Jika ada yang bertanya tentang musuh terbesar bagi umat manusia, sekiranya jawaban seperti apa yang akan diberikan untuk menjawab pertanyaan itu? Alam semesta atau kaum iblis? Terkadang itu memang benar tapi itu bukanlah jawaban yang sempurna. Sebab jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut adalah manusia itu sendiri.
Manusia menjadi musuh terberat bagi umat manusia. Lebih tepatnya, apa yang ada di dalam diri manusia. Iri, amarah, malas, sombong, tamak, rakus dan nafsu. Dalam sejarah panjang umat manusia, ke-tujuh sifat tersebut telah berhasil membinasakan manusia yang tak terhitung jumlahnya."Putri, kenapa Anda malah tidur lagi di dalam kamar mandi." Ucap Berlin, seorang pelayan yang sedang terburu-buru memasangkan gaun berwarna merah kepada gadis berwajah datar dengan mata yang tertutup."Habisnya, air panasnya sangat pas sekali. Aku jadi nyaman dan kalah dari rasa malas serta hawa nafsuku." Balas putri berambut pirang bernama Gloriana."Ah, tidak ada waktu. Putri, Anda dalam masalah. Anda akan telat bertemu dengan Kaisar Brigard.""Memangnya kenapa kalau telat? Wanita akan lebih merasa dihargai kalau ada seseorang yang mau menunggunya."Berlin menempelkan kedua telapak tangannya di setiap pipi Gloriana dan menepuknya dengan sedikit kekuatan. "Apa yang Anda katakan Tuan Putri. Ingat, kehadiran Anda di sini mewakili Kerajaan Deux, segala tindakan yang Anda lakukan andalah tindakan dari Kerajaan Deux." Lanjutnya dengan tangan yang masih menempel di pipi.Gloriana terdiam, daya nalarnya mulai berjalan. Kini matanya terbuka dan kesadarannya akan tanggung jawab telah kembali. Rasa lelah telah mengalahkannya tadi sehingga keinginan untuk lari dari kenyataan begitu kuat."Berlin, tipiskan saja riasannya. Kita tidak memiliki waktu, bukan?""Aaaah, padahal aku ingin membuat putri jadi yang paling cantik.""Hey, tidak sopan. Meskipun tanpa riasan sekalipun aku tetaplah putri yang paling cantik."Berlin tertawa dengan pelan sambil terus mendandani tuan putrinya. Beberapa saat kemudian, persiapan selesai dan Gloriana diperkenankan naik kereta kuda untuk segera di bawa ke sebuah kastil.Lagi-lagi berada di dalam kereta kuda, begitulah isi di dalam otaknya. Gloriana yang sudah muak dengan alat transportasi menyandarkan punggungnya pada bangku, sedangkan satu kakinya berada di atas bangku lainnya. Sikap yang tidak akan pernah ia tunjukkan jika ada seseorang yang melihatnya."Setidaknya, kali ini gorden tidak ditutup." Ucapnya sambil melihat apa yang ada di balik jendela.Brigard dimalam hari terlihat terang dengan lampu hampir di setiap pinggir jalan. Bangunan di Brigard sepertinya lebih mementingkan fungsi dari pada keindahan. Rata-rata bangunan mereka terlihat kotak seragam dengan batu dan tanah yang dikeraskan sebagai bahan utama. Gloriana meyakini kalau Deux jauh lebih indah daripada Brigard namun suasana kota mereka jauh lebih ramai jika dibandingkan dengan apa yang Gloriana sering saksikan di Deux."Ah, itukan-" ucap putri Kerajaan Deux setelah sekilas melihat sekelompok manusia menggunakan kalung besar yang terbuat dari besi pada leher mereka. "Jadi perbudakan memang benar ada di sini." Katanya dengan nada rendah sebab hatinya menyesali keadaan yang terjadi.Berselang beberapa menit kereta kuda Gloriana berhenti namun mereka belumlah sampai di tujuan. Merasa ada hal yang janggal, Gloriana turun dari kereta kudanya untuk melihat apa yang ada di depannya."Apa yang terjadi?" Tanya gadis tersebut kepada seorang kusir yang juga merupakan seorang ksatria kekaisaran."Putri, anda dilarang untuk keluar dari kereta kuda. Tolong