TerpesonaAyra terlihat cantik, riasan Paramita Hanum sang make up artis ternama benar benar membuatnya bak putri kerajaan, luar biasa, cantik dan anggun.Ayra memakai dressnya, ukurannya benar benar pas, sesuai dengan tubuhnya, rupanya Ardian berhasil membelikan sesuatu yang terlihat luar biasa untuk Ayra kenaka."Cantik sekali, sama seperti waktu saya merias nyonya di acara pernikahan nyonya," ucap Paramita Hanum."Terimakasih, apa benar cantik?" tanya Ayra."Cantik sekali," ucap Paramita Hanum seraya mengangguk yakin.Ayra melihat ke arah cermin, memperhatikan penampilannya, dia cukup puas dengan hasil riasan Paramita Hanum dan juga dress cantik yang dia pakai.“Semua orang akan melihat nyonya, nyonya akan menjadi pusat perhatian,” ucap Paramita Hanum.Ayra mengulaskan senyum, dia senang dengan penampilan."Aku sudah siap, semoga malam ini aku tidak akan membuat mas Ardian malu," ucap Ayra dalam hati. Ayra mengambil nafas, cukup sering, karna dia dalam keadaan gugup dan berusaha m
Terpesona Part 2Presdir Herlambang naik ke atas podium, dia akan segera memberikan sambutan."Selamat malam semuanya, sebelumnya saya mengucapkan terimakasih atas kehadirannya. Malam ini adalah malam yang istimewa, akhirnya saya mengambil keputusan ini setelah selama hampir dua puluh tahun saya menjadi presdir. Malam ini, putra hebat saya akan menggantikan saya sebagai presdir di Abadi group, perusahaan yang sudah saya bangun sejak saya masih muda, semoga di bawah kepemimpinannya, Abadi group akan semakin bersinar. Kita sambut, Ardian Herlambang," ucap presdir Herlambang yang kemudian disambut tepukan tangan oleh seluruh tamu.Ardian naik ke atas podium, disambut pelukan oleh ayahnya."Kamu pantas mendapatkannya," bisik Pak Herlambang seraya memberikan waktu Ardian untuk bicara. "Selamat malam semuanya, seperti apa yang ayah saya katakan, malam ini adalah malam yang sangat istimewa dan juga mendebarkan, karena setelah ini saya akan mendapat tanggung jawab yang sangat besar, saya ak
Piyama Pengantin Di apartemennya, Isabela terlihat sangat marah, benar benar marah, juga sangat kecewa, dia terlihat kacau, membanting beberapa barang, menangis, berteriak. Isabela sangat kecewa, dia meraung raung tidak karuan.“Kenapa kamu melakukannya Ardian, kenapa!” teriak Isabela sembari terus menangis. Ardian menghela nafas panjang, masalah besar telah datang, dia tidak bisa menghindarinya, hal ini telah terjadi. Dia harus menghadapi semuanya. Dari dalam kamar, Ayra terlihat mengamati Ardian. Dia menatap Ardian dalam dalam, berpikir mengenai kemungkinan yang terjadi. Dia mulai curiga bahwa Ardian memiliki wanita lain. Ayra tidak bisa berbuat apa apa, dia masih bingung dengan perasaannya, tidak berani menebak nebak karena itu hanya akan melukainya. Ayra menghela nafas panjang."Aku akan meneruskan rencana itu, aku tidak ingin melihat Ardian lebih menderita lagi, dia harus bahagia
Binar Cinta Rose terlihat takjub melihat dimsum ayam kesukaannya."Akhirnya aku makan ini lagi," ucap Rose."Makanlah yang banyak, kakak sudah membuatkan banyak untukmu, bawa juga untuk bekal, berikan pada teman temanmu," ucap Ayra."Iya kak, teman temanku awalnya heran, kenapa aku selalu membawa bekal, padahal uang jajanku cukup banyak, tapi setelah mereka mencoba makanan buatan kakak, mereka akhirnya tahu alasan yang sebenarnya. Masakan Kantin tidak ada yang bisa mengalahkan makanan buatan kakak, kakak chef terbaik," ucap Rose seraya tersenyum."Ah kamu bisa saja," ucap Ayra."Ayra, apa kamu bisa membawakan makan siang ke kantor?" ucap Ardian untuk pertama kalinya."Ya, tentu saja," ucap Ayra seraya tersenyum. Dia melihat ke arah Ardian, menatapnya dalam dalam. Pak Herlambang cukup senang melihat pemandangan itu, dia melihat ada benih benih cinta yang muncul di hati Ardian, mereka sudah t
