Penyelidikan PentingDi kantor Rumah sakit Keluarga Sehat, Arsen terlihat duduk di kursi kerjanya. "Apa benar Isabela adalah kekasih simpanan Arsen? Atau bahkan istri simpanan? apa Ayra tahu? Ayra pasti akan sangat kecewa jika dia mengetahui semua kebenaran ini. Sebaiknya aku tidak memberitahunya, lagi pula mereka akan segera bercerai, itu yang terbaik untuk Ayra, dia tidak pantas diperlakukan seperti itu," ucap Arsen lirih."Edo, kalau tidak salah kamu kenal seseorang yang bekerja di Abadi group, siapa namanya?" tanya Arsen pada Edo, sekretaris pribadinya."Pete Pak, dia adalah sekretaris pribadi Pak Ardian," ucap sekretaris Edo."Oh iya, kebetulan sekali, Edo, bisakah kamu mencari tahu tentang kemungkinan Ardian memiliki istri simpanan?" ucap Arsen."Kalau saya boleh tahu, untuk apa Pak?" tanya Edo."Istri Ardian Herlambang adalah sahabatku, dia ingin mengajukan gugatan perceraian, hanya saja saya harus mencari informasi sebanyak mungkin mengenai Ardian, saya harap kamu merahasiaka
Asisten Pribadi Sang PewarisSekretaris Pete dan sekretaris Edo tumbuh bersama di panti asuhan, mereka adalah dua orang yang cukup beruntung karena diambil oleh keluarga kaya untuk dibesarkan dan disekolahkan, walaupun bukan sebagai anak namun disiapkan sebagai asisten pribadi anak anak mereka. Sekretaris Pete mendapat beasiswa dari Abadi group, sejak masih berumur tujuh tahun, lalu menjadi asisten pribadi putra dari Abadi group setelah lulus dari perguruan tinggi. Beban balas budi membuatnya setia, hal yang begitu mahal dan sangat sulit sekali ditemukan saat ini.Juga dengan sekretaris Edo, dia mendapat beasiswa dari keluarga Arsen, sejak berumur sepuluh tahun, bahkan dia juga kuliah di luar negri berkat keluarga Arsen, atau lebih tepatnya mengurus Arsen selama berada di luar negri. Dia bisa mendapatkan semua itu dengan syarat dia harus mau menjadi asisten pribadi putra mereka, sekaligus temannya, yang selalu bersamanya.Sedekat apapun hubungan mereka dengan atasan mereka, mereka te
Pemilik Tangan AjaibArsen terdiam, dia melihat kalender yang berdiri di mejanya."Oh iya Edo, apa kamu mendengar kabar pelantikan presdir Abadi group?" tanya Arsen."Iya Pak, tiga minggu lagi," ucap sekretaris Edo."Mungkin setelah pelantikan resmi, Ayra akan mengajukan perceraian," ucap Arsen. Arsen berdiri menatap jendela besar yang ada di ruang kerjanya."Apakah setelah perceraian itu akan ada tempat untukku, kamu masih mencintai Ardian, kamu begitu mencintainya," ucap Arsen dalam hati.Arsen meraih ponselnya, dia terlihat menghubungi seseorang."Tolong kamu cari informasi di mana Isabela tinggal," ucap Arsen."Secepatnya," lanjut Arsen.Arsen terlihat menghubungi seseorang yang merupakan orang kepercayaannya.Di kediaman keluarga Herlambang, Ayra terlihat selesai membantu Loly mandi."Loly sudah mandi, sudah wangi, kita ke bawah, Loly pasti tidak sabar ingin melihat acara kesukaan Loly," ucap Ayra."Iya, Pororo," ucap Loly sumringah."Kakak akan menemani Loly."Ayra terlihat mem
