"Mungkin, aku yang di sana sudah mati sehingga kehidupanku dimulai lagi di sini." Ucap Gloriana sambil memakan kue sus krim yang dibuat oleh koki terbaik kerajaan.
"Tapi apa yang telah aku perbuat sebelumnya sampai-sampai di kehidupan ini aku bisa merasakan surga seperti ini." Lanjutnya sebelum meminum teh hangat yang telah disajikan. "Kerajaan cukup besar nan damai, lalu aku adalah satu-satunya anak dari raja. Betapa beruntungnya aku. Apa ini adalah bayaran dari segala penderita dari kehidupan sebelumnya?" Meskipun tidak begitu pintar dalam ilmu geografis ataupun sejarah namun Ashriana yang telah berubah nama menjadi Gloriana yakin kalau tidak ada kerajaan bernama Deux di kehidupannya dahulu. Ini adalah dunia dengan realitas dan sejarah yang berbeda. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa penyihir kerajaan dan juga sosok mengerikan seperti Raja Iblis. Untungnya saat ini sosok tersebut sudah tidak ada karena 20 tahun yang lalu seorang pahlawan telah mengalahkannya. "Kalau Raja iblis itu masih ada, aku pasti berpikir kalau kehadiranku disini untuk mengalahkannya seperti yang ada di cerita-cerita fiksi." Dunia ini terlihat seperti dunia fantasi yang sering ia baca di dalam dongeng ataupun cerita novel. Namun anehnya, ia tidak memiliki tujuan ataupun alasan yang membuat dirinya bisa sampai berada di sini. "Apa yang dari tadi kau gumamkan, Gloria?!" Tiba-tiba suara yang tidak asing terdengar ditelinga putri kerajaan. "Mama!" Ucapnya kaget setelah melihat sumber dari suara yang berada di sampingnya. "Ha?!" "Tidak. Maksudku, Bunda Ratu. Senang bertemu dengan Anda." Gloria berdiri dan melebarkan bagian roknya kemudian sedikit menundukkan badan. Posisinya itu adalah posisi untuk memberikan salam yang biasanya para bangsawan wanita lakukan satu sama lainnya. "Sudah aku bilang berhenti memanggilku mama dan mulailah menerapkan etika bangsawan." Gloriana memang sudah diajarkan berbagai macam etika sedari lahir, ia juga bisa menerapkannya. Hanya saja kebiasaan selama 25 tahun di kehidupan lamanya membuatnya sering tidak sengaja melakukan kesalahan. Ia juga bisa merasakan Kesulitan disini, kesulitan yang ia alami membuat dirinya yakin kalau alam ini bukanlah surga namun juga sepertinya bukanlah neraka. "Baik, akan aku lakukan. Ngomong-ngomong, hal apa yang membawa Bunda Ratu menemui diriku?" "Oh, soal itu." Ratu Mariana duduk di kursi yang ada di samping putrinya. Ketika Ratu tersebut duduk, seketika pelayan langsung menuangkan teh hangat ke sebuah cangkir dan menaruh ke hadapannya. "Apa ayahmu bertanya sesuatu kepadamu?" Gloriana memandang wajah Ibunya dengan seksama. Nampak pigmen kulit pipinya sedikit memerah yang menandakan kalau ibunya tersipu malu. Gloriana mengerti maksud dari pertanyaan tersebut. Minggu depan adalah hari ulang tahun ratu dan biasanya raja kerajaan ini akan menanyakan atau meminta saran tentang hadiah untuk sang istri kepada Gloriana, putri mereka. "Memangnya ada yang Bunda Ratu inginkan?" Gloriana bertanya balik kepada ibunya. "Tidak ada. Jika ia ingat hari ulang tahunku saja aku sudah senang." Gadis 13 tahun itu hanya bisa tersenyum mendengar jawaban dari ibunya. Rasanya tidak mungkin seorang raja melupakan hari lahir seorang ratu dan jika ia melupakannya maka semua ajudan pasti akan mengingatkan, sebab keharmonisan rumah tangga kerajaan adalah sesuatu yang begitu berharga. Namun Gloriana berpikir kalau itu mungkin saja terjadi jika raja tersebut