KesalAyra terdiam, sesaat seperti patung."Jauh sekali jika harus kembali," ucap Ayra."Ah, sudahlah, aku beli makanan dan membawanya ke kamar mas Ardian saja," ucap Ayra yang melanjutkan tujuannya.Ayra segera menuju ke kantin dua puluh empat jam, hendak membeli makan pagi juga air mineral botol. Di dalam kamar perawatan Ardian, Isabela terlihat memanfaatkan waktunya.“Isabela, sebaiknya kamu segera pulang, aku khawatir Ayra akan melihatmu,” ucap Ardian gugup.“Memangnya kenapa? Aku juga istrimu,” ucap Isabela.Ardian terlihat menghela nafas.“Belum saatnya, tolonglah, apa kamu ingin melihatku segera mati,” ucap Ardian dengan sangat serius.Isabela terlihat kesal.“AKu ingin melihat wajah istrimu, aku bahkan tidak pernah melihat fotonya. Apa dia cantik? Kamu yakin tidak pernah tidur dengannya selama satu tahun ini,” ucap Isabela merajuk.“Bicara apa kamu ini,” Ardian terlihat kesal.“Pergilah, aku mohon,” pinta Ardian.“Aku akan segera menemuimu setelah keluar dari rumah sakit,” uc
Bunga CintaAyra masuk ke dalam kamar perawatan Ardian, dia melihat Ardian sudah bangun."Mas Ardian, kamu sudah bangun? maaf tadi aku keluar saat kamu masih tidur," ucap Ayra. Ardian terdiam, dia melihat ke arah Ayra, pikirannya mengingat apa yang pernah Arsen katakan. Saat itu Arsen datang bersama tante Farida, Arsen sempat berbicara empat mata dengan Ardian, Arsen terlihat serius, mulai mendekatkan wajahnya ke arah Ardian dan membisikkan kalimat yang benar benar Ardian tidak sangka akan keluar dari mulut Arsen, sebuah rahasia besar yang dia pikir tidak akan ada yang mengetahuinya."Kamu tahu, Isabela dan Ayra saling mengenal," ucap Arsen seraya tersenyum."Apa benar Ayra mengenal Isabela?" bisik Ardian dalam hati."Aku akan membantumu mandi," ucap Ayra seraya tersenyum. Ardian tidak mengatakan apapun, tidak ada penolakan.Ayra mengambil air hangat dan handuk kecil. Dia terlihat menaikkan sedikit tempat tidur Ardian, memposisikan sedikit duduk. Ayra mengarahkan tangannya ke baju A
Cinta HatiAyra sudah selesai mengusahakan kenyamanan untuk Ardian, lalu dia duduk di kursi sofa. "Kamu mau menonton televisi?" tanya Ayra, lalu Ardian mengangguk. Ayra menghidupkan televisi, melihat ada saluran acara drama yang mengisahkan kisah cerita romantis, tepat saat Ayra menghidupkan televisi, adegan yang disuguhkan adalah keromantisan seorang suami mengecup kening istrinya, lalu memeluk tubuh istrinya. Ayra melihat itu dengan pandangan mendalam, lalu dia tersenyum. Ardian melihat ke arah Ayra, dia terlihat salah tingkah."Tolong ganti salurannya," pinta Ardian."Baiklah kamu mau melihat berita?" tanya Ayra."I-iya," ucap Ardian, lalu Ayra mengganti saluran televisi menjadi berita pagi.Di kediaman keluarga Herlambang, nyonya Sisca masih sibuk membereskan perlengkapan makan yang habis digunakan untuk makan pagi."Esti, apa kamu masih lama mengurus Loly, siapa yang akan membantuku," gumam nyonya Sisca."Esti!" teriak nyonya Sisca."Ibu, kenapa ibu berteriak, bibi Esti sedang m
Penyelidikan PentingDi kantor Rumah sakit Keluarga Sehat, Arsen terlihat duduk di kursi kerjanya. "Apa benar Isabela adalah kekasih simpanan Arsen? Atau bahkan istri simpanan? apa Ayra tahu? Ayra pasti akan sangat kecewa jika dia mengetahui semua kebenaran ini. Sebaiknya aku tidak memberitahunya, lagi pula mereka akan segera bercerai, itu yang terbaik untuk Ayra, dia tidak pantas diperlakukan seperti itu," ucap Arsen lirih."Edo, kalau tidak salah kamu kenal seseorang yang bekerja di Abadi group, siapa namanya?" tanya Arsen pada Edo, sekretaris pribadinya."Pete Pak, dia adalah sekretaris pribadi Pak Ardian," ucap sekretaris Edo."Oh iya, kebetulan sekali, Edo, bisakah kamu mencari tahu tentang kemungkinan Ardian memiliki istri simpanan?" ucap Arsen."Kalau saya boleh tahu, untuk apa Pak?" tanya Edo."Istri Ardian Herlambang adalah sahabatku, dia ingin mengajukan gugatan perceraian, hanya saja saya harus mencari informasi sebanyak mungkin mengenai Ardian, saya harap kamu merahasiaka