IstimewaAyra kembali ke rumah sakit, dia melihat Ardian sudah tidur dan nyonya Sisca sibuk memainkan ponselnya."Ibu," sapa Ayra."Oh. Ayra, kamu sudah kembali, baguslah, ibu akan segera pergi. Ibu ada janji dengan teman teman ibu," ucap nyonya Sisca."Ibu tidak pulang dulu ke rumah? Ini sudah malam," tanya Ayra."Tidak, ibu akan langsung ke tempat pelelangan perhiasan, teman teman ibu sudah menunggu di sana, ibu akan membeli perhiasan yang sudah lama sekali ibu inginkan, ini akan menjadi malam yang luar biasa," ucap nyonya Sisca."Oh begitu, baiklah," ucap Ayra."Jaga Ardian dengan baik, lakukan tugasmu sebaik mungkin, ibu akan mempertahankanmu," ucap nyonya Sisca. Mendengar hal itu Ayra mengerutkan dahi, namun berusaha menutupi apa yang terlintas di benaknya."Baik ibu," ucap Ayra seraya memberi hormat.Nyonya Sisca keluar dari kamar perawatan Ardian."Halo Farida, kita ke sana sekarang," ucap nyonya Sisca di telepon."Aku akan membeli semuanya, itu akan menjadi investasi yang luar
Setitik Rasa Isabela terlihat mengepalkan tangannya erat, dia begitu kesal sekaligus marah, namun dengan sekuat tenaga Isabela berusaha menahan semua perasaan itu. Pikiran Arsen mundur ke masa itu, di mana dia sedang berusaha menenangkan sahabatnya, Evan, yang kalut akibat putus cinta. Evan adalah mantan kekasih Isabela sewaktu masih kuliah, yang sekarang menjadi pengacara hebat. Dia sangat mencintai Isabela melebihi apapun, namun Isabela meninggalkannya karena sudah mendapatkan laki-laki lain yang menurutnya jauh lebih baik dari Evan. Arsen bahkan pernah mendengar rumor bahwa Isabela mendekati Evan karena kecewa dengan dirinya. Sebelum bersama Evan, Isabela pernah menyatakan cintanya pada Arsen, namun Arsen menolaknya dengan alasan sudah ada wanita yang mencuri hatinya. Arsen tahu, mungkin Evan hanya menjadi pelampiasannya, namun Arsen tidak bisa berbuat apa apa ketika Evan menyatakan bahwa dia sangat mencintai Isabela, sepenuh hatinya. Isabela selalu ingin mendapatkan laki-
PerasaanRupanya, semua itu adalah alasan Isabela untuk meninggalkan Evan. Dia tahu mungkin Evan memang pernah tertarik pada Ayra, seperti laki laki lain, banyak yang mengidolakan Ayra, itu sudah hal yang biasa. Momen yang tepat, Isabela bisa meninggalkan Evan dengan alasan Evan tidak bisa melupakan cinta pertamanya.Isabela sudah kembali pada dirinya, dia benar benar tidak menyangka akan berada di situasi seperti ini."Apa Ayra dulu bekerja sebagai dokter di Rumah sakit milik pak Herlambang?" tanya Rose."Ya, benar sekali nyonya, dia pernah bekerja di Rumah sakit milik Pak Herlambang dan sekarang dia menjadi menantu pak Herlambang," ucap sekretaris Pete.Jantung Isabela berdegup dengan kencang, dia benar benar tidak menyangka, hal ini akan terjadi."Ayra, kenapa kamu selalu ada di dalam hidupku," gumam Rose kesal, dia terlihat menggenggam tangannya, menyalurkan segala kekesalan dan amarah yang begitu terkumpul di dalam dirinya.“Arsen, Evan dan sekarang Ardian, kenapa semua orang beg