masuk kembali, sebentar lagi kita akan jalan." Balas kusir tersebut yang sedikit kaget ketika melihat orang yang bertanya kepadanya.Meskipun begitu Gloriana tidak mengindahkan apa yang disarankan kusir itu. Matanya malah terbelalak melihat sebuah kejadian dimana pria dewasa menyeret paksa seorang wanita tak berdaya dengan menarik rambutnya hanya untuk memindahkan posisinya."Hey, perlakuan macam apa yang kau lakukan terhadap seorang wanita." Gloriana berlari menghampiri pria tersebut."Maaf Lady namun wanita ini adalah seorang budak. Aku hanya memindahkannya agar tidak menggangu lalu lalang kereta kuda." Pria paruh baya tersebut membalas tanpa ada rasa bersalah."Tetapi tetap saja bukan seperti itu cara memindahkan seorang wanita yang tergeletak tak berdaya. Lepaskan tanganmu." Perintah Gloriana kepada pria tersebut yang membuat ia langsung melepaskan tangannya."Apa mungkin ini pertama kalinya lady berada di sini? Wanita ini adalah budak jadi memang seperti itu cara memperlakukan seorang budak."Gloriana tidak lagi membalas perkataan pria tersebut sebab ia berjalan untuk mendekati wanita yang masih tergeletak itu. Dengan kedua tangannya tanpa sarung tangan, ia menyentuh langsung tubuh lemas wanita itu kemudian memeriksanya."Suhu tubuhnya tinggi sekali lalu ada darah di kepalanya. Pak kusir apa ada tabib di dekat sini?" Tanya Gloriana kepada kusir yang berlari ke arahnya seketika saat tangannya menyentuh budak yang tergeletak."Putri, Anda dilarang menyentuh langsung budak dengan tangan Anda.""Aku tanya apa ada tabib disekitar sini?!" Gloriana menaikan suaranya yang membuat kusir sedikit terkejut."Kita telah melewatinya. Sekitaran dua belokan tadi.""Kalau begitu hantarkan wanita ini ke sana.""Tidak bisa Putri, tugas saya mengantarkan Anda bertemu dengan Tuan Kaisar.""Nyawa manusia jauh lebih penting dari pada makan malamku dengan kaisar. Katakan apa tempat tujuan kita masih jauh?""Sebenarnya tidak, sekitar 200 meter lagi maka Putri akan menemukan bangunan yang paling megah."Gloriana berpikir di dalam kepalanya kemudian dengan cepat memutuskan sesuatu. "Aku yang akan ke sana sendiri, kau bawa saja wanita itu ke tabib. Jika membutuhkan uang sebut saja namaku." Ucapnya kemudian melepaskan sepatu heels yang ia kenakan untuk berlari menjauhi kusir kereta kuda yang masih terdiam tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh seorang putri raja.Kerumunan malam melihat seorang gadis bergaun berlari dengan terengah-engah namun Gloriana tidak peduli dirinya menjadi pusat perhatian. Setelah hampir 200 meter Gloriana sampai di depan sebuah kastil dan setelah berbicara dengan penjaganya, ia akhirnya diizinkan untuk masuk.Saat kakinya yang telah mengenakan kembali sepatunya menginjak ubin ruangan. Saat itu juga ia melihat seorang pria berwajah garang dengan meja dari batu yang terbelah dua. Gloriana mulai merasakan rasa takut, meskipun begitu Gloriana tetap memberikan salamnya kepada pria tersebut."Katakan wahai gadis, apa kau memang menginginkan setengah benua ini menyerang kerajaan kecilmu?"Pria itu marah. Kenyataannya, ia memang membuat kaisar negeri ini marah dengan datang terlambat. Tidak disangka keputusan untuk menyelamatkan nyawa satu orang bisa membuat ribuan orang kehilangan nyawanya. Gloriana mulai memikirkan cara untuk keluar dari situasi ini.Tetapi, itu sudah terjadi. Dirinya juga tidak menyesali apa yang ia lakukan dan lebih memilih untuk menghadapi apa yang akan terjadi ke depannya. Gloriana memperhatikan diri Kaisar Elder dengan seksama untuk mencari jawaban yang layak atau kerajaannya akan hancur dan rata dengan