adalah ayahnya yang pelupa dan penggila kerja. "Kalau begitu biarkan aku yang meminta kepadanya." "Jangan!" Ucap ratu kemudian meminum sedikit teh miliknya lalu berdiri. "Aku menginginkan makanan laut." Lanjutnya sebelum akhirnya pergi meninggalkan Gloriana. Kerajaan ini tidak memiliki laut sebab itu makanan laut yang segar rasanya hampir mustahil bisa dimakan di sini saat musim panas sedang berlangsung. Meskipun begitu beberapa kali Raja membeli ikan dan berbagai makhluk laut yang diawetkan dengan es batu hasil dari sihir penyihir kerajaan lain. Sebab itu makanan laut yang segar saat ini harganya jauh lebih mahal dibandingkan berlian atau biaya untuk membangun sebuah taman penuh bunga. "Aku juga ingin makan ikan." Ucap Gloriana dengan lantang sesaat setelah sosok ibunya menghilangkan dari pandangan. Dirinya teringat dengan kehidupannya dahulu yang mudah sekali memakan ikan tanpa memikirkan musim. "Tuan putri, sudah waktunya untuk kelas berdansa." Seorang pelayan berkata kepada tuan putri kerajaannya dengan harapan kalau tuan putri tersebut segera bergegas memenuhi kewajiban yang harus dilaksanakan. Meskipun begitu tuan putri kerajaannya tidak peduli dan berkata dengan santai. "Aku mau pergi ke pusat kota." "Tidak Putri, hari ini Anda tidak boleh pergi ke sana." "Memangnya kenapa?" "Sebab guru Anda sedang menunggu di kelas dansa." "Kalau soal itu kan kau bisa beralasan." Meskipun usia asli dirinya hidup sudah mencapai 38 tahun akan tetapi Gloriana terkadang bertingkah layaknya anak kecil. Selain untuk menghilangkan kecurigaan tentang dirinya, hal itu juga disebabkan oleh ego yang muncul akibat dari orang tua dan pelayan yang selalu memanjakannya. "Bukankah kelas sebelumnya juga Anda sudah beralasan sakit pinggang. Anak kecil mana yang beralasan sakit pinggang. Hari ini, Anda tidak bisa beralasan lagi. Jika Tuan Putri Gloriana beralasan maka Bunda Ratu akan datang dan menyeret Tuan Putri untuk ke kelas dansa." "Berlin, apa kau tidak ingin pergi ke kota bersamaku?" Wajahnya memelas mengharapkan lawan bicaranya menuruti apa keinginannya. "Saya ingin tetapi saya tidak ingin kena omel kepala pelayan jika tidak membawa Anda ke kelas saat ini juga. Mohon pengertiannya." Berlin, pelayan pribadi Gloriana yang usianya hanya terpaut 3 tahun lebih tua. Karena ia pelayan wanita yang paling muda membuat Gloriana lebih suka berbicara dengan dirinya dibandingkan dengan pelayan lainnya. "Baiklah, aku akan pergi ke sana." "Aku mencintaimu Tuan Putri." Begitulah kehidupan baru dari Gloriana berjalan. Meskipun terlihat damai dan mewah namun ia memiliki tanggung jawab yang harus ia pikul nantinya. Saat ini, ia sedang mempersiapkan hal tersebut. Mengingat bisa saja tahta kerajaan ini jatuh kepadanya kalau memang tidak ada perubahan dalam politik kerajaan, sebab ia adalah satu-satunya keturunan dari raja. ... Harusnya ia menjadi satu-satunya keturunan dari raja sebelum sebuah fakta terungkap beberapa hari sebelum pesta hari kelahiran ratu Kerajaan Deux. Sebuah kabar sedang hangat dibicarakan di dalam maupun luar istana. Kabar tentang raja yang memiliki anak lain dari seorang wanita yang dirahasiakan. Satu hari sebelum hari kelahiran ratu kabar itu dikonfirmasi langsung oleh raja dengan membawa anak tersebut masuk ke dalam istana. Ternyata benar, ia memiliki putri lain sebelum Gloriana lahir. Raja itu berkata kalau pada awalnya ia tidak tahu kalau ia memiliki anak lain namun kini ia