Piyama Pengantin
Di apartemennya, Isabela terlihat sangat marah, benar benar marah, juga sangat kecewa, dia terlihat kacau, membanting beberapa barang, menangis, berteriak. Isabela sangat kecewa, dia meraung raung tidak karuan.“Kenapa kamu melakukannya Ardian, kenapa!” teriak Isabela sembari terus menangis.Ardian menghela nafas panjang, masalah besar telah datang, dia tidak bisa menghindarinya, hal ini telah terjadi. Dia harus menghadapi semuanya.Dari dalam kamar, Ayra terlihat mengamati Ardian. Dia menatap Ardian dalam dalam, berpikir mengenai kemungkinan yang terjadi. Dia mulai curiga bahwa Ardian memiliki wanita lain. Ayra tidak bisa berbuat apa apa, dia masih bingung dengan perasaannya, tidak berani menebak nebak karena itu hanya akan melukainya.Ayra menghela nafas panjang."Aku akan meneruskan rencana itu, aku tidak ingin melihat Ardian lebih menderita lagi, dia harus bahagiaBinar Cinta Rose terlihat takjub melihat dimsum ayam kesukaannya."Akhirnya aku makan ini lagi," ucap Rose."Makanlah yang banyak, kakak sudah membuatkan banyak untukmu, bawa juga untuk bekal, berikan pada teman temanmu," ucap Ayra."Iya kak, teman temanku awalnya heran, kenapa aku selalu membawa bekal, padahal uang jajanku cukup banyak, tapi setelah mereka mencoba makanan buatan kakak, mereka akhirnya tahu alasan yang sebenarnya. Masakan Kantin tidak ada yang bisa mengalahkan makanan buatan kakak, kakak chef terbaik," ucap Rose seraya tersenyum."Ah kamu bisa saja," ucap Ayra."Ayra, apa kamu bisa membawakan makan siang ke kantor?" ucap Ardian untuk pertama kalinya."Ya, tentu saja," ucap Ayra seraya tersenyum. Dia melihat ke arah Ardian, menatapnya dalam dalam. Pak Herlambang cukup senang melihat pemandangan itu, dia melihat ada benih benih cinta yang muncul di hati Ardian, mereka sudah t
KekhawatiranArsen dan sekretaris Edo terlihat menikmati makanannya. Dari ekspresi mereka terlihat bahwa makanan yang mereka makan begitu nikmat dan lezat. "Terimakasih nyonya, makanannya sangat enak," ucap sekretaris Edo."Terima kasih," ucap Ayra singkat."Saya akan membereskannya, supaya kalian lebih nyaman," ucap sekretaris Edo yang terlihat membereskan bekas alat makan yang ada di atas meja. “Terimakasih sekretaris Edo,” ucap Ayra.“Tidak masalah nyonya,” ucap sekretaris Edo."Terimakasih Ayra, masakanmu masih sama, sangat enak, bahkan sekarang terasa lebih enak," ucap Arsen."Aku membawakanmu dua porsi makan siang, hutangku lunas," ucap Ayra seraya tersenyum."Baiklah, lain kali kamu bisa membawakannya lagi untukku," ucap Arsen seraya tersenyum. "Ya, kamu harus membayarnya," ucap Ayra."Apapun itu," ucap Arsen dengan senyum yang masih merekah sempurna."Arsen, sebenarnya ada hal yang ingin aku bicarakan," ucap Ayra."Ya, kita bisa membicarakannya, aku sudah kenyang, aku bisa
MengalahAyra melihat situasinya mulai menegangkan, tidak ada yang mau mengalah, tidak bisa lagi dibiarkan.“Ayra tidak akan ke mana mana, Ardian hanya pergi selama tiga hari dan itu untuk urusan pekerjaan, Ayra tidak ingin merepotkannya," ucap Ayra. Mendengar hal itu Ardian terlihat mengulaskan senyum. Ardian sengaja hanya diam, dia tahu betul bagaimana watak ibunya juga Ayra. Dua orang yang berbeda karakter. Yang satu begitu keras dengan pendirian dan pemahamannya dan yang satu bisa dibilang terlalu baik, selalu mengiyakan apa kata keluarganya."Baguslah Ayra, kamu memang menantu terbaik yang ibu miliki. Lagipula ini bukan perjalanan bisnis Ardian yang pertama, tidak perlu dipikirkan," ucap nyonya Sisca seraya tersenyum.Di dalam kamarnya, Ayra terlihat menyiapkan koper Ardian."Apa yang akan kamu bawa, ini pertama kalinya aku menyiapkan koper untukmu, dulu biasanya kamu melarangku melakukannya," ucap Ayra."Ya seperti kebutuhan sehari hari tiga setelan baju kerja, baju dalam, perl
MencurigakanArdian pulang dari dinas luar. Ayra menyambutnya dengan begitu hangat, dia tidak memiliki pikiran buruk sedikitpun."Mas, kamu sudah pulang? sebentar lagi makan malam, istirahatlah dulu, aku akan membereskan kopermu," ucap Ayra ketika menemui Ardian yang sudah ada di dalam kamar. Ardian hanya memberi isyarat mengangguk kecil, lalu Ayra membawa koper Ardian keluar dari kamar.Ayra membawa Koper Ardian ke lantai bawah, koper itu tadi dibawa masuk ke kamar oleh sekretaris pribadi Ardian yang juga merupakan asisten pribadinya. Tanpa memiliki pikiran buruk sedikitpun, Ayra membongkar koper Ardian di ruang baju yang ada di lantai bawah, ruang untuk mengatur baju baju seluruh anggota keluarga sebelum dibawa ke kamar masing masing."Baiklah, mari kita lihat apa isi koper ini, pasti baju baju kotor, tidak mungkin ada oleh oleh," ucap Ayra seraya tersenyum.Ayra terdiam ketika membuka koper itu, baju baju Ardian semuanya sudah bersih dan wangi. Namun penataanya berbeda dari saat pe