CIUMAN PERTAMAAyra terlihat menyiapkan minuman hangat untuk Ardian dan juga susu kocok untuk Loly."Biar saya saja nyonya," ucap Bibi Esti."Bibi, tidak usah, biar saya saja, bibi bisa melanjutkan pekerjaan bibi," ucap Ayra."Nyo-nyonya, biasanya nona Rose memesan makanan online, tapi hari ini karena nyonya pulang dia tidak memesan makanan," ucap bibi Esti."Ya sudah tidak apa apa," ucap Ayra seraya melihat ke arah jam dinding."Masih ada waktu satu jam sebelum mereka pulang, saya akan membuat makan malam," ucap Ayra."Baiklah nyonya, biar saya yang mengantar minuman ini," ucap bibi Esti.“Ya sudah bik, saya akan segera ke dapur,” ucap Ayra.Ayra membuka lemari pendingin, mulai mengeluarkan bahan satu persatu. Dia akan membuat makan malam dengan cepat."Kakak, Kak Ayra," teriak Rose yang baru pulang dari kampus."Kakak sudah pulang ya, kakak, Rose kangen sekali, sangat kangen sangat, sangat, sangat" ucap Rose seraya memeluk kakaknya."Rose," ucap Ardian setelah melihat Rose."Maaf Ro
Demi CintaDeru jantung Ayra begitu keras beradu. Keras, cepat, mungkinkah akan melompat keluar? Oh situasi ini membuat Ayra tidak bisa bergerak, seperti tiba tiba membeku, menjadi es yang sulit sekali mencair.Ardian mendekatkan wajah Ayra ke wajahnya, lalu bibir itupun bersentuhan. Ardian mengecup bibir Ayra, lalu melepaskannya. Dia melihat Ayra dengan tatapan tajam, ada kekagetan pada diri Ayra, dia masih terdiam, tidak menyangka akan berada pada situasi seperti ini.Ardian kembali mendekatkan wajah Ayra ke wajahnya, lalu men-cium bibir Ayra, kali ini lebih panas, ciu-man itu adalah ciu-man yang berani. Ardian melu-mat habis bibir Ayra, membuat Ayra terkaget, sedikit tidak bisa bernafas.Ayra belum bergerak, dia bingung harus bagaimana membalas ciu-man itu, dia hanya menerima ciuman itu karena ini adalah ciuman pertamanya. Ardian menarik tangan Ayra, Ayra mulai berani semakin dekat.Ardian melepaskan ciumannya, dia menatap wajah Ayra, pandangan mendalam.“Aku sudah tidak bisa menah
Masa Masa Sulit “Bu Ayra adalah orang yang kuat,” ucap sekretaris Edo."Ya, dia memang wanita yang kuat," ucap Arsen.“Baiklah pak, saya pulang dulu,” ucap sekretaris Edo.“Baiklah, maaf mengganggu waktu liburmu,” ucap Arsen.“Tidak apa apa pak, hubungi saya jika ada yang bapak perlukan,” ucap sekretaris Edo.“Baiklah, terima kasih,” ucap Arsen. Sekretaris Edo bergegas pergi, Arsen membawa beberapa paper bag bingkisan itu ke kamar di mana Ayra berada.“Ayra, aku membawakan semua kebutuhanmu, jika ada yang kurang sampaikan saja,” ucap Arsen pada Ayra yang terlihat mengamati pemandangan diluar jendela kamarnya. Arsen meletakkan semua bingkisan itu di lantai.“I-iya,” ucap Ayra singkat. Arsen tahu, segala hal yang menimpa Ayra tidak bisa semudah itu diterima, dia masih terguncang dan Arsen berusaha memberi Ayra ruang. "Aku ada di luar, jika kamu
Setelah peristiwa itu Pagi hari, Ayra tersadar, dia mendapati tubuhnya sudah berganti pakaian dengan pakaian hangat, tertutup selimut tebal, tangannya juga terpasang selang yang terhubung dengan cairan infus. Dia berada di sebuah kamar yang nyaman. Kepalanya terasa sakit, ada perban menempel di sana, mungkin itu adalah luka yang dihasilkan dari pertengkaran sengit tadi malam. Ayra yang masih begitu lemah hanya bisa menghela nafas lega, bersyukur Tuhan memberinya hidup kedua walaupun belum bisa membedakan ini semua hanya mimpi atau kenyataan. Samar samar dia melihat sosok yang sudah tidak asing lagi, dia adalah Arsen, iya Arsen. teman Ayra sewaktu masih duduk di bangku kuliah, yang selalu menjadi sahabat baiknya, hingga saat ini. Arsen duduk di kursi yang ada di kamar itu, tertidur, terlihat sangat kelelahan. Arsen yang menyelamatkannya, memberikan hidup kedua bagin