tanah."Tidak tuanku, saya datang ke sini untuk membuat malam anda menyenangkan.""Kau baru saja menghancurkan malamku." Bantah kaisar dengan tatapan yang tajam."Tuanku, ketahuilah kalau malam yang menyenangkan baru akan di mulai dengan hadirnya saya di sini."Kalimat itu terdengar seperti sebuah undangan untuk seorang pria. Kaisar Elder terdiam memperhatikan tubuh dari Gloriana yang terlihat menggoda dengan gaun dan air keringat tampak di beberapa tempat."Baiklah kalau begitu. Aku akan memberimu kesempatan terakhir." Ucap Kaisar Elder setelah memutuskan tentang nasib dari gadis yang ada di depannya. "Pelayan, hantarkan kami berdua ke ruangan pribadi.""Baik Tuanku, tolong ikuti hamba." Ucap seorang pelayan berdasi kupu-kupu.Gloriana dan Kaisar Elder dihantarkan pada sebuah ruangan kamar yang hanya memiliki satu buah ranjang berukuran besar yang ditaburi kelopak bunga mawar. Aroma kayu manis yang menyengat dilengkapi dengan lampu ruangan yang redup membuat kesan dewasa dan seksualitas begitu terasa. Ketika pintu ditutup dan hanya meninggalkan mereka berdua, terdapat keheningan beberapa saat sebelum Kaisar Elder mengatakan sebuah kalimat."Cepat, lepaskan pakaianmu."Satu saja kesalahan lagi maka negeri yang paling ia sayangi bisa saja hancur tak berbekas. Meskipun begitu, setelah memperhatikan kondisi orang yang ada di depannya, Gloriana memiliki rencana untuk keluar dari masalah yang begitu genting ini. Memang benar ia telah merusak makan malam tapi keadaan akan berbalik jika ia bisa memberi sesuatu hal yang lebih menguntungkan bagi Kaisar. Kantung mata kaisar cukup besar dan berwarna hitam, sepertinya ia sudah tidak tidur beberapa hari. Saat ini dibandingkan dengan makan, menutup mata untuk tertidur adalah sesuatu yang lebih dibutuhkan oleh tubuhnya.Sebab itu Gloriana masuk ke dalam sebuah kamar bersama dengan pria tersebut. Sebab, dirinya ingin membuat kaisar tertidur dan melupakan kesalahan yang telah ia perbuat."Lepaskan pakaianmu." Kaisar Elder mengatakan hal yang membuat Gloriana terdiam beberapa saat, dirinya mulai menyadari jalur dari rentetan kejadian yang akan datang.Kenapa jadi begini, apa kita berdua akan melakukan hal itu? Pikirn
Baru saja matahari menunjukkan bentuk sempurnanya. Seorang pelayan turun dari kereta kuda yang digunakan untuk membawa dirinya dan barang-barang. Pelayan bernama Berlin, memasuki kastil tempat dimana tuan putrinya menghabiskan malam yang sepertinya akan sulit dilupakan.Berjalan tegap di sebuah lorong, wajahnya datar namun pikirannya tidak bisa setenang penampakan luar yang dirinya tunjukan. Sejak tadi malam, Berlin benar-benar memikirkan tentang keadaan Gloriana yang membuatnya tidak bisa tertidur dengan nyenyak."Apakah kamu pelayan dari Selir Gloriana?" Seorang pelayan wanita bertanya kepada Berlin yang isi pikirannya masih tertuju kepada gadis yang menjadi atasannya."Benar, aku datang untuk menjemput Tuan Putri Gloriana. Bisakah kamu tunjukan dimana dirinya sekarang?" Balas Berlin atas pertanyaan yang diajukan kepadanya."Selir Gloriana sedang berada di kamar sekarang namun kamu dilarang untuk masuk terlebih dahulu.""Kiranya kenapa demikian, apa Tuan Putri sedang melakukan sesuat