KekhawatiranArsen dan sekretaris Edo terlihat menikmati makanannya. Dari ekspresi mereka terlihat bahwa makanan yang mereka makan begitu nikmat dan lezat. "Terimakasih nyonya, makanannya sangat enak," ucap sekretaris Edo."Terima kasih," ucap Ayra singkat."Saya akan membereskannya, supaya kalian lebih nyaman," ucap sekretaris Edo yang terlihat membereskan bekas alat makan yang ada di atas meja. “Terimakasih sekretaris Edo,” ucap Ayra.“Tidak masalah nyonya,” ucap sekretaris Edo."Terimakasih Ayra, masakanmu masih sama, sangat enak, bahkan sekarang terasa lebih enak," ucap Arsen."Aku membawakanmu dua porsi makan siang, hutangku lunas," ucap Ayra seraya tersenyum."Baiklah, lain kali kamu bisa membawakannya lagi untukku," ucap Arsen seraya tersenyum. "Ya, kamu harus membayarnya," ucap Ayra."Apapun itu," ucap Arsen dengan senyum yang masih merekah sempurna."Arsen, sebenarnya ada hal yang ingin aku bicarakan," ucap Ayra."Ya, kita bisa membicarakannya, aku sudah kenyang, aku bisa
MengalahAyra melihat situasinya mulai menegangkan, tidak ada yang mau mengalah, tidak bisa lagi dibiarkan.“Ayra tidak akan ke mana mana, Ardian hanya pergi selama tiga hari dan itu untuk urusan pekerjaan, Ayra tidak ingin merepotkannya," ucap Ayra. Mendengar hal itu Ardian terlihat mengulaskan senyum. Ardian sengaja hanya diam, dia tahu betul bagaimana watak ibunya juga Ayra. Dua orang yang berbeda karakter. Yang satu begitu keras dengan pendirian dan pemahamannya dan yang satu bisa dibilang terlalu baik, selalu mengiyakan apa kata keluarganya."Baguslah Ayra, kamu memang menantu terbaik yang ibu miliki. Lagipula ini bukan perjalanan bisnis Ardian yang pertama, tidak perlu dipikirkan," ucap nyonya Sisca seraya tersenyum.Di dalam kamarnya, Ayra terlihat menyiapkan koper Ardian."Apa yang akan kamu bawa, ini pertama kalinya aku menyiapkan koper untukmu, dulu biasanya kamu melarangku melakukannya," ucap Ayra."Ya seperti kebutuhan sehari hari tiga setelan baju kerja, baju dalam, perl
MencurigakanArdian pulang dari dinas luar. Ayra menyambutnya dengan begitu hangat, dia tidak memiliki pikiran buruk sedikitpun."Mas, kamu sudah pulang? sebentar lagi makan malam, istirahatlah dulu, aku akan membereskan kopermu," ucap Ayra ketika menemui Ardian yang sudah ada di dalam kamar. Ardian hanya memberi isyarat mengangguk kecil, lalu Ayra membawa koper Ardian keluar dari kamar.Ayra membawa Koper Ardian ke lantai bawah, koper itu tadi dibawa masuk ke kamar oleh sekretaris pribadi Ardian yang juga merupakan asisten pribadinya. Tanpa memiliki pikiran buruk sedikitpun, Ayra membongkar koper Ardian di ruang baju yang ada di lantai bawah, ruang untuk mengatur baju baju seluruh anggota keluarga sebelum dibawa ke kamar masing masing."Baiklah, mari kita lihat apa isi koper ini, pasti baju baju kotor, tidak mungkin ada oleh oleh," ucap Ayra seraya tersenyum.Ayra terdiam ketika membuka koper itu, baju baju Ardian semuanya sudah bersih dan wangi. Namun penataanya berbeda dari saat pe
