MengalahAyra melihat situasinya mulai menegangkan, tidak ada yang mau mengalah, tidak bisa lagi dibiarkan.“Ayra tidak akan ke mana mana, Ardian hanya pergi selama tiga hari dan itu untuk urusan pekerjaan, Ayra tidak ingin merepotkannya," ucap Ayra. Mendengar hal itu Ardian terlihat mengulaskan senyum. Ardian sengaja hanya diam, dia tahu betul bagaimana watak ibunya juga Ayra. Dua orang yang berbeda karakter. Yang satu begitu keras dengan pendirian dan pemahamannya dan yang satu bisa dibilang terlalu baik, selalu mengiyakan apa kata keluarganya."Baguslah Ayra, kamu memang menantu terbaik yang ibu miliki. Lagipula ini bukan perjalanan bisnis Ardian yang pertama, tidak perlu dipikirkan," ucap nyonya Sisca seraya tersenyum.Di dalam kamarnya, Ayra terlihat menyiapkan koper Ardian."Apa yang akan kamu bawa, ini pertama kalinya aku menyiapkan koper untukmu, dulu biasanya kamu melarangku melakukannya," ucap Ayra."Ya seperti kebutuhan sehari hari tiga setelan baju kerja, baju dalam, perl
MencurigakanArdian pulang dari dinas luar. Ayra menyambutnya dengan begitu hangat, dia tidak memiliki pikiran buruk sedikitpun."Mas, kamu sudah pulang? sebentar lagi makan malam, istirahatlah dulu, aku akan membereskan kopermu," ucap Ayra ketika menemui Ardian yang sudah ada di dalam kamar. Ardian hanya memberi isyarat mengangguk kecil, lalu Ayra membawa koper Ardian keluar dari kamar.Ayra membawa Koper Ardian ke lantai bawah, koper itu tadi dibawa masuk ke kamar oleh sekretaris pribadi Ardian yang juga merupakan asisten pribadinya. Tanpa memiliki pikiran buruk sedikitpun, Ayra membongkar koper Ardian di ruang baju yang ada di lantai bawah, ruang untuk mengatur baju baju seluruh anggota keluarga sebelum dibawa ke kamar masing masing."Baiklah, mari kita lihat apa isi koper ini, pasti baju baju kotor, tidak mungkin ada oleh oleh," ucap Ayra seraya tersenyum.Ayra terdiam ketika membuka koper itu, baju baju Ardian semuanya sudah bersih dan wangi. Namun penataanya berbeda dari saat pe
PijatanPagi hari di hari minggu, Ayra terlihat menyiapkan makan pagi dengan begitu lengkap. Ini pertama kalinya di hari minggu, Ardian ada di rumah, tidak bekerja dengan segala alasannya."Ini hari libur pertama di mana Ardian berada di rumah, bersama kita semua, luar biasa," ucap Pak Herlambang."Iya, seharusnya begitu Ardian, libur adalah bersama keluarga, menikmati waktu yang melimpah," ucap nyonya Sisca."Itu karena kakak sudah bekerja keras, ke luar kota pasti melelahkan," ucap Rose."Oh iya Ardian, kemarin ibu mengunjungi tante Triani, tante Triani sedang sakit di rumahnya, dia bilang dia melihatmu di rumah sakit? apa itu benar?" tanya nyonya Sisca. Mendengar hal itu Ardian terbatuk."Sisca, mana mungkin, Ardian ada di Bandung," ucap Pak Herlambang."Ya bisa saja terjadi jika kakak tidak benar benar di Bandung," ucap Rose."Rose, apa yang kamu katakan, kakakmu bekerja keras untuk perusahaan kita," ucap nyonya Sisca."Tapi, tante Triani juga bilang kalau mungkin saja hanya mirip
Tamparan KerasAyra terlihat begitu sabar menemani Loly makan. Membantunya mengambil makanan di piring, berbincang hangat, seperti yang selalu dia lakukan."Kakak, Loly ingin jalan jalan sore, ayo jalan jalan," ucap Loly.“Jalan jalan?” Tanya Ayra.“Iya, jalan jalan pakai kaki, kaki dua,” ucap Loly.“Apa Loly tidak akan lelah?” Tanya Ayra.“Tidak, tidak akan, ayo ayo jalan jalan,” ucap Loly. Dia terlihat meninggalkan piringnya, berdiri, menarik narik baju Ayra. Loly terlihat tidak sabar untuk merealisasikan idenya yang baru saja datang.“Ayo, ayo, ayo,” ucap Loly.“Iya Loly, Loly harus sabar ya, kakak akan mengajak Loly jalan jalan,” ucap Ayra.Loly terlihat melompat kegirangan, dia benar benar bahagia."Loly kuat jalan kaki? Tidak apa apa?” Tanya Ayra.“Mau, mau,” teriak Loly."Baiklah baiklah, kita ke sana," ucap Ayra. "Ya ya ya, ayo," ucap Loly dengan semangat tinggi. Mendengar itu Ayra tersenyum, sungguh mengurus anak remaja dengan kebutuhan khusus membutuhkan kesabaran tingkat