Berlin dan Gloriana memasuki sebuah bangunan berbentuk persegi panjang berukuran 20x30 meter yang di dalamnya telah diisikan beberapa perabot dan berbagai macam dekorasi. Dalam ruangan itu juga sudah tersedia rak yang digunakan untuk menaruh buku-buku novel, kotak perhiasan dan berbagai macam barang pribadi yang memang dibawa Gloriana dari Kerajaan Deux."Apa kau yang menyiapkannya kamar ini?" Tanya Gloriana kepada Berlin setelah melihat barang-barang yang ia bawa sudah tertata mirip seperti tata letak kamar dirinya saat berada di istana Deux."Iya, putri. Saya semalam menyiapkan kamar ini.""Pasti berat untukmu, kan? Duduklah! Biar aku pijit pundakmu.""Jangan Putri, itu tidak perlu. Lagian kamar ini juga cukup kecil jadi rasanya mudah saja menyiapkan segala sesuatu." Berlin mencari alasan untuk menolak kebaikan hati atasannya."Kalau dibandingkan kamarku dulu, memang ini jauh lebih kecil.""Katanya jika Anda menjadi kesukaan ka
"Jadi seperti itu sosok pemimpin kelompok serigala wanita. Memang terlihat aura alpha darinya." Ucap Berlin setelah melihat rombongan Selir Victoria pergi menjauh."Keren juga julukan yang kau berikan untuk mereka!""Lalu, apa strategi yang akan Putri lakukan untuk mengahadapi mereka?""Kenapa aku harus menghadapi mereka?"mendengar jawaban seperti itu membuat Berlin menghela nafas panjang-panjang kemudian pergi membereskan cangkir, piring dan teko yang ada di atas meja. "Putri, kapan Anda akan berkunjung ke tempat selir lainnya?" Tanya Berlin sambil tangannya berkerja."Sekarang juga. Aku akan mengunjungi mereka satu persatu hari ini juga. Jadi besok, aku bisa berleha-leha di kamar ini.""Kalau begitu biar saya siapkan pakaian Anda dan cendramatanya."Sebagai pelayan yang profesional, Berlin telah dibekali berbagai macam pengetahuan untuk menunjang kehidupan putri kerajaan yang ia layani. Menyiapkan pakaian, merias dan
"Salam saya terhadap Tuan Kaisar." Gloriana menundukkan kepala dan menurunkan posisi badannya."Aku akan masuk." Kaisar yang berpakaian kemeja putih dengan tegas berjalan memasuki kamar seorang wanita tanpa memedulikan perasaan seperti apa yang saat ini sedang dirasakan oleh orang-orang yang melihatnya. "Aku tidak perlu teh. Sebab itu pelayan sepertimu segera pergi dari ruangan ini sekarang." Kali ini ia dengan kuasanya memerintahkan Berlin untuk keluar dari kamar Gloriana dan meninggalkan mereka berdua saja di dalam ruangan.Pelayan itu keluar dari kamar sambil memasang wajah bingung dan khawatir namun sebenarnya di dalam hatinya muncul sebuah perasaan senang melihat sosok kaisar yang mengunjungi Gloriana bahkan disaat bukan hari kunjungan malamnya. Itu berarti kaisar menaruh perhatian terhadap junjungannya sehingga potensi menjadi selir kesukaan kaisar menjadi tinggi."Tuanku, ada apa sampai malam-malam datang ke kamar saya?" Tanya wanita yang matanya su
Setelah seorang laki-laki keluar dari sebuah bangunan, seorang pelayan wanita segera masuk ke dalam bangunan yang ditinggalkan oleh laki-laki tersebut. Pelayan membawa sebuah baskom berisi air hangat lengkap dengan handuk yang sengaja ia ceburkan ke dalam air."Selama pagi, putri." Ucap pelayan tersebut dengan nada riang dan tersenyum lebar."Selamat pagi, Berlin." Seorang wanita pirang yang masih menggunakan piyama membalas sapaan yang ia terima."Bagaimana malam Anda, putri. Apa menyenangkan?"Pertanyaan yang keluar membuat Gloriana diam sambil mengontrol emosi yang tiba-tiba meluap, mencoba tenang untuk menyembunyikan rasa malu yang ia rasakan. Hanya saja, Berlin sudah sejak kecil bersama dengan wanita yang ada di depannya itu, jadi ia tahu kalau saat ini dia sedang mencoba menutupi perasaan aslinya."Biasa saja, tidak begitu menarik." Jawabnya sambil melepaskan piyama yang ia kenakan."Begitukah? Sayang sekali." Pelayan mendekatinya dan mulai membasuh tubuh bagian atas kemudian be