mengetahuinya. Setelah kabar miring tersebut adalah sebuah kenyataan, ratu murka kepada raja dan memutuskan untuk pisah ranjang dengannya. Mulai dari sini, kehidupan keluarga kerajaan yang tadinya damai menjadi tidak lagi harmonis. Pesta hari lahir ratu menjadi tidak menyenangkan. ... "Gloria, sudah aku bilang jangan kau pedulikan anak haram itu. Apa kau tidak mendengarkan Ibu?" Ratu berkata kepada Gloriana tepat di depan dari orang yang ia sebut sebagai anak haram. "Memangnya apa salahnya, Bunda Ratu? Walaupun tidak sah tapi Kak Bella tetaplah kakakku." Gloriana membantah apa yang diserukan oleh ibunya. "Kau ini! sejak kapan kau berani membantah kata-kata ibumu." Ratu menarik tangan Gloriana dan membawanya pergi menjauhi Bella, anak yang telah diakui oleh suaminya sendiri. "Sebagai seorang Putri Mahkota Kerajaan Deux, kau harus menjaga harkat dan martabat ...." Kemudian ceramah dari ibunya berlangsung sepanjang perjalanan. Kejadian seperti ini sudah sering terjadi dalam kurun waktu sebulan semenjak Bella dibawa masuk ke Istana kerajaan. Meskipun akan diomeli hingga mulut ibunya berbusa, Gloriana akan mengulangi lagi perbuatannya di keesokan harinya. Hal ini ia lakukan secara sadar sebab ia tahu kalau Bella merasa kesepian saat berada dilingkungan istana. Seluruh pegawai istana pasti akan mengucilkan dirinya yang merupakan alasan keretakan dalam kehidupan keluarga kerajaan. Sebab itu Gloriana sering menemuinya untuk memberikan kesan agar pegawai kerajaan tidak memusuhinya. Apalagi rambut hitam yang berbeda dengan sang raja membuat kesan kalau sebenarnya ia bukanlah anak sesungguhnya dari Raja Hernes. Ibu dari gadis itu telah meninggal yang membuatnya mau tidak mau menemui ayahnya yang seorang raja. Setelah seorang bangsawan membawa surat dari ibunya, akhirnya raja tersebut mengakui kalau itu anaknya. Dirinya yang berada disini bukanlah sebuah kesalahan jadi ia tidak pantas mendapatkan cemoohan ataupun perlakuan kasar lainnya. Gloriana adalah orang pertama yang melindunginya di dalam istana ini bahkan ketika raja sendiri tidak terlalu peduli dengannya. "Riana, apa kau tidak takut diomeli lagi oleh ratu jika menemuiku?" Tanya Bella kepada Gloriana, beberapa jam setelah Gloriana di seret paksa oleh Ibunya. "Buat apa takut dimarahi oleh Bunda Ratu! dari umur 5 tahun aku sudah sering merasakan amarahnya. Dari pada itu, apa Kakak tertarik dengan buku ini?" Itu adalah buku novel bercerita tentang cinta putri dan kstaria yang ditentang oleh seorang raja tiran yang sangat kejam. "Apa kau ingin membacakannya untukku?" "Aku akan sekalian mengajarimu cara membacanya." Balas Gloriana dengan tersenyum. Begitulah kehidupan istana Gloriana berubah. Raja dan ratu sudah tidak lagi harmonis seperti dulu tetapi karena kestabilan politik mereka tidak berpisah. Meskipun tiap hari melarang anaknya untuk bermain dengan Bella, ratu tidak melakukan hal yang kejam kepadanya. Jiwa keibuan yang ia miliki nampaknya jauh lebih kuat dibandingkan rasa benci terhadap suaminya. Kehidupan seperti itu berlangsung hingga kini, hingga usia Gloriana mencapai 18 dan Bella mencapai 19 tahun. Usia yang cukup untuk menikah. Saat itu juga sebuah surat datang dari Kekaisaran Brigard. Sebuah negeri yang terkenal karena kekuatan militernya yang sangat kuat dan juga kaisar kejam yang semena-mena. Isi dari surat tersebut adalah ajakan pertemanan antar kerajaan dengan cara pernikahan politik. Sayangnya dalam surat juga dijelaskan meskipun ini adalah pernikahan politik namun belum tentu ia akan menjadi seorang permaisuri sebab mekanisme menjadi permaisuri di kekaisaran Brigard ditentukan oleh rakyatnya sendiri."Apa Ayahanda tidak bisa menolaknya saja?" Gadis berambut panjang berwarna pirang bertanya kepada ayahnya di ruangan kerja Sang Raja. "Akan banyak rugi dibandingkan untung jika aku menolaknya. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli dengan untungnya tapi jika aku tolak maka akan terjadi perang antar kedua kerajaan. Sebagai seorang raja, itulah yang paling aku hindari. Lagipula kekaisaran itu adalah kekaisaran yang berhasil mengalahkan pasukan raja iblis rasanya akan sulit untuk menang perang dari mereka dan aliansinya." "Tapi tetap saja aku tidak mau Kak Bella pergi ke kerajaan bar-bar seperti itu." "Pernikahannya akan menjadi balas budi karena selama ini ia telah diberikan hidup yang layak. Untungnya dalam surat tidak ada nama putri mana yang kaisar itu lamar. Sebenarnya aku takut jika namamu yang tertera dalam surat itu, anakku." Perkataan dari raja sama sekali tidak membuat Gloriana senang ataupun tenang. Ia tidak bisa membiarkan kakaknya pergi ke kandang para serigala yang lapar na
Raja berdiri dari tempat duduknya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh anaknya sendiri. Seluruh orang seperti tidak akan percaya dengan apa yang dikatakan oleh putri kerajaan mereka. Meskipun begitu Gloriana tidak menyesali apa yang ia katakan barusan. "APA YANG KAU KATAKAN!" Suara Raja Hernes menggelegar di seluruh penjuru ruangan yang sunyi. "Aku yang memodifikasi makanan itu agar lebih enak, aku tidak tahu kalau itu malah menjadi racun." Itu adalah sebuah kebohongan yang membuat hati raja begitu sedih dan kecewa. Jika tidak ada seorangpun yang melihat dirinya sebagai raja bermartabat maka air mata pasti akan keluar dari ujung kelopak mata pria paruh baya tersebut. "Prajurit, bawa gadis ini ke penjara." Ucap Raja Hernes dengan lemas untuk memberikan keputusan atas kasus percobaan meracuni Putra Mahkota Kerajaan Deux. Prajurit yang tadinya mengawal Gloriana langsung membawa paksa orang yang mereka kawal itu untuk pergi ke sel penjara istana. Raja tertegun layu meratapi apa y
Berjalan kemudian duduk dengan tegang dan menatap dokumen yang ada dihadapannya. Beberapa detik kemudian ia bangkit dan mondar-mandir lagi. Wajah tegang dan rasa gelisah Bella sudah berlangsung sejak Gloriana masuk ke dalam penjara. Perilaku yang ia tunjukkan adalah buntut dari rasa bersalah atas apa yang diam-diam ia lakukan dibelakang adiknya. "Putri Bella, ada surat untuk anda." Seorang pelayan masuk ke dalam ruangan yang membuat perhatian Bella tertuju kepadanya. "Dari siapa?" Tanya Bella kepada pelayan tersebut. "Tidak ada nama pengirimnya tapi di sini tertera kalau surat ini di tunjukkan kepada anda." "Berikan kepadaku." Ucap Bella yang membuat pelayan tersebut segera memberikan sebuah amplop surat kepadanya. Amplop berwarna merah dengan nama Bella Von Deux sebagai tujuan penerimanya. Sepertinya surat itu bukanlah surat resmi sebab tidak ada lambang keluarga atau instansi apapun di perekat lilin yang digunakan untuk menutup surat. Mengambil sebuah pisau lalu menyobek perek