Asisten Pribadi Sang PewarisSekretaris Pete dan sekretaris Edo tumbuh bersama di panti asuhan, mereka adalah dua orang yang cukup beruntung karena diambil oleh keluarga kaya untuk dibesarkan dan disekolahkan, walaupun bukan sebagai anak namun disiapkan sebagai asisten pribadi anak anak mereka. Sekretaris Pete mendapat beasiswa dari Abadi group, sejak masih berumur tujuh tahun, lalu menjadi asisten pribadi putra dari Abadi group setelah lulus dari perguruan tinggi. Beban balas budi membuatnya setia, hal yang begitu mahal dan sangat sulit sekali ditemukan saat ini.Juga dengan sekretaris Edo, dia mendapat beasiswa dari keluarga Arsen, sejak berumur sepuluh tahun, bahkan dia juga kuliah di luar negri berkat keluarga Arsen, atau lebih tepatnya mengurus Arsen selama berada di luar negri. Dia bisa mendapatkan semua itu dengan syarat dia harus mau menjadi asisten pribadi putra mereka, sekaligus temannya, yang selalu bersamanya.Sedekat apapun hubungan mereka dengan atasan mereka, mereka te
Pemilik Tangan AjaibArsen terdiam, dia melihat kalender yang berdiri di mejanya."Oh iya Edo, apa kamu mendengar kabar pelantikan presdir Abadi group?" tanya Arsen."Iya Pak, tiga minggu lagi," ucap sekretaris Edo."Mungkin setelah pelantikan resmi, Ayra akan mengajukan perceraian," ucap Arsen. Arsen berdiri menatap jendela besar yang ada di ruang kerjanya."Apakah setelah perceraian itu akan ada tempat untukku, kamu masih mencintai Ardian, kamu begitu mencintainya," ucap Arsen dalam hati.Arsen meraih ponselnya, dia terlihat menghubungi seseorang."Tolong kamu cari informasi di mana Isabela tinggal," ucap Arsen."Secepatnya," lanjut Arsen.Arsen terlihat menghubungi seseorang yang merupakan orang kepercayaannya.Di kediaman keluarga Herlambang, Ayra terlihat selesai membantu Loly mandi."Loly sudah mandi, sudah wangi, kita ke bawah, Loly pasti tidak sabar ingin melihat acara kesukaan Loly," ucap Ayra."Iya, Pororo," ucap Loly sumringah."Kakak akan menemani Loly."Ayra terlihat mem
IstimewaAyra kembali ke rumah sakit, dia melihat Ardian sudah tidur dan nyonya Sisca sibuk memainkan ponselnya."Ibu," sapa Ayra."Oh. Ayra, kamu sudah kembali, baguslah, ibu akan segera pergi. Ibu ada janji dengan teman teman ibu," ucap nyonya Sisca."Ibu tidak pulang dulu ke rumah? Ini sudah malam," tanya Ayra."Tidak, ibu akan langsung ke tempat pelelangan perhiasan, teman teman ibu sudah menunggu di sana, ibu akan membeli perhiasan yang sudah lama sekali ibu inginkan, ini akan menjadi malam yang luar biasa," ucap nyonya Sisca."Oh begitu, baiklah," ucap Ayra."Jaga Ardian dengan baik, lakukan tugasmu sebaik mungkin, ibu akan mempertahankanmu," ucap nyonya Sisca. Mendengar hal itu Ayra mengerutkan dahi, namun berusaha menutupi apa yang terlintas di benaknya."Baik ibu," ucap Ayra seraya memberi hormat.Nyonya Sisca keluar dari kamar perawatan Ardian."Halo Farida, kita ke sana sekarang," ucap nyonya Sisca di telepon."Aku akan membeli semuanya, itu akan menjadi investasi yang luar
Setitik Rasa Isabela terlihat mengepalkan tangannya erat, dia begitu kesal sekaligus marah, namun dengan sekuat tenaga Isabela berusaha menahan semua perasaan itu. Pikiran Arsen mundur ke masa itu, di mana dia sedang berusaha menenangkan sahabatnya, Evan, yang kalut akibat putus cinta. Evan adalah mantan kekasih Isabela sewaktu masih kuliah, yang sekarang menjadi pengacara hebat. Dia sangat mencintai Isabela melebihi apapun, namun Isabela meninggalkannya karena sudah mendapatkan laki-laki lain yang menurutnya jauh lebih baik dari Evan. Arsen bahkan pernah mendengar rumor bahwa Isabela mendekati Evan karena kecewa dengan dirinya. Sebelum bersama Evan, Isabela pernah menyatakan cintanya pada Arsen, namun Arsen menolaknya dengan alasan sudah ada wanita yang mencuri hatinya. Arsen tahu, mungkin Evan hanya menjadi pelampiasannya, namun Arsen tidak bisa berbuat apa apa ketika Evan menyatakan bahwa dia sangat mencintai Isabela, sepenuh hatinya. Isabela selalu ingin mendapatkan laki-