PijatanPagi hari di hari minggu, Ayra terlihat menyiapkan makan pagi dengan begitu lengkap. Ini pertama kalinya di hari minggu, Ardian ada di rumah, tidak bekerja dengan segala alasannya."Ini hari libur pertama di mana Ardian berada di rumah, bersama kita semua, luar biasa," ucap Pak Herlambang."Iya, seharusnya begitu Ardian, libur adalah bersama keluarga, menikmati waktu yang melimpah," ucap nyonya Sisca."Itu karena kakak sudah bekerja keras, ke luar kota pasti melelahkan," ucap Rose."Oh iya Ardian, kemarin ibu mengunjungi tante Triani, tante Triani sedang sakit di rumahnya, dia bilang dia melihatmu di rumah sakit? apa itu benar?" tanya nyonya Sisca. Mendengar hal itu Ardian terbatuk."Sisca, mana mungkin, Ardian ada di Bandung," ucap Pak Herlambang."Ya bisa saja terjadi jika kakak tidak benar benar di Bandung," ucap Rose."Rose, apa yang kamu katakan, kakakmu bekerja keras untuk perusahaan kita," ucap nyonya Sisca."Tapi, tante Triani juga bilang kalau mungkin saja hanya mirip
Masa Masa Sulit “Bu Ayra adalah orang yang kuat,” ucap sekretaris Edo."Ya, dia memang wanita yang kuat," ucap Arsen.“Baiklah pak, saya pulang dulu,” ucap sekretaris Edo.“Baiklah, maaf mengganggu waktu liburmu,” ucap Arsen.“Tidak apa apa pak, hubungi saya jika ada yang bapak perlukan,” ucap sekretaris Edo.“Baiklah, terima kasih,” ucap Arsen. Sekretaris Edo bergegas pergi, Arsen membawa beberapa paper bag bingkisan itu ke kamar di mana Ayra berada.“Ayra, aku membawakan semua kebutuhanmu, jika ada yang kurang sampaikan saja,” ucap Arsen pada Ayra yang terlihat mengamati pemandangan diluar jendela kamarnya. Arsen meletakkan semua bingkisan itu di lantai.“I-iya,” ucap Ayra singkat. Arsen tahu, segala hal yang menimpa Ayra tidak bisa semudah itu diterima, dia masih terguncang dan Arsen berusaha memberi Ayra ruang. "Aku ada di luar, jika kamu
Setelah peristiwa itu Pagi hari, Ayra tersadar, dia mendapati tubuhnya sudah berganti pakaian dengan pakaian hangat, tertutup selimut tebal, tangannya juga terpasang selang yang terhubung dengan cairan infus. Dia berada di sebuah kamar yang nyaman. Kepalanya terasa sakit, ada perban menempel di sana, mungkin itu adalah luka yang dihasilkan dari pertengkaran sengit tadi malam. Ayra yang masih begitu lemah hanya bisa menghela nafas lega, bersyukur Tuhan memberinya hidup kedua walaupun belum bisa membedakan ini semua hanya mimpi atau kenyataan. Samar samar dia melihat sosok yang sudah tidak asing lagi, dia adalah Arsen, iya Arsen. teman Ayra sewaktu masih duduk di bangku kuliah, yang selalu menjadi sahabat baiknya, hingga saat ini. Arsen duduk di kursi yang ada di kamar itu, tertidur, terlihat sangat kelelahan. Arsen yang menyelamatkannya, memberikan hidup kedua bagin
Misi Penyelamatan Di dalam mobil, suasana tegang benar benar terasa.“Kemana kita harus membawanya?” Tanya Ardian.“Kita buang saja, kita hanyutkan di sungai,” ucap Isabela memberi ide.“Apa?” Tanya Ardian tidak percaya.“Tidak, di jembatan akan sangat ramai sekali, kita tidak bisa membuangnya di kota,” ucap Ardian“Apa kamu yakin dia sudah mati?” tanya Ardian.“Dia masih hidup, nafasnya tipis. Kamu tidak melihat darah yang keluar dari kepalanya? Aku yakin dia tidak akan bertahan,” ucap Isabela.“Apa yang kita lakukan, kita sudah menjadi pemb-unuh,” ucap Ardian gugup dan juga takut. Isabela menggenggam tangan suaminya, berusaha memberi kekuatan.“Ini yang terbaik, kita harus menyingkirkannya, tidak ada pilihan lain,” ucap Isabela.“Pikirkan anak kita, apa kamu yakin rela menukar hidupmu yang penuh dengan kemewahan dengan hidup di penjara?” Tanya Isabela.