Bella berjalan menyusuri lorong istana untuk menuju ke ruangan raja. Meskipun niat dan langkahnya yakin namun wajah serta tubuhnya bergetar diselimuti oleh ketakutan yang begitu hebat. Bagaimana jika hukuman untuknya bukan hanya mendekam di dalam penjara menggantikan adiknya saja namun malah menjadi hukuman yang lebih parah dari pada itu.Sambil memikirkan nasib kepalanya yang bisa saja hilang sebagai skenario terburuk, Bella akhirnya sampai di depan ruangan raja. Ia mendekati seorang penjaga pintu untuk meminta izin kepadanya terlebih dahulu sebelum benar-benar diizinkan bertemu dengan sosok paling penting di kerajaan ini."Yang Mulia, Putri Anda Bella Von Deux meminta izin untuk bertemu dengan anda." Ucap penjaga tersebut dari luar pintu ruangan dengan volume suara yang begitu keras.Raja yang mendengar apa yang dikatakan oleh penjaganya memberikan izinnya untuk permintaan tersebut. Pintu dibuka oleh penjaga lain yang berada di dalam ruangan, secara perlahan Bella menampakan diri mem
"Orang itu benar-benar memiliki perilaku yang buruk." Raja Hernes menundukkan kepalanya sedangkan lengan kanannya sibuk memijat jidatnya yang berkedut dengan cepat. "Bagaimana mungkin seorang kaisar memilih kriminal sebagai istrinya?" Ucapnya lagi dengan nada rendah."Justru karena tuan putri memiliki catatan kriminal maka ia jadi lebih tertarik kepadanya. Kaisar itu memang sudah tidak memiliki kewarasan." Miguel membalas pertanyaan rajanya, meskipun tidak ada keharusan untuk menjawab pertanyaan itu."Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin putriku, Gloriana pergi ke sana." Mata sang raja nampak kosong dan putus asa saat mengatakan keinginan dirinya yang sebenarnya.Miguel hanya diam termenung sebab ia tidak bisa membalas apa yang kali ini diinginkan oleh rajanya. Semua konstruksi jalan keluar yang ia pikirkan putus di sebuah skenario di mana negari ini akan diserang oleh Kekaisaran Brigard. "Apa kita berperang saja dengan mereka.""Yang Mulia! Ketahuilah kalau ucapan dan pem
Sejak dahulu, ketika masih bernama Ashriana, dirinya memang tidak menyukai perjalanan jauh yang memakan banyak waktu. Saat di dunia asalnya dulu, ia akan mengeluh hanya karena perjalan 3 hari menggunakan bus yang berjalan di aspal mulus. Maka sekarang ini, dalam perjalanan 3 bulan menggunakan kereta kuda yang berjalan di atas jalanan yang tidak rata seperti akan membunuh mental dan fisik putri tersebut."Ah, sial. Pantatku sakit. Bantal duduk yang kau buat bahkan sudah tipis sekarang." Ucap Gloriana kemudian menghembuskan nafasnya panjang-panjang."Putri, meskipun hanya ada saya di sini tapi Anda tetap dilarang berbicara kasar dan vulgar seperti tadi." Balas seorang pelayan yang duduk menghadap ke Gloriana."Memangnya kenapa? Aku mengatakan hal seperti itu karena tahu kalau cuma ada kau yang mendengarnya, Berlin."Meskipun sudah mendapatkan pemecatan sebelumnya, namun pelayan bernama Berlin Linbert tetap dibawa oleh Gloriana untuk pergi bersamanya ke Kekaisaran Brigard. Pasalnya, hukum
Jika ada yang bertanya tentang musuh terbesar bagi umat manusia, sekiranya jawaban seperti apa yang akan diberikan untuk menjawab pertanyaan itu? Alam semesta atau kaum iblis? Terkadang itu memang benar tapi itu bukanlah jawaban yang sempurna. Sebab jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut adalah manusia itu sendiri.Manusia menjadi musuh terberat bagi umat manusia. Lebih tepatnya, apa yang ada di dalam diri manusia. Iri, amarah, malas, sombong, tamak, rakus dan nafsu. Dalam sejarah panjang umat manusia, ke-tujuh sifat tersebut telah berhasil membinasakan manusia yang tak terhitung jumlahnya."Putri, kenapa Anda malah tidur lagi di dalam kamar mandi." Ucap Berlin, seorang pelayan yang sedang terburu-buru memasangkan gaun berwarna merah kepada gadis berwajah datar dengan mata yang tertutup."Habisnya, air panasnya sangat pas sekali. Aku jadi nyaman dan kalah dari rasa malas serta hawa nafsuku." Balas putri berambut pirang bernama Gloriana."Ah, tidak ada waktu. Putri, Anda dalam masa
