Ini Benar“Arsen, apa aku harus membayar Evan mahal? Seingatku dulu kalian sangat dekat, kalian juga saudara kan. Aku tidak punya banyak uang,” ucap Ayra.“Tidak apa apa, nanti aku akan menghubungi Evan, aku yakin dia bersedia membantumu, tapi aku masih ragu dengan keputusanmu,” ucap Arsen.“Sudahlah, tidak usah dipikirkan,” ucap Ayra seraya tersenyum.***Di kantor Abadi group, Ardian berjalan ke arah mobil bersama dengan sekretaris Pete. Dia baru saja selesai rapat dengan dokter Reza, pemilik klinik yang baru di buka. Mereka bekerja sama dalam pengadaan stok obat dalam jangka panjang."Pak, rapat selanjutnya akan dilaksanakan lima menit lagi, di hotel galaksi,” ucap sekretaris Pete.“Apa kita bisa sampai di sana tepat waktu?" Tanya Ardian."Saya akan usahakan pak,” ucap sekretaris Pete.“Kamu yang menjadwalkan waktu, harusnya kamu memberi jeda yang jelas. Rapat dengan dokter Reza akan membutuhkan waktu lama, dia suka berdiskusi banyak hal," ucap Ardian. "Iya Pak maafkan saya," ucap
Perasaan Seorang IstriBeberapa saat kemudian Pak Herlambang dan dua orang kepercayaannya sampai di rumah sakit."Ayra, bagaimana keadaan Ardian?" tanya Pak Herlambang begitu khawatir."Masih di dalam ayah, belum sadarkan diri," ucap Ayra."Di mana ibumu, kamu sudah memberitahunya?" tanya Pak Herlambang.“Be-belum ayah, tadi Ayra langsung ke sini, belum sempat menghubungi ibu,” ucap Ayra.“Baiklah, ayah akan menghubunginya,” ucap pak Herlambang.Pak Herlambang terlihat mengeluarkan ponsel, lalu dia mencoba menghubungi istrinya, nyonya Sisca.Beberapa kali Pak Herlambang berusaha menghubungi nyonya Sisca, tidak ada jawaban. "Wanita itu," ucap Pak Herlambang kesal.Dokter Usman keluar dari ruang unit gawat darurat dan memberitahukan bahwa Pak Ardian sudah sadarkan diri, dia akan dibawa ke ruang perawatan. Pak Herlambang dan Ayra segera menyusul ke ruang perawatan, ruang VVIP nomor 3."Ardian," ucap Ayra setelah berada di sebelah suaminya. Ardian terlihat meringis kesakitan."Mana yang
KetulusanNyonya Sisca sampai di ruang perawatan Ardian, dia segera membuka pintu."Ardian putraku," teriak nyonya Sisca."Apa yang terjadi Ardian, kenapa kamu begini," ucap nyonya Sisca seraya memeluk Ardian."Ardian putraku," ucap nyonya Sisca seraya menangis pilu.Ayra hanya bisa melihat itu, dia tahu nyonya Sisca begitu menyayangi Ardian."I-ibu," ucap Ardian lirih."Sudah, sudah, kamu harus istirahat," ucap Pak Herlambang.“Ibu sangat khawatir,” ucap nyonya Sisca.“Dia sudah melewati masa kritisnya, aku akan meminta dokter Usman untuk memeriksanya secara menyeluruh,” ucap pak HerlambangNyonya Sisca melepaskan pelukannya, lalu mendekat kearah Ayra. Tanpa aba aba nyonya Sisca menampar Ayra.Ayra tidak menyangka akan kembali mendapat perlakuan seperti itu. Dia terlihat memegangi pipinya yang merah, juga nyeri.“Harusnya kamu segera menghubungiku, kenapa tidak segera menghubungiku, aku tidak bisa menemani putraku saat masa sulitnya,” ucap nyonya Sisca.“Sisca, apa yang kamu lakukan,
