"Apa kau memiliki cara untuk mengirim surat ini?" Gloriana memberikan pertanyaan setelah menuliskan rangkaian kata formal di atas secarik kertas.Ini pertama kalinya Gloriana mengirimkan surat sejak tinggal di dalam istana Harem milik kekaisaran. Biasanya surat dikirimkan dengan burung pengantar pesan atau tukang pos yang rentan waktunya jauh lebih lama sampai ke tujuan. Hubungan dengan Marquis Hendrik masih harus ia tutupi demi menghindari narasi kesalahpahaman yang bisa saja terjadi sebab belum resminya hubungan antar mereka berdua. Jadi tidak mungkin menggunakan burung pengantar pesan yang bisa dilihat oleh siapa saja saat diterbangkan, namun jika menggunakan tukang pos maka surat itu mungkin baru sampai saat pikiran Marquis Hendrik sudah berubah."Gront akan membawanya keluar dari istana Harem dan mengirimkannya dengan burung dari kantor pos." Jawab Berlin memberikan solusi dari permasalahan yang terjadi."Brilian, kalau begitu tolong berikan kepadanya."Pelayan itu diserahkan se
"Ayunda Gloriana, bolehkah aku berbicara denganmu." Nada gadis itu pelan dan terdengar tertahan. Beberapa saat sebelumnya, Gloriana mendengar pintu diketuk dari luar. Karena tidak ada pelayan yang berjaga membuat dirinya sendiri yang harus membuka pintu itu. Seorang gadis berkuncir dua berwarna coklat bernama Alice berada di luar bangunan kamarnya dengan sedikit kecemasan di wajahnya. "Kalau ingin berbicara, lebih baik di dalam saja." Kata Gloriana mempersilahkan gadis itu memasuki wilayahnya. Alice duduk di sofa sedangkan Gloriana pergi ke tungku dan menaruh teko pemanas air yang sudah disiapkan oleh Berlin sebelumnya. "Aku mohon maaf jika kemarin kau ke sini dan tidak menemukanku." Kata Gloriana sambil menunggu air itu berbunyi pertanda telah matang. "Tidak! aku yang sebenarnya harus meminta maaf kepadamu. Kemarin aku tidak datang ke sini untuk mencarimu, aku tidak datang di saat kau butuh seseorang di sampingmu. Aku memikirkan diri sendiri dan takut bertemu denganmu. Aku ben
Ruangan ini memang tidak didesain untuk ditinggali oleh 13 orang dewasa. Sebagai gambaran, sofa yang digunakan untuk bersantai hanya cukup menampung maksimal empat orang saja sedangkan bangku dari meja makan tidak diperuntukkan lebih dari dua orang.Sebenarnya bisa saja mengambil banyak bangku dari luar tapi karena mereka datang tanpa peringatan membuat Gloriana tidak bisa menyiapkan kebutuhan yang mereka semua butuhkan. Alhasil hanya Selir Gloriana, Victoria, Alice dan Charlotte yang duduk di sofa sedangkan yang lainnya berdiri tegak membuat dua barisan yang berbeda."Hoi! kenapa kalian semua datang ke kamar Ayunda Gloriana." Alice lantang berbicara dengan wajah kesalnya."Diam kau gadis kecil! Aku ke sini karena ada yang ingin aku bicarakan dengan Adinda Gloriana tapi tidak disangka ada rombongan ular yang ikut sampai ke sini." ucap Victoria sambil melototkan matanya ke arah Charlotte."Siapa yang kau sebut rombongan ular? Kami datang ke sini dengan niat baik untuk menanyakan kondis