Satu saja kesalahan lagi maka negeri yang paling ia sayangi bisa saja hancur tak berbekas. Meskipun begitu, setelah memperhatikan kondisi orang yang ada di depannya, Gloriana memiliki rencana untuk keluar dari masalah yang begitu genting ini. Memang benar ia telah merusak makan malam tapi keadaan akan berbalik jika ia bisa memberi sesuatu hal yang lebih menguntungkan bagi Kaisar. Kantung mata kaisar cukup besar dan berwarna hitam, sepertinya ia sudah tidak tidur beberapa hari. Saat ini dibandingkan dengan makan, menutup mata untuk tertidur adalah sesuatu yang lebih dibutuhkan oleh tubuhnya.Sebab itu Gloriana masuk ke dalam sebuah kamar bersama dengan pria tersebut. Sebab, dirinya ingin membuat kaisar tertidur dan melupakan kesalahan yang telah ia perbuat."Lepaskan pakaianmu." Kaisar Elder mengatakan hal yang membuat Gloriana terdiam beberapa saat, dirinya mulai menyadari jalur dari rentetan kejadian yang akan datang.Kenapa jadi begini, apa kita berdua akan melakukan hal itu? Pikirn
Ruangan ini memang tidak didesain untuk ditinggali oleh 13 orang dewasa. Sebagai gambaran, sofa yang digunakan untuk bersantai hanya cukup menampung maksimal empat orang saja sedangkan bangku dari meja makan tidak diperuntukkan lebih dari dua orang.Sebenarnya bisa saja mengambil banyak bangku dari luar tapi karena mereka datang tanpa peringatan membuat Gloriana tidak bisa menyiapkan kebutuhan yang mereka semua butuhkan. Alhasil hanya Selir Gloriana, Victoria, Alice dan Charlotte yang duduk di sofa sedangkan yang lainnya berdiri tegak membuat dua barisan yang berbeda."Hoi! kenapa kalian semua datang ke kamar Ayunda Gloriana." Alice lantang berbicara dengan wajah kesalnya."Diam kau gadis kecil! Aku ke sini karena ada yang ingin aku bicarakan dengan Adinda Gloriana tapi tidak disangka ada rombongan ular yang ikut sampai ke sini." ucap Victoria sambil melototkan matanya ke arah Charlotte."Siapa yang kau sebut rombongan ular? Kami datang ke sini dengan niat baik untuk menanyakan kondis
"Ayunda Gloriana, bolehkah aku berbicara denganmu." Nada gadis itu pelan dan terdengar tertahan. Beberapa saat sebelumnya, Gloriana mendengar pintu diketuk dari luar. Karena tidak ada pelayan yang berjaga membuat dirinya sendiri yang harus membuka pintu itu. Seorang gadis berkuncir dua berwarna coklat bernama Alice berada di luar bangunan kamarnya dengan sedikit kecemasan di wajahnya. "Kalau ingin berbicara, lebih baik di dalam saja." Kata Gloriana mempersilahkan gadis itu memasuki wilayahnya. Alice duduk di sofa sedangkan Gloriana pergi ke tungku dan menaruh teko pemanas air yang sudah disiapkan oleh Berlin sebelumnya. "Aku mohon maaf jika kemarin kau ke sini dan tidak menemukanku." Kata Gloriana sambil menunggu air itu berbunyi pertanda telah matang. "Tidak! aku yang sebenarnya harus meminta maaf kepadamu. Kemarin aku tidak datang ke sini untuk mencarimu, aku tidak datang di saat kau butuh seseorang di sampingmu. Aku memikirkan diri sendiri dan takut bertemu denganmu. Aku ben