Getaran Rasa“Tante, apa tante Sisca pernah melakukan kekerasan pada asisten rumah tangganya?” Tanya Arsen.“Hmmm, seingat tante,” ucap nyonya Farida dengan wajah berpikir.“Ya, pernah, ada yang kabur karena ditampar keras oleh Sisca, di tendang, juga dicaci maki, tapi semua berakhir dengan damai. Tau sendiri, uang adalah raja, tidak ada yang berani melawan Abadi group,” ucap nyonya Farida."Tante Sisca membuat Ayra tidak bisa bergerak dan membuat Ayra melakukan semuanya seolah olah adalah keinginan Ayra sendiri," ucap Arsen."Ya seperti itulah, dengan sadar Ayra mau melakukan segalanya, untuk menyenangkan semua orang yang ada di sekitarnya tanpa memikirkan dirinya sendiri," ucap nyonya Sisca.“Sindrome menantu sempurna,” ucap Arsen.“Ya, kamu benar,” ucap nyonya Farida."Apalagi Ayra orang yang tidak bisa menolak apapun," ucap Arsen.“Tante, bagaimana jika kita mengunjungi Ardian di rumah sakit?” ucap Arsen antusias.“Wah, boleh juga,” ucap tante Farida mengiyakan ide dari Arsen.Ars
Sahabat BaikAyra keluar dari kamar perawatan Ardian, dia terlihat menghela nafas panjang."Ayra," sapa seseorang yang sepertinya sudah mengenal Ayra."Niluh," ucap Ayra. Rupanya yang menyapanya adalah Niluh, dokter Niluh yang tidak lain adalah sahabat lamanya."Hai, lama sekali tidak berjumpa," lanjut Ayra yang kemudian memeluk Niluh dengan begitu erat, pelukan singkat namun begitu terasa."Iya, terakhir kali kamu menghubungiku ketika kita akan menonton konser Hoka Band, tapi kamu membatalkannya, setelah itu kamu tidak menghubungiku lagi," ucap Niluh."Maafkan aku Niluh, aku cukup sibuk dengan rumah tanggaku, biasalah ibu rumah tangga," ucap Ayra.“Apa kamu sedang jaga?” Tanya Ayra.“Ya, aku sedang jaga pagi. Aku dengar pak Ardian sakit, tadi aku berencana mengunjunginya, siapa tahu ada kamu juga,” ucap Niluh.“Aku sangat merindukanmu,” lanjut Niluh.“Aku juga, aku ingin sekali bertemu denganmu,” ucap Ayra."Apa menikah memang seperti itu? sangat merepotkan," ucap Niluh.“Tidak, tida
PenyelidikanBeberapa hari lalu Arsen meminta sekretaris pribadinya, sekretaris Edo untuk menyelidiki apakah Ardian memiliki saudara laki-laki. Ternyata Ardian tidak memiliki saudara laki laki, karena itu Arsen berasumsi bahwa Isabela mungkin saja adalah kekasih gelap Ardian, atau bisa disebut selingkuhannya.Tiba tiba nyonya Farida masuk ke dalam ruang perawatan."Arsen, pamanmu akan segera pulang, kita harus sampai di rumah sebelum pamanmu datang," ucap tante Farida."Ardian, tante harus pulang, maaf tante hanya membawakanmu cake keju, kebetulan ini juga cake kesukaan Ayra, semoga kamu lekas sehat," ucap nyonya Farida seraya melirik ke arah kotak merah tua yang berisi cake keju dari toko kue terkenal, cake itu Arsen letakkan di meja dekat Ardian tidur. "Te-terimakasih tante," ucap Ardian. Tante Farida dan Arsen keluar dari ruang perawatan, tidak lupa Arsen mengulaskan senyum menusuk yang penuh dengan ancaman kepada Ardian."Laki-laki itu, apa dia benar benar tahu hubunganku dengan
Masalah DatangWaktu makan malam tiba, Pak Herlambang, nyonya Sisca, Rose dan Loly, mereka sudah berada di meja makan. Mata nyonya Sisca tidak berkedip sedikitpun dari apa yang ada di hadapannya