Misi Penyelamatan Di dalam mobil, suasana tegang benar benar terasa.“Kemana kita harus membawanya?” Tanya Ardian.“Kita buang saja, kita hanyutkan di sungai,” ucap Isabela memberi ide.“Apa?” Tanya Ardian tidak percaya.“Tidak, di jembatan akan sangat ramai sekali, kita tidak bisa membuangnya di kota,” ucap Ardian“Apa kamu yakin dia sudah mati?” tanya Ardian.“Dia masih hidup, nafasnya tipis. Kamu tidak melihat darah yang keluar dari kepalanya? Aku yakin dia tidak akan bertahan,” ucap Isabela.“Apa yang kita lakukan, kita sudah menjadi pemb-unuh,” ucap Ardian gugup dan juga takut. Isabela menggenggam tangan suaminya, berusaha memberi kekuatan.“Ini yang terbaik, kita harus menyingkirkannya, tidak ada pilihan lain,” ucap Isabela.“Pikirkan anak kita, apa kamu yakin rela menukar hidupmu yang penuh dengan kemewahan dengan hidup di penjara?” Tanya Isabela.
Medan Perang Ardian membawa Ayra ke apartemennya, penthouse mewah yang bahkan memiliki lift sendiri. Ayra hanya diam, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Dia bahkan belum percaya bahwa dirinya akan mengalami hal semacam ini, bertemu dengan selingkuhan suaminya. Mereka sampai di depan pintu apartemen, Ardian membuka pintu itu.Di dalam apartemen sudah ada Isabela, duduk dengan santainya di sofa yang ada di sana.Hati Ayra bergetar hebat.“Wanita itu,” gumam Ayra. Ayra menatap wanita itu dalam dalam, bahkan matanya nyaris keluar. Isabela mengulaskan senyum, seolah sengaja melakukan itu. Dia berdiri, lalu mendekat kearah Ayra.“Apa kamu kaget?” Tanya Isabela, berusaha terlihat tenang.“Kamu?” Tanya Ayra.“Isabela?” tebak Ayra. Ardian mengerutkan dahi, dia bahkan tidak menyangka jika Ayra mengenal Isabela.“Ya, orang yang selalu kalah dari
Peristiwa Mengerikan Mulai TerjadiPart 2 Mobil Ardian masuk ke dalam lingkungan apartemen.“Itu mobil mas Ardian, ya, itu mobilnya,” ucap Ayra yakin.Ayra segera berlari mengikuti mobil itu hingga ke area parkir bawah tanah dan berhenti. Dengan nafas tersengal sengal, Ayra berhenti tepat di depan mobil Ardian.“Ar-Ardian,” ucap Isabela gugup.“Ada apa?” Tanya Ardian yang belum menyadari kehadiran Ayra.“Di-dia,” ucap Isabela seraya menunjuk ke arah Ayra berdiri. Ardian melihat kearah itu, dia kaget, ada istrinya di sana.“A-Ayra,” ucap Ardian.“Isabela, sebaiknya kamu bawa Amora naik, aku akan menemuinya,” pinta Ardian.“I-iya,” ucap Isabela yang segera keluar dari mobil, berusaha menyembunyikan wajahnya dan masuk ke dalam area apartemen. Ayra melihat wanita itu, dengan perasaan campur aduk yang luar biasa. Ayra berusaha menstabilka
Peristiwa Mengerikan Mulai Terjadi Ayra menginjakkan kaki di apartemen itu, apartemen mewah yang harganya pun tidak biasa. Ayra memegang dadanya, menguatkan hati juga pikirannya. Jantung itu berdegup dengan kencang, seperti genderang perang, dia bahkan kesulitan untuk menstabilkan deru jantungnya.“Kamu harus kuat Ayra, apapun yang akan kamu dapatkan di tempat ini,” ucap Ayra. Dengan yakin dia memasuki apartemen itu, mendekat ke arah resepsionis sebagai jalan pintas dari pada harus mencari cari tidak jelas.“Se-selamat siang,” sapa Ayra.“Selamat siang ibu, ada yang bisa saya bantu?” Tanya resepsionis yang terdengar begitu ramah.“Ma-maaf saya mau Tanya, apa benar bapak Ardian Herlambang tinggal di salah satu unit penthouse?” Tanya Ayra. Mendengar hal itu, petugas resepsionis bernama Naira itu mengerutkan dahi. Ayra menangkap sinyal keragu raguan.“Oh, maaf, saya hanya mau mengantarkan pesanan kado,