"Apa kau memiliki cara untuk mengirim surat ini?" Gloriana memberikan pertanyaan setelah menuliskan rangkaian kata formal di atas secarik kertas.Ini pertama kalinya Gloriana mengirimkan surat sejak tinggal di dalam istana Harem milik kekaisaran. Biasanya surat dikirimkan dengan burung pengantar pesan atau tukang pos yang rentan waktunya jauh lebih lama sampai ke tujuan. Hubungan dengan Marquis Hendrik masih harus ia tutupi demi menghindari narasi kesalahpahaman yang bisa saja terjadi sebab belum resminya hubungan antar mereka berdua. Jadi tidak mungkin menggunakan burung pengantar pesan yang bisa dilihat oleh siapa saja saat diterbangkan, namun jika menggunakan tukang pos maka surat itu mungkin baru sampai saat pikiran Marquis Hendrik sudah berubah."Gront akan membawanya keluar dari istana Harem dan mengirimkannya dengan burung dari kantor pos." Jawab Berlin memberikan solusi dari permasalahan yang terjadi."Brilian, kalau begitu tolong berikan kepadanya."Pelayan itu diserahkan se
"Apa yang kau katakan barusan?" Gloriana bertanya kepada Berlin setelah rentetan kalimat panjang sebagai laporan atas pertemuannya dengan Marquis Hendrik."Marquis Hendrik berkata akan membantu Anda untuk menjadi permaisuri." Balasnya dengan cepat."Itu akan kita bahas nanti, namun yang ingin aku tanyakan adalah perkataanmu sebelum itu.""Oh, bagian yang mengatakan kalau isu meracuni adik Anda bermula dari wilayah Selir Victoria?""Ya, bagian itu. Apa itu benar?""Tuan Hendrik mengatakan kalau informasinya tidak mungkin salah. Lagipula setelah apa yang Anda lakukan di pesta penyambutan, saya rasa tidak mengherankan jika Selir Victoria melakukan hal semacam ini kepada Anda."Mata Gloriana berputar, dirinya tidak menyangka kalau kejahilan kecil yang ia lakukan di pesta akan mendapatkan balasan yang nyaris menghilangkan banyak nyawa termasuk nyawanya sendiri. Dirinya kembali diingatkan oleh keadaan bahwasanya orang yang memiliki kuasa itu memang menakutkan."Aku tidak menyangka kalau wan
Laju nafasnya terengah-engah seperti dirinya telah berlari berkilo-kilo meter panjangnya tanpa berhenti sama sekali. Wanita itu merasa sangat lelah juga penat dan sedikit sakit di berbagai bagian tubuhnya namun anehnya muncul perasaan menyenangkan di dalam hatinya. Perasaan itu adalah penggambaran dari rasa kepuasan, perasaan puas lain yang sebelumnya tak pernah ia rasakan dalam batinnya. Kali ini, pada momen ini untuk pertamanya kalinya dirinya merasakan hal ini. Sebenarnya dirinya bukanlah seseorang yang selalu mendapatkan kesulitan hingga akhirnya baru merasakan rasa puas di dalam diri. Sejak kecil ia telah merasakan berbagai macam dari kepuasan. Kepuasan yang berasal dari makanan atau hiburan bahkan kepuasan batin atas pemenuhan sifat egois di dalam dirinya, namun kali ini berbeda. Untuk pertama kalinya ia merasakan kepuasan hasil dari sebuah hubungan yang dilakukan oleh sepasangan manusia dewasa. Selama satu putaran penuh jarum panjang bergerak, mereka berdua melakukannya
Punggung tangannya merasakan sensasi dari kelembutan bibir seorang pria. Wajah kaget ditunjukan oleh pelayan dan prajurit yang melihat kejadian itu di depan mata mereka namun bagi wanita bernama Gloriana, apa yang dilakukan oleh pria ini hanyalah salam yang biasa dilakukan sesama bangsawan dari kerajaan asalnya.Sejak tinggal di kekaisaran, ini pertama kalinya seorang pria melakukan salam dengan mencium punggung tangan miliknya. Itu sedikit mengejutkan namun yang lebih mengejutkan untuknya adalah sensasi lain selain bibir yang kulitnya rasakan. Sensasi dari selembar kertas kecil yang menyelip diantar kedua tangan mereka berdua."Apa cara saya sudah benar dalam memberikan salam seperti orang-orang di Kerajaan Deux?" Ucap Hendrik dengan ragu sambil melepaskan genggaman tangannya dengan perlahan."Cara Anda melakukan salam sangat sempurna ..." Setelah dilepasnya jari-jari Hendrik dari tangannya, Gloriana menggenggam kertas itu dengan erat agar tidak disadari siapapun. Gloriana menyadari
