasar gadis nakal," ucapnya dengan wajah datar. Dante masih tidak menunjukkan emosi apa pun sama seperti sebelumnya. Membuat Samantha merasa semakin resah sebab Dante bersikap tak seperti biasanya.Sejujurnya Samantha akan merasa lebih baik jika Dante menunjukkan emosi ataupun perasaannya. Diam dan tenang seperti ini jelas bukan gaya pria itu. Setidaknya jika Dante memarahinya, Samantha tidak terlalu merasa bersalah karena melanggar aturan pria tersebut.Dante menurunk
Samantha membulatkan mata dan langsung berdiri dari atas pangkuan Dante. Kedua pipinya seketika berubah menjadi merah. Gadis itu tersipu setelah mendengar ucapan yang baru saja Dante bisikkan di telinganya.“Apa? Jangan konyol! Aku bisa berganti pakaian sendiri. Untuk apa aku meminta bantuanmu?” Samantha menggigit bibir bawahnya dengan cukup keras. Sebisa mungkin menahan diri agar tidak salah tingkah.Dante tersenyum miring. “Tidak perlu malu-malu. Katakan saja jika kamu ingin meminta bantuanku. Aku akan dengan senang hati—” Ucapan Dante tertahan ketika Samantha berlari kabur dari sana.Samantha yakin jika ia tetap berdiri di sana, Dante akan mengucapkan lebih banyak lagi kalimat tak masuk akal. Maka kabur adalah satu-satunya cara untuk menghindari hal tersebut dan demi menyelamatkan dirinya sendiri dari perasaan tersipu.Samantha segera berlari ke kamar mandi setelah mengambil satu buah dres dari dalam lemari. Tidak perlu waktu lama bagi gadis itu untuk berganti pakaian. Samantha kel
Tin! Tin! Tin!Samantha dan Dante hampir terlonjak dari tempat mereka duduk saat suara klakson dari mobil lain mengudara. Keduanya langsung menjauhkan diri dan duduk dengan benar di kursi masing-masing."Uhm, sepertinya kita harus berangkat ke aquarium sekarang," ucap Samantha pelan. Gadis itu mendadak merasa canggung.Dante mengangguk setuju. Pria itu segera menyalakan mesin mobil dan memacu kendaraan roda empat itu keluar dari kawasan hotel. Karena ia ingin berduaan dengan Samantha tanpa ada yang mengganggu, Dante bersikeras ingin menyetir sendiri.Mobil sport berwarna silver itu melesat di jalanan kota menuju aquarium. Tidak ada percakapan khusus yang terjadi di sepanjang jalan. Keduanya banyak diam sambil berusaha menata kembali kewarasan mereka.Jika saja pengendara tadi tidak membunyikan klaksonnya, mungkin perjalanan menuju aquarium hanya akan berakhir menjadi angan-angan. Mereka sibuk mencumbu satu sama lain. Dan kemungkinan besarnya mereka akan berakhir di atas ranjang.Saman