Gloriana merasakan sebuah dilema. Cairan dari perasan anggur yang ia minum sedang berputar-putar di mulutnya, membuat lidahnya tersiksa. Rasanya terlalu aneh untuk ditelan namun jika ia memuntahkannya keluar maka akan langsung menjadi pusat perhatian dan etika kebangsawanan dirinya akan dipertanyakan.Sialnya, ia tidak bisa berlama-lama menahannya di mulut dan keluar dari ruangan sebab semakin lama lidahnya merasakan cairan anggur itu semakin naik juga kadar mual dalam dirinya. Sebab itu meskipun harus sedikit mengeluarkan air mata ia memutuskan untuk menelan air anggur itu ke dalam tenggorokannya.Efek anggur itu tidak hanya aneh di mulut namun juga panas di tenggorokan. Meskipun begitu Gloriana yang telah menenggaknya harus memasang wajah datar yang dipaksakan."Ada apa Adinda Gloriana? Kenapa bola matamu berlinang air mata?" Tanya Victoria setelah meneguk air anggur yang berada di gelas dalam genggaman tangannya sendiri."Tidak apa Ayunda, aku
Gloriana berjalan perlahan sambil memegangi perutnya yang berdenyut-denyut meski telah membuang hampir semua isinya. Di dalam ruang rias, pelayannya yang bernama Berlin telah membawa segelas obat hasil dari campuran ramuan dengan air hangat. Setelan diberikan gelas berisi ramuan, Gloriana meminum ramuan dengan takaran yang telah diberitahu oleh apoteker istana dengan cepat.Setelah meminumnya, Gloriana duduk diam untuk mengatur nafas. Otaknya mulai berpikir tentang apa yang telah terjadi kepada dirinya dan langkah apa yang harus ia lakukan sekarang."Bagaimana keadaan Anda, Putri?" Berlin membuka suara, memberikan pertanyaan yang berasal dari rasa khawatirnya."Tubuhku membaik, ramuannya mulai berkerja, rasa sakitnya perlahan mulai mereda.""Syukurlah kalau begitu. Untuk berjaga-jaga aku telah meminta ramuan dengan dosis yang lebih besar. Tapi sepertinya tidak perlu menggunakannya." Berlin melipat sebuah kertas yang pada bagian tengahnya berisikan tumbukan beberapa dedaunan lalu memas
Ruangan ini memang tidak didesain untuk ditinggali oleh 13 orang dewasa. Sebagai gambaran, sofa yang digunakan untuk bersantai hanya cukup menampung maksimal empat orang saja sedangkan bangku dari meja makan tidak diperuntukkan lebih dari dua orang.Sebenarnya bisa saja mengambil banyak bangku dari luar tapi karena mereka datang tanpa peringatan membuat Gloriana tidak bisa menyiapkan kebutuhan yang mereka semua butuhkan. Alhasil hanya Selir Gloriana, Victoria, Alice dan Charlotte yang duduk di sofa sedangkan yang lainnya berdiri tegak membuat dua barisan yang berbeda."Hoi! kenapa kalian semua datang ke kamar Ayunda Gloriana." Alice lantang berbicara dengan wajah kesalnya."Diam kau gadis kecil! Aku ke sini karena ada yang ingin aku bicarakan dengan Adinda Gloriana tapi tidak disangka ada rombongan ular yang ikut sampai ke sini." ucap Victoria sambil melototkan matanya ke arah Charlotte."Siapa yang kau sebut rombongan ular? Kami datang ke sini dengan niat baik untuk menanyakan kondis
"Ayunda Gloriana, bolehkah aku berbicara denganmu." Nada gadis itu pelan dan terdengar tertahan. Beberapa saat sebelumnya, Gloriana mendengar pintu diketuk dari luar. Karena tidak ada pelayan yang berjaga membuat dirinya sendiri yang harus membuka pintu itu. Seorang gadis berkuncir dua berwarna coklat bernama Alice berada di luar bangunan kamarnya dengan sedikit kecemasan di wajahnya. "Kalau ingin berbicara, lebih baik di dalam saja." Kata Gloriana mempersilahkan gadis itu memasuki wilayahnya. Alice duduk di sofa sedangkan Gloriana pergi ke tungku dan menaruh teko pemanas air yang sudah disiapkan oleh Berlin sebelumnya. "Aku mohon maaf jika kemarin kau ke sini dan tidak menemukanku." Kata Gloriana sambil menunggu air itu berbunyi pertanda telah matang. "Tidak! aku yang sebenarnya harus meminta maaf kepadamu. Kemarin aku tidak datang ke sini untuk mencarimu, aku tidak datang di saat kau butuh seseorang di sampingmu. Aku memikirkan diri sendiri dan takut bertemu denganmu. Aku ben