Tumpukan kertas yang tingginya membuat botol air mineral 1,5 liter yang ada disampingnya seperti tidak ada apa-apanya. Kertas-kertas itu bertuliskan dengan banyaknya angka-angka dan beragam tabel serta diagram. Itu adalah kertas-kertas yang membuat banyak kepala pekerja berkedut-kedut pusing hanya dengan melihatnya. Namun bukan itu yang membuat seorang wanita muda khawatir, melainkan sebuah jam dinding yang harum pendeknya menunjuk angka 10 saat langit diluar jendela sudah penuh dengan bintang-bintang. "Ah, sial. Aku harus lembur lagi. Padahal kemarin malam hanya dapat tidur satu jam." Katanya dengan pelan sambil membenamkan wajahnya ke permukaan meja yang ada di hadapannya. Ashriana Pertiwi, wanita berusia 25 tahun yang sudah genap 2 tahun menjalani pekerjaannya sebagai akuntan di sebuah perusahaan. Kacamata besar dan rambut yang dipotong pendek adalah penampilan yang ia anggap paling nyaman untuk pekerjaannya. Padahal jika boleh memilih ia lebih menyukai rambut panjang yang bisa
"Mungkin, aku yang di sana sudah mati sehingga kehidupanku dimulai lagi di sini." Ucap Gloriana sambil memakan kue sus krim yang dibuat oleh koki terbaik kerajaan. "Tapi apa yang telah aku perbuat sebelumnya sampai-sampai di kehidupan ini aku bisa merasakan surga seperti ini." Lanjutnya sebelum meminum teh hangat yang telah disajikan. "Kerajaan cukup besar nan damai, lalu aku adalah satu-satunya anak dari raja. Betapa beruntungnya aku. Apa ini adalah bayaran dari segala penderita dari kehidupan sebelumnya?" Meskipun tidak begitu pintar dalam ilmu geografis ataupun sejarah namun Ashriana yang telah berubah nama menjadi Gloriana yakin kalau tidak ada kerajaan bernama Deux di kehidupannya dahulu. Ini adalah dunia dengan realitas dan sejarah yang berbeda. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa penyihir kerajaan dan juga sosok mengerikan seperti Raja Iblis. Untungnya saat ini sosok tersebut sudah tidak ada karena 20 tahun yang lalu seorang pahlawan telah mengalahkannya. "Kalau
"Apa Ayahanda tidak bisa menolaknya saja?" Gadis berambut panjang berwarna pirang bertanya kepada ayahnya di ruangan kerja Sang Raja. "Akan banyak rugi dibandingkan untung jika aku menolaknya. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli dengan untungnya tapi jika aku tolak maka akan terjadi perang antar kedua kerajaan. Sebagai seorang raja, itulah yang paling aku hindari. Lagipula kekaisaran itu adalah kekaisaran yang berhasil mengalahkan pasukan raja iblis rasanya akan sulit untuk menang perang dari mereka dan aliansinya." "Tapi tetap saja aku tidak mau Kak Bella pergi ke kerajaan bar-bar seperti itu." "Pernikahannya akan menjadi balas budi karena selama ini ia telah diberikan hidup yang layak. Untungnya dalam surat tidak ada nama putri mana yang kaisar itu lamar. Sebenarnya aku takut jika namamu yang tertera dalam surat itu, anakku." Perkataan dari raja sama sekali tidak membuat Gloriana senang ataupun tenang. Ia tidak bisa membiarkan kakaknya pergi ke kandang para serigala yang lapar na
Raja berdiri dari tempat duduknya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh anaknya sendiri. Seluruh orang seperti tidak akan percaya dengan apa yang dikatakan oleh putri kerajaan mereka. Meskipun begitu Gloriana tidak menyesali apa yang ia katakan barusan. "APA YANG KAU KATAKAN!" Suara Raja Hernes menggelegar di seluruh penjuru ruangan yang sunyi. "Aku yang memodifikasi makanan itu agar lebih enak, aku tidak tahu kalau itu malah menjadi racun." Itu adalah sebuah kebohongan yang membuat hati raja begitu sedih dan kecewa. Jika tidak ada seorangpun yang melihat dirinya sebagai raja bermartabat maka air mata pasti akan keluar dari ujung kelopak mata pria paruh baya tersebut. "Prajurit, bawa gadis ini ke penjara." Ucap Raja Hernes dengan lemas untuk memberikan keputusan atas kasus percobaan meracuni Putra Mahkota Kerajaan Deux. Prajurit yang tadinya mengawal Gloriana langsung membawa paksa orang yang mereka kawal itu untuk pergi ke sel penjara istana. Raja tertegun layu meratapi apa y