Medan Perang Ardian membawa Ayra ke apartemennya, penthouse mewah yang bahkan memiliki lift sendiri. Ayra hanya diam, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Dia bahkan belum percaya bahwa dirinya akan mengalami hal semacam ini, bertemu dengan selingkuhan suaminya. Mereka sampai di depan pintu apartemen, Ardian membuka pintu itu.Di dalam apartemen sudah ada Isabela, duduk dengan santainya di sofa yang ada di sana.Hati Ayra bergetar hebat.“Wanita itu,” gumam Ayra. Ayra menatap wanita itu dalam dalam, bahkan matanya nyaris keluar. Isabela mengulaskan senyum, seolah sengaja melakukan itu. Dia berdiri, lalu mendekat kearah Ayra.“Apa kamu kaget?” Tanya Isabela, berusaha terlihat tenang.“Kamu?” Tanya Ayra.“Isabela?” tebak Ayra. Ardian mengerutkan dahi, dia bahkan tidak menyangka jika Ayra mengenal Isabela.“Ya, orang yang selalu kalah dari
Peristiwa Mengerikan Mulai TerjadiPart 2 Mobil Ardian masuk ke dalam lingkungan apartemen.“Itu mobil mas Ardian, ya, itu mobilnya,” ucap Ayra yakin.Ayra segera berlari mengikuti mobil itu hingga ke area parkir bawah tanah dan berhenti. Dengan nafas tersengal sengal, Ayra berhenti tepat di depan mobil Ardian.“Ar-Ardian,” ucap Isabela gugup.“Ada apa?” Tanya Ardian yang belum menyadari kehadiran Ayra.“Di-dia,” ucap Isabela seraya menunjuk ke arah Ayra berdiri. Ardian melihat kearah itu, dia kaget, ada istrinya di sana.“A-Ayra,” ucap Ardian.“Isabela, sebaiknya kamu bawa Amora naik, aku akan menemuinya,” pinta Ardian.“I-iya,” ucap Isabela yang segera keluar dari mobil, berusaha menyembunyikan wajahnya dan masuk ke dalam area apartemen. Ayra melihat wanita itu, dengan perasaan campur aduk yang luar biasa. Ayra berusaha menstabilka
Peristiwa Mengerikan Mulai Terjadi Ayra menginjakkan kaki di apartemen itu, apartemen mewah yang harganya pun tidak biasa. Ayra memegang dadanya, menguatkan hati juga pikirannya. Jantung itu berdegup dengan kencang, seperti genderang perang, dia bahkan kesulitan untuk menstabilkan deru jantungnya.“Kamu harus kuat Ayra, apapun yang akan kamu dapatkan di tempat ini,” ucap Ayra. Dengan yakin dia memasuki apartemen itu, mendekat ke arah resepsionis sebagai jalan pintas dari pada harus mencari cari tidak jelas.“Se-selamat siang,” sapa Ayra.“Selamat siang ibu, ada yang bisa saya bantu?” Tanya resepsionis yang terdengar begitu ramah.“Ma-maaf saya mau Tanya, apa benar bapak Ardian Herlambang tinggal di salah satu unit penthouse?” Tanya Ayra. Mendengar hal itu, petugas resepsionis bernama Naira itu mengerutkan dahi. Ayra menangkap sinyal keragu raguan.“Oh, maaf, saya hanya mau mengantarkan pesanan kado,