"Baiklah Gloriana, kini hanya ada kau dan aku di sini. Sekarang katakan, apa yang sebenarnya ingin kau capai dengan melakukan hal berani seperti tadi?"Setelah gagal dilaksanakannya eksekusi mati untuk para terdakwa dari kasus penyebaran berita palsu, rombongan kaisar kembali ke istana kaisar dengan kereta kuda sambil membawa Selir Gloriana bersama mereka. Ini pertama kalinya Gloriana pergi ke istana kaisar, ia begitu takjub dengan kemegahan yang memanjakan matanya hingga tidak menyadari kalau dirinya sedang digiring masuk ke sebuah ruangan agar hanya berduaan saja dengan kaisar."Seperti yang saya katakan sebelumnya. Saya ingin mereka tidak dihukum mati demi ketenangan batin saya. Jika tadi Anda menghukum mereka dan diluar dugaan saya masih memiliki nafas untuk melanjutkan hidup maka saya yakin kalau saya yang itu bukanlah diri saya yang sebenarnya lagi." Balas Gloriana dengan lurus sesuai kata hatinya."Kau tidak hanya menginginkan itu, bukan? Katakan Gloriana, apa kau ingin menjadi
Matahari hampir tenggelam, seorang laki-laki terduduk dalam ruangan dengan kertas yang menggunung dihadapannya. Tepian bawah pada matanya menghitam, mulutnya menguap namun otak miliknya tetap kukuh tidak mau tertidur. Semalaman penuh dia berkeliling kamar istana Harem untuk mendatangi sosok bidadarinya satu persatu. Bukan karena ingin melakukan hal yang erotis namun malah menyuruh wanita-wanita cantik itu menceritakan berbagai kisah menyenangkan sembari dirinya merebahkan tubuh menutup mata. Sayangnya, setiap ia menutup matanya bukannya tergambarkan kisah yang diceritakan namun malah muncul gambaran menyeramkan tentang bagaimana kematian datang menghampiri dirinya. "Tuanku, hari ini Marquis Hendrik de Frontia dijadwal untuk sampai ke ibu kota." Seorang ajudan muda, terlihat seumuran dengan kaisar berucap memberikan laporan. "Ah, orang itu. Katakan aku akan menemuinya besok. Untuk sekarang, coba panggilkan seseorang yang sangat ahli dalam bercerita." "Apa Anda kesulitan untuk t
Membuka buku, membaca kalimatnya sebentar lalu menutupnya kembali. Berjalan-jalan kecil lalu duduk dengan tegang. Untuk pertama kalinya semenjak ia tinggal di kekaisaran Brigard ia mengharapkan seorang laki-laki datang ke kamarnya."Apa saya sudah bisa kembali ke kamar saya, Putri?" Tanya Berlin yang memperhatikan tingkah was-was dari atasannya itu."Tidak. Malam ini kau tidur di kamar ini." Balas Gloriana dengan tegas."Tapi bukankah nanti kaisar akan ke kamar ini. Saya hanya akan jadi pengganggu Anda dan kaisar.""Kalau ia nanti datang dan menyuruh kau pergi, paling tidak kau sudah benar-benar mendapatkan perlindungan darinya. Makanya untuk sekarang lebih baik kau tetap diam di sini."Berlin tidak lagi mendebat. Hatinya juga berkata kalau itu langkah logis yang benar-benar akan membuat nyawanya aman dari ancaman."Jika boleh bertanya, memangnya apa yang ingin Anda minta kepada kaisar?""Aku akan meminta pengampunan nyawa untuk mereka dan memberikan kebenaran dari kasus itu yang sesu