"Apa kau memiliki cara untuk mengirim surat ini?" Gloriana memberikan pertanyaan setelah menuliskan rangkaian kata formal di atas secarik kertas.Ini pertama kalinya Gloriana mengirimkan surat sejak tinggal di dalam istana Harem milik kekaisaran. Biasanya surat dikirimkan dengan burung pengantar pesan atau tukang pos yang rentan waktunya jauh lebih lama sampai ke tujuan. Hubungan dengan Marquis Hendrik masih harus ia tutupi demi menghindari narasi kesalahpahaman yang bisa saja terjadi sebab belum resminya hubungan antar mereka berdua. Jadi tidak mungkin menggunakan burung pengantar pesan yang bisa dilihat oleh siapa saja saat diterbangkan, namun jika menggunakan tukang pos maka surat itu mungkin baru sampai saat pikiran Marquis Hendrik sudah berubah."Gront akan membawanya keluar dari istana Harem dan mengirimkannya dengan burung dari kantor pos." Jawab Berlin memberikan solusi dari permasalahan yang terjadi."Brilian, kalau begitu tolong berikan kepadanya."Pelayan itu diserahkan se
"Apa yang kau katakan barusan?" Gloriana bertanya kepada Berlin setelah rentetan kalimat panjang sebagai laporan atas pertemuannya dengan Marquis Hendrik."Marquis Hendrik berkata akan membantu Anda untuk menjadi permaisuri." Balasnya dengan cepat."Itu akan kita bahas nanti, namun yang ingin aku tanyakan adalah perkataanmu sebelum itu.""Oh, bagian yang mengatakan kalau isu meracuni adik Anda bermula dari wilayah Selir Victoria?""Ya, bagian itu. Apa itu benar?""Tuan Hendrik mengatakan kalau informasinya tidak mungkin salah. Lagipula setelah apa yang Anda lakukan di pesta penyambutan, saya rasa tidak mengherankan jika Selir Victoria melakukan hal semacam ini kepada Anda."Mata Gloriana berputar, dirinya tidak menyangka kalau kejahilan kecil yang ia lakukan di pesta akan mendapatkan balasan yang nyaris menghilangkan banyak nyawa termasuk nyawanya sendiri. Dirinya kembali diingatkan oleh keadaan bahwasanya orang yang memiliki kuasa itu memang menakutkan."Aku tidak menyangka kalau wan
Laju nafasnya terengah-engah seperti dirinya telah berlari berkilo-kilo meter panjangnya tanpa berhenti sama sekali. Wanita itu merasa sangat lelah juga penat dan sedikit sakit di berbagai bagian tubuhnya namun anehnya muncul perasaan menyenangkan di dalam hatinya. Perasaan itu adalah penggambaran dari rasa kepuasan, perasaan puas lain yang sebelumnya tak pernah ia rasakan dalam batinnya. Kali ini, pada momen ini untuk pertamanya kalinya dirinya merasakan hal ini. Sebenarnya dirinya bukanlah seseorang yang selalu mendapatkan kesulitan hingga akhirnya baru merasakan rasa puas di dalam diri. Sejak kecil ia telah merasakan berbagai macam dari kepuasan. Kepuasan yang berasal dari makanan atau hiburan bahkan kepuasan batin atas pemenuhan sifat egois di dalam dirinya, namun kali ini berbeda. Untuk pertama kalinya ia merasakan kepuasan hasil dari sebuah hubungan yang dilakukan oleh sepasangan manusia dewasa. Selama satu putaran penuh jarum panjang bergerak, mereka berdua melakukannya