Curiga yang mengakar Arsen sampai di rumah tante Farida, dia terlihat duduk di ruang tengah dengan perasaan kesal tergambar jelas di wajahnya."Arsen sayang, kamu sudah datang," sapa nyonya Farida."Iya tante, ini Arsen bawakan cake coklat dari JIM Mall," ucap Arsen seraya menunjukkan cake coklat yang dibawanya."Terimakasih Arsen, itu cake kesukaan tante," ucap nyonys Farida sumringah. Tante Farida melihat ke arah Arsen, sepertinya ada yang aneh, wajah Arsen mengisyaratkan kekesalan juga kesedihan."Arsen, ada apa? Apa ada masalah di kantor?” Tanya tante Farida.“Apa kamu ingin kembali menjadi dokter? Apa menjadi presdir rumah sakit dan hotel sangat melelahkan?” Tanya nyonya Farida menelisik.“Tapi, di hotel, banyak yang membantumu, kamu hanya menjadi presdir, semua staff adalah professional,” gumam nyonya Farida.“Tante,” ucap Arsen.“Jangan mengkhawatirkan Arsen, Arsen
Mirip Pembantu Pagi harinya, tepat pukul sepuluh pagi, Ayra sudah berada di supermarket untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga, kali ini dia berusaha dengan cepat supaya dia masih memiliki waktu untuk mengunjungi pusat kecantikan, itu yang direncanakan."Aku harus cepat, aku sudah melakukan ini selama bertahun tahun, aku bisa melakukannya walau dengan mata tertutup," ucap Ayra yakin. Dengan cekatan, Ayra mengambil seluruh barang yang akan dibeli, barang kebutuhan rumah tangga, seperti bahan makanan juga kebutuhan lain yang seluruh anggota keluarga butuhkan. "Semua sudah beres, bahan makanan, perlengkapan kebersihan, aneka makanan ringan, aneka minuman, minyak goreng, hmmm sudah semuanya," gumam Ayra. Lalu dia bergegas mendorong troli ke arah kasir. Dari jauh Arsen terlihat mengamati Ayra, hal ini sudah Arsen lakukan sejak lama. Dia tahu jadwal Ayra, kapan dia akan mengunjungi supermarket. Arsen bahkan ta
Berusaha Menahan Sesak Ayra sibuk menyiapkan makan malam di dapur, dia masih menjalankan semua kewajibannya, berusaha tidak mengingat hal buruk yang baru saja menimpanya. Ayra menyentuh pipinya, rasa nyeri, panas dan perih mungkin sudah memudar, tidak lagi dia rasakan, namun luka di dalam hatinya sungguh itu tidak lagi menemukan obat yang tepat. "A-Ayra," ucap nyonya Sisca lirih. Nyonya Ayra terlihat mendekat kearah Ayra berdiri."I-ibu, ibu perlu apa? apa ibu mau air dingin? Ayra akan mengambilkannya," ucap Ayra, selalu dengan sikap sigapnya dalam memberikan pelayanan pada semua orang."Ti-tidak, ibu tidak butuh apa apa, ibu hanya ingin minta maaf karena ibu sudah sangat keterlaluan, mungkin karena sebelumnya ibu sudah sangat emosi dengan masalah ibu sendiri, ibu benar benar minta maaf, ibu tidak seharusnya mengatakan hal buruk seperti itu," ucap nyonya Sisca seraya menggenggam tangan Ayra.“Ibu benar ben