LUKA HATIAyra kaget mendapat perlakuan kasar seperti itu, ini memang bukan yang pertama kalinya, namun kali ini, tamparan nyonya Sisca sangat keras dan menyakitkan."Sisca, apa yang kamu lakukan!" teriak Pak Herlambang."Ayah, kamu lihat, karena keteledorannya sekarang Loly hilang. Loly tidak seperti anak normal lain, bagaimana jika terjadi hal buruk? hilang atau bahkan diculik orang, oh, putriku yang malang," ucap nyonya Sisca yang terdengar begitu khawatir.“Kamu seharusnya tidak membawa Loly jalan jalan, dia tidak pernah keluar rumah kecuali untuk sekolah,” ucap nyonya Sisca pada Ayra."Jika terjadi hal buruk pada Loly, kamu yang harus bertanggung jawab. Loly itu tanggung jawabmu, kenapa kamu teledor sekali, tidak bisa diandalkan," lanjut nyonya Sisca."Sudah sudah, mari kita cari Loly, kita cari bersama sama, mungkin Loly belum jauh," ucap Pak Herlambang.“Orang orang tidak ada yang tahu Loly itu anak kita, bagaimana jika Loly tidak bisa mengatakan siapa keluarganya, aku takut se
Berusaha Menahan Sesak Ayra sibuk menyiapkan makan malam di dapur, dia masih menjalankan semua kewajibannya, berusaha tidak mengingat hal buruk yang baru saja menimpanya. Ayra menyentuh pipinya, rasa nyeri, panas dan perih mungkin sudah memudar, tidak lagi dia rasakan, namun luka di dalam hatinya sungguh itu tidak lagi menemukan obat yang tepat. "A-Ayra," ucap nyonya Sisca lirih. Nyonya Ayra terlihat mendekat kearah Ayra berdiri."I-ibu, ibu perlu apa? apa ibu mau air dingin? Ayra akan mengambilkannya," ucap Ayra, selalu dengan sikap sigapnya dalam memberikan pelayanan pada semua orang."Ti-tidak, ibu tidak butuh apa apa, ibu hanya ingin minta maaf karena ibu sudah sangat keterlaluan, mungkin karena sebelumnya ibu sudah sangat emosi dengan masalah ibu sendiri, ibu benar benar minta maaf, ibu tidak seharusnya mengatakan hal buruk seperti itu," ucap nyonya Sisca seraya menggenggam tangan Ayra.“Ibu benar ben
Mirip Pembantu Pagi harinya, tepat pukul sepuluh pagi, Ayra sudah berada di supermarket untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga, kali ini dia berusaha dengan cepat supaya dia masih memiliki waktu untuk mengunjungi pusat kecantikan, itu yang direncanakan."Aku harus cepat, aku sudah melakukan ini selama bertahun tahun, aku bisa melakukannya walau dengan mata tertutup," ucap Ayra yakin. Dengan cekatan, Ayra mengambil seluruh barang yang akan dibeli, barang kebutuhan rumah tangga, seperti bahan makanan juga kebutuhan lain yang seluruh anggota keluarga butuhkan. "Semua sudah beres, bahan makanan, perlengkapan kebersihan, aneka makanan ringan, aneka minuman, minyak goreng, hmmm sudah semuanya," gumam Ayra. Lalu dia bergegas mendorong troli ke arah kasir. Dari jauh Arsen terlihat mengamati Ayra, hal ini sudah Arsen lakukan sejak lama. Dia tahu jadwal Ayra, kapan dia akan mengunjungi supermarket. Arsen bahkan ta
Curiga yang mengakar Arsen sampai di rumah tante Farida, dia terlihat duduk di ruang tengah dengan perasaan kesal tergambar jelas di wajahnya."Arsen sayang, kamu sudah datang," sapa nyonya Farida."Iya tante, ini Arsen bawakan cake coklat dari JIM Mall," ucap Arsen seraya menunjukkan cake coklat yang dibawanya."Terimakasih Arsen, itu cake kesukaan tante," ucap nyonys Farida sumringah. Tante Farida melihat ke arah Arsen, sepertinya ada yang aneh, wajah Arsen mengisyaratkan kekesalan juga kesedihan."Arsen, ada apa? Apa ada masalah di kantor?” Tanya tante Farida.“Apa kamu ingin kembali menjadi dokter? Apa menjadi presdir rumah sakit dan hotel sangat melelahkan?” Tanya nyonya Farida menelisik.“Tapi, di hotel, banyak yang membantumu, kamu hanya menjadi presdir, semua staff adalah professional,” gumam nyonya Farida.“Tante,” ucap Arsen.“Jangan mengkhawatirkan Arsen, Arsen