Curiga yang mengakar Arsen sampai di rumah tante Farida, dia terlihat duduk di ruang tengah dengan perasaan kesal tergambar jelas di wajahnya."Arsen sayang, kamu sudah datang," sapa nyonya Farida."Iya tante, ini Arsen bawakan cake coklat dari JIM Mall," ucap Arsen seraya menunjukkan cake coklat yang dibawanya."Terimakasih Arsen, itu cake kesukaan tante," ucap nyonys Farida sumringah. Tante Farida melihat ke arah Arsen, sepertinya ada yang aneh, wajah Arsen mengisyaratkan kekesalan juga kesedihan."Arsen, ada apa? Apa ada masalah di kantor?” Tanya tante Farida.“Apa kamu ingin kembali menjadi dokter? Apa menjadi presdir rumah sakit dan hotel sangat melelahkan?” Tanya nyonya Farida menelisik.“Tapi, di hotel, banyak yang membantumu, kamu hanya menjadi presdir, semua staff adalah professional,” gumam nyonya Farida.“Tante,” ucap Arsen.“Jangan mengkhawatirkan Arsen, Arsen
Mirip Pembantu Pagi harinya, tepat pukul sepuluh pagi, Ayra sudah berada di supermarket untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga, kali ini dia berusaha dengan cepat supaya dia masih memiliki waktu untuk mengunjungi pusat kecantikan, itu yang direncanakan."Aku harus cepat, aku sudah melakukan ini selama bertahun tahun, aku bisa melakukannya walau dengan mata tertutup," ucap Ayra yakin. Dengan cekatan, Ayra mengambil seluruh barang yang akan dibeli, barang kebutuhan rumah tangga, seperti bahan makanan juga kebutuhan lain yang seluruh anggota keluarga butuhkan. "Semua sudah beres, bahan makanan, perlengkapan kebersihan, aneka makanan ringan, aneka minuman, minyak goreng, hmmm sudah semuanya," gumam Ayra. Lalu dia bergegas mendorong troli ke arah kasir. Dari jauh Arsen terlihat mengamati Ayra, hal ini sudah Arsen lakukan sejak lama. Dia tahu jadwal Ayra, kapan dia akan mengunjungi supermarket. Arsen bahkan ta
Berusaha Menahan Sesak Ayra sibuk menyiapkan makan malam di dapur, dia masih menjalankan semua kewajibannya, berusaha tidak mengingat hal buruk yang baru saja menimpanya. Ayra menyentuh pipinya, rasa nyeri, panas dan perih mungkin sudah memudar, tidak lagi dia rasakan, namun luka di dalam hatinya sungguh itu tidak lagi menemukan obat yang tepat. "A-Ayra," ucap nyonya Sisca lirih. Nyonya Ayra terlihat mendekat kearah Ayra berdiri."I-ibu, ibu perlu apa? apa ibu mau air dingin? Ayra akan mengambilkannya," ucap Ayra, selalu dengan sikap sigapnya dalam memberikan pelayanan pada semua orang."Ti-tidak, ibu tidak butuh apa apa, ibu hanya ingin minta maaf karena ibu sudah sangat keterlaluan, mungkin karena sebelumnya ibu sudah sangat emosi dengan masalah ibu sendiri, ibu benar benar minta maaf, ibu tidak seharusnya mengatakan hal buruk seperti itu," ucap nyonya Sisca seraya menggenggam tangan Ayra.“Ibu benar ben