Berjalan kemudian duduk dengan tegang dan menatap dokumen yang ada dihadapannya. Beberapa detik kemudian ia bangkit dan mondar-mandir lagi. Wajah tegang dan rasa gelisah Bella sudah berlangsung sejak Gloriana masuk ke dalam penjara. Perilaku yang ia tunjukkan adalah buntut dari rasa bersalah atas apa yang diam-diam ia lakukan dibelakang adiknya. "Putri Bella, ada surat untuk anda." Seorang pelayan masuk ke dalam ruangan yang membuat perhatian Bella tertuju kepadanya. "Dari siapa?" Tanya Bella kepada pelayan tersebut. "Tidak ada nama pengirimnya tapi di sini tertera kalau surat ini di tunjukkan kepada anda." "Berikan kepadaku." Ucap Bella yang membuat pelayan tersebut segera memberikan sebuah amplop surat kepadanya. Amplop berwarna merah dengan nama Bella Von Deux sebagai tujuan penerimanya. Sepertinya surat itu bukanlah surat resmi sebab tidak ada lambang keluarga atau instansi apapun di perekat lilin yang digunakan untuk menutup surat. Mengambil sebuah pisau lalu menyobek perek
Ruangan ini memang tidak didesain untuk ditinggali oleh 13 orang dewasa. Sebagai gambaran, sofa yang digunakan untuk bersantai hanya cukup menampung maksimal empat orang saja sedangkan bangku dari meja makan tidak diperuntukkan lebih dari dua orang.Sebenarnya bisa saja mengambil banyak bangku dari luar tapi karena mereka datang tanpa peringatan membuat Gloriana tidak bisa menyiapkan kebutuhan yang mereka semua butuhkan. Alhasil hanya Selir Gloriana, Victoria, Alice dan Charlotte yang duduk di sofa sedangkan yang lainnya berdiri tegak membuat dua barisan yang berbeda."Hoi! kenapa kalian semua datang ke kamar Ayunda Gloriana." Alice lantang berbicara dengan wajah kesalnya."Diam kau gadis kecil! Aku ke sini karena ada yang ingin aku bicarakan dengan Adinda Gloriana tapi tidak disangka ada rombongan ular yang ikut sampai ke sini." ucap Victoria sambil melototkan matanya ke arah Charlotte."Siapa yang kau sebut rombongan ular? Kami datang ke sini dengan niat baik untuk menanyakan kondis
"Ayunda Gloriana, bolehkah aku berbicara denganmu." Nada gadis itu pelan dan terdengar tertahan. Beberapa saat sebelumnya, Gloriana mendengar pintu diketuk dari luar. Karena tidak ada pelayan yang berjaga membuat dirinya sendiri yang harus membuka pintu itu. Seorang gadis berkuncir dua berwarna coklat bernama Alice berada di luar bangunan kamarnya dengan sedikit kecemasan di wajahnya. "Kalau ingin berbicara, lebih baik di dalam saja." Kata Gloriana mempersilahkan gadis itu memasuki wilayahnya. Alice duduk di sofa sedangkan Gloriana pergi ke tungku dan menaruh teko pemanas air yang sudah disiapkan oleh Berlin sebelumnya. "Aku mohon maaf jika kemarin kau ke sini dan tidak menemukanku." Kata Gloriana sambil menunggu air itu berbunyi pertanda telah matang. "Tidak! aku yang sebenarnya harus meminta maaf kepadamu. Kemarin aku tidak datang ke sini untuk mencarimu, aku tidak datang di saat kau butuh seseorang di sampingmu. Aku memikirkan diri sendiri dan takut bertemu denganmu. Aku ben