Punggung tangannya merasakan sensasi dari kelembutan bibir seorang pria. Wajah kaget ditunjukan oleh pelayan dan prajurit yang melihat kejadian itu di depan mata mereka namun bagi wanita bernama Gloriana, apa yang dilakukan oleh pria ini hanyalah salam yang biasa dilakukan sesama bangsawan dari kerajaan asalnya.Sejak tinggal di kekaisaran, ini pertama kalinya seorang pria melakukan salam dengan mencium punggung tangan miliknya. Itu sedikit mengejutkan namun yang lebih mengejutkan untuknya adalah sensasi lain selain bibir yang kulitnya rasakan. Sensasi dari selembar kertas kecil yang menyelip diantar kedua tangan mereka berdua."Apa cara saya sudah benar dalam memberikan salam seperti orang-orang di Kerajaan Deux?" Ucap Hendrik dengan ragu sambil melepaskan genggaman tangannya dengan perlahan."Cara Anda melakukan salam sangat sempurna ..." Setelah dilepasnya jari-jari Hendrik dari tangannya, Gloriana menggenggam kertas itu dengan erat agar tidak disadari siapapun. Gloriana menyadari
"Baiklah Gloriana, kini hanya ada kau dan aku di sini. Sekarang katakan, apa yang sebenarnya ingin kau capai dengan melakukan hal berani seperti tadi?"Setelah gagal dilaksanakannya eksekusi mati untuk para terdakwa dari kasus penyebaran berita palsu, rombongan kaisar kembali ke istana kaisar dengan kereta kuda sambil membawa Selir Gloriana bersama mereka. Ini pertama kalinya Gloriana pergi ke istana kaisar, ia begitu takjub dengan kemegahan yang memanjakan matanya hingga tidak menyadari kalau dirinya sedang digiring masuk ke sebuah ruangan agar hanya berduaan saja dengan kaisar."Seperti yang saya katakan sebelumnya. Saya ingin mereka tidak dihukum mati demi ketenangan batin saya. Jika tadi Anda menghukum mereka dan diluar dugaan saya masih memiliki nafas untuk melanjutkan hidup maka saya yakin kalau saya yang itu bukanlah diri saya yang sebenarnya lagi." Balas Gloriana dengan lurus sesuai kata hatinya."Kau tidak hanya menginginkan itu, bukan? Katakan Gloriana, apa kau ingin menjadi
Matahari hampir tenggelam, seorang laki-laki terduduk dalam ruangan dengan kertas yang menggunung dihadapannya. Tepian bawah pada matanya menghitam, mulutnya menguap namun otak miliknya tetap kukuh tidak mau tertidur. Semalaman penuh dia berkeliling kamar istana Harem untuk mendatangi sosok bidadarinya satu persatu. Bukan karena ingin melakukan hal yang erotis namun malah menyuruh wanita-wanita cantik itu menceritakan berbagai kisah menyenangkan sembari dirinya merebahkan tubuh menutup mata. Sayangnya, setiap ia menutup matanya bukannya tergambarkan kisah yang diceritakan namun malah muncul gambaran menyeramkan tentang bagaimana kematian datang menghampiri dirinya. "Tuanku, hari ini Marquis Hendrik de Frontia dijadwal untuk sampai ke ibu kota." Seorang ajudan muda, terlihat seumuran dengan kaisar berucap memberikan laporan. "Ah, orang itu. Katakan aku akan menemuinya besok. Untuk sekarang, coba panggilkan seseorang yang sangat ahli dalam bercerita." "Apa Anda kesulitan untuk t
Membuka buku, membaca kalimatnya sebentar lalu menutupnya kembali. Berjalan-jalan kecil lalu duduk dengan tegang. Untuk pertama kalinya semenjak ia tinggal di kekaisaran Brigard ia mengharapkan seorang laki-laki datang ke kamarnya."Apa saya sudah bisa kembali ke kamar saya, Putri?" Tanya Berlin yang memperhatikan tingkah was-was dari atasannya itu."Tidak. Malam ini kau tidur di kamar ini." Balas Gloriana dengan tegas."Tapi bukankah nanti kaisar akan ke kamar ini. Saya hanya akan jadi pengganggu Anda dan kaisar.""Kalau ia nanti datang dan menyuruh kau pergi, paling tidak kau sudah benar-benar mendapatkan perlindungan darinya. Makanya untuk sekarang lebih baik kau tetap diam di sini."Berlin tidak lagi mendebat. Hatinya juga berkata kalau itu langkah logis yang benar-benar akan membuat nyawanya aman dari ancaman."Jika boleh bertanya, memangnya apa yang ingin Anda minta kepada kaisar?""Aku akan meminta pengampunan nyawa untuk mereka dan memberikan kebenaran dari kasus itu yang sesu