Peristiwa KelamMobil sedan mewah berwarna hitam masuk ke dalam kawasan hutan. Berhenti di tengah tengah jalan sepi, lalu beberapa detik setelah itu, keluarlah dua orang, laki laki dan perempuan. Mereka terlihat buru buru, bergegas membuka bagasi belakang mobil. Mereka mengeluarkan sesuatu dari bagasi, oh, bukan sesuatu, melainkan seseorang. Seseorang yang sepertinya tidak sadarkan diri.Dua orang itu meletakkan seseorang di tengah jalan hutan yang sepi, sendirian. Apa mungkin membiarkannya untuk ma-ti dilin-das mobil besar yang mungkin saja melintas? Entahlah, mereka terlihat bergegas pergi.Seseorang itu adalah seorang wanita, wanita berusia tiga puluhan, dengan rambut panjang terurai, sangat kurus, nyaris hanya tulang berbalut kulit. Gerimis mulai turun, membasahi tubuh wanita yang memakai setelan berwarna putih, tanpa alas kaki. Dia masih meringkuk, apa mungkin dia sudah ma-ti?Tidak butuh waktu lama, ada mobil yang hendak melintas, nyaris melindas tubuh wanita itu, namun rem se
Dokter CantikAyra adalah gadis cantik, berusia dua puluh lima tahun. Dari keluarga sederhana, berasal dari salah satu kota yang ada di pulau Jawa, yaitu Yogyakarta. Ayahnya hanya seorang buruh serabutan sedangkan ibunya pengrajin manik manik dengan penghasilan kecil. Potret keluarga biasa saja, tidak ada yang istimewa, kecuali sosok Ayra sendiri yang terlahir dengan luar biasa.Ayra berhasil mendapatkan beasiswa, untuk belajar di Jakarta, fakultas kedokteran, seperti cita citanya yang ingin menjadi seorang dokter hebat, supaya bisa membantu masyarakat kecil yang membutuhkan bantuan kesehatan, dimana semua orang tahu, sehat itu mahal, sakit itu menguras tenaga, kekayaan, dan hati.Ayra tidak perlu mengeluarkan biaya apapun, uang kuliah, tempat tinggal selama belajar, biaya makan, semua itu ditanggung oleh Abadi Group, perusahaan yang menyediakan program beasiswa. Bekerja sama dengan universitas tempat Ayra mendapatkan beasiswa. Ayra hanya perlu belajar giat, menjadi lulusan terbaik d
Perjodohan SepihakPak Herman terlihat masih bingung, juga heran sembari menebak nebak."Iya, ceritakan dulu mengenai dia, Ayra, saya ingin tahu banyak tentang dia," perintah presdir Herlambang."I-iya pak, Ayra adalah salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa penuh di salah satu universitas ternama di Jakarta, beasiswa yang merupakan proyek kerjasama Abadi Group dengan perguruan tinggi lokal.""Dia berasal dari kota Yogyakarta, dari keluarga sederhana, dan merupakan anak tunggal. Selama masa pendidikan dia mengambil pekerjaan paruh waktu di beberapa tempat, seperti yang saya sampaikan tadi. Di restoran, rumah sakit kita, binatu, panti jompo dan beberapa toko. Hasil dari kerja paruh waktunya dia gunakan untuk membiayai kehidupannya dan sebagian lagi dia kirimkan kepada orang tuanya di kampung. Ya, memang tidak besar, Karna pekerjaan itu hanya dilakukannya di waktu senggang dan hanya beberapa jam.""Dia anak yang baik, jujur dan santun. Ayra adalah dokter yang banyak disukai pasien,
Pria TampanAyra mendengarkan apa yang pak Herman katakan, namun matanya tertuju pada seseorang yang muncul dari pintu masuk kantin. Dia melihat ada seorang pria dengan setelan jas warna coklat tua, menggunakan kacamata dengan lensa putih, rambutnya begitu rapi. Dia terlihat berjalan ke arah pak Herman duduk. Wajahnya begitu khas, dengan tulang rahang yang tegas, alis tebal dan mata sedikit sipit. Hidungnya mancung sekali, berpadu dengan bibir tipis merah jambu alami. Ini adalah sosok pria tampan yang selama ini ada di dunia khayalan Ayra. Pria tampan itu duduk di kursi kosong yang berada persis di sebelah mereka duduk, seorang diri. Ayra pikir, pria itu adalah salah satu keluarga pasien yang dirawat di rumah sakit ini.Pria itu benar benar tampan. "A-Ayra, kamu sedang melihat apa?" tanya pak Herman yang melihat Ayra begitu fokus pada satu titik. Tanpa menunggu jawaban dari Ayra, pak Herman segera menoleh dan mencari sumber ketertarikan Ayra itu."A-Ayra, ini benar benar sesuatu y