"Apa kau memiliki cara untuk mengirim surat ini?" Gloriana memberikan pertanyaan setelah menuliskan rangkaian kata formal di atas secarik kertas.Ini pertama kalinya Gloriana mengirimkan surat sejak tinggal di dalam istana Harem milik kekaisaran. Biasanya surat dikirimkan dengan burung pengantar pesan atau tukang pos yang rentan waktunya jauh lebih lama sampai ke tujuan. Hubungan dengan Marquis Hendrik masih harus ia tutupi demi menghindari narasi kesalahpahaman yang bisa saja terjadi sebab belum resminya hubungan antar mereka berdua. Jadi tidak mungkin menggunakan burung pengantar pesan yang bisa dilihat oleh siapa saja saat diterbangkan, namun jika menggunakan tukang pos maka surat itu mungkin baru sampai saat pikiran Marquis Hendrik sudah berubah."Gront akan membawanya keluar dari istana Harem dan mengirimkannya dengan burung dari kantor pos." Jawab Berlin memberikan solusi dari permasalahan yang terjadi."Brilian, kalau begitu tolong berikan kepadanya."Pelayan itu diserahkan se
"Apa yang kau katakan barusan?" Gloriana bertanya kepada Berlin setelah rentetan kalimat panjang sebagai laporan atas pertemuannya dengan Marquis Hendrik."Marquis Hendrik berkata akan membantu Anda untuk menjadi permaisuri." Balasnya dengan cepat."Itu akan kita bahas nanti, namun yang ingin aku tanyakan adalah perkataanmu sebelum itu.""Oh, bagian yang mengatakan kalau isu meracuni adik Anda bermula dari wilayah Selir Victoria?""Ya, bagian itu. Apa itu benar?""Tuan Hendrik mengatakan kalau informasinya tidak mungkin salah. Lagipula setelah apa yang Anda lakukan di pesta penyambutan, saya rasa tidak mengherankan jika Selir Victoria melakukan hal semacam ini kepada Anda."Mata Gloriana berputar, dirinya tidak menyangka kalau kejahilan kecil yang ia lakukan di pesta akan mendapatkan balasan yang nyaris menghilangkan banyak nyawa termasuk nyawanya sendiri. Dirinya kembali diingatkan oleh keadaan bahwasanya orang yang memiliki kuasa itu memang menakutkan."Aku tidak menyangka kalau wan
Laju nafasnya terengah-engah seperti dirinya telah berlari berkilo-kilo meter panjangnya tanpa berhenti sama sekali. Wanita itu merasa sangat lelah juga penat dan sedikit sakit di berbagai bagian tubuhnya namun anehnya muncul perasaan menyenangkan di dalam hatinya. Perasaan itu adalah penggambaran dari rasa kepuasan, perasaan puas lain yang sebelumnya tak pernah ia rasakan dalam batinnya. Kali ini, pada momen ini untuk pertamanya kalinya dirinya merasakan hal ini. Sebenarnya dirinya bukanlah seseorang yang selalu mendapatkan kesulitan hingga akhirnya baru merasakan rasa puas di dalam diri. Sejak kecil ia telah merasakan berbagai macam dari kepuasan. Kepuasan yang berasal dari makanan atau hiburan bahkan kepuasan batin atas pemenuhan sifat egois di dalam dirinya, namun kali ini berbeda. Untuk pertama kalinya ia merasakan kepuasan hasil dari sebuah hubungan yang dilakukan oleh sepasangan manusia dewasa. Selama satu putaran penuh jarum panjang bergerak, mereka berdua melakukannya
Punggung tangannya merasakan sensasi dari kelembutan bibir seorang pria. Wajah kaget ditunjukan oleh pelayan dan prajurit yang melihat kejadian itu di depan mata mereka namun bagi wanita bernama Gloriana, apa yang dilakukan oleh pria ini hanyalah salam yang biasa dilakukan sesama bangsawan dari kerajaan asalnya.Sejak tinggal di kekaisaran, ini pertama kalinya seorang pria melakukan salam dengan mencium punggung tangan miliknya. Itu sedikit mengejutkan namun yang lebih mengejutkan untuknya adalah sensasi lain selain bibir yang kulitnya rasakan. Sensasi dari selembar kertas kecil yang menyelip diantar kedua tangan mereka berdua."Apa cara saya sudah benar dalam memberikan salam seperti orang-orang di Kerajaan Deux?" Ucap Hendrik dengan ragu sambil melepaskan genggaman tangannya dengan perlahan."Cara Anda melakukan salam sangat sempurna ..." Setelah dilepasnya jari-jari Hendrik dari tangannya, Gloriana menggenggam kertas itu dengan erat agar tidak disadari siapapun. Gloriana menyadari
"Baiklah Gloriana, kini hanya ada kau dan aku di sini. Sekarang katakan, apa yang sebenarnya ingin kau capai dengan melakukan hal berani seperti tadi?"Setelah gagal dilaksanakannya eksekusi mati untuk para terdakwa dari kasus penyebaran berita palsu, rombongan kaisar kembali ke istana kaisar dengan kereta kuda sambil membawa Selir Gloriana bersama mereka. Ini pertama kalinya Gloriana pergi ke istana kaisar, ia begitu takjub dengan kemegahan yang memanjakan matanya hingga tidak menyadari kalau dirinya sedang digiring masuk ke sebuah ruangan agar hanya berduaan saja dengan kaisar."Seperti yang saya katakan sebelumnya. Saya ingin mereka tidak dihukum mati demi ketenangan batin saya. Jika tadi Anda menghukum mereka dan diluar dugaan saya masih memiliki nafas untuk melanjutkan hidup maka saya yakin kalau saya yang itu bukanlah diri saya yang sebenarnya lagi." Balas Gloriana dengan lurus sesuai kata hatinya."Kau tidak hanya menginginkan itu, bukan? Katakan Gloriana, apa kau ingin menjadi
Matahari hampir tenggelam, seorang laki-laki terduduk dalam ruangan dengan kertas yang menggunung dihadapannya. Tepian bawah pada matanya menghitam, mulutnya menguap namun otak miliknya tetap kukuh tidak mau tertidur. Semalaman penuh dia berkeliling kamar istana Harem untuk mendatangi sosok bidadarinya satu persatu. Bukan karena ingin melakukan hal yang erotis namun malah menyuruh wanita-wanita cantik itu menceritakan berbagai kisah menyenangkan sembari dirinya merebahkan tubuh menutup mata. Sayangnya, setiap ia menutup matanya bukannya tergambarkan kisah yang diceritakan namun malah muncul gambaran menyeramkan tentang bagaimana kematian datang menghampiri dirinya. "Tuanku, hari ini Marquis Hendrik de Frontia dijadwal untuk sampai ke ibu kota." Seorang ajudan muda, terlihat seumuran dengan kaisar berucap memberikan laporan. "Ah, orang itu. Katakan aku akan menemuinya besok. Untuk sekarang, coba panggilkan seseorang yang sangat ahli dalam bercerita." "Apa Anda kesulitan untuk t
Membuka buku, membaca kalimatnya sebentar lalu menutupnya kembali. Berjalan-jalan kecil lalu duduk dengan tegang. Untuk pertama kalinya semenjak ia tinggal di kekaisaran Brigard ia mengharapkan seorang laki-laki datang ke kamarnya."Apa saya sudah bisa kembali ke kamar saya, Putri?" Tanya Berlin yang memperhatikan tingkah was-was dari atasannya itu."Tidak. Malam ini kau tidur di kamar ini." Balas Gloriana dengan tegas."Tapi bukankah nanti kaisar akan ke kamar ini. Saya hanya akan jadi pengganggu Anda dan kaisar.""Kalau ia nanti datang dan menyuruh kau pergi, paling tidak kau sudah benar-benar mendapatkan perlindungan darinya. Makanya untuk sekarang lebih baik kau tetap diam di sini."Berlin tidak lagi mendebat. Hatinya juga berkata kalau itu langkah logis yang benar-benar akan membuat nyawanya aman dari ancaman."Jika boleh bertanya, memangnya apa yang ingin Anda minta kepada kaisar?""Aku akan meminta pengampunan nyawa untuk mereka dan memberikan kebenaran dari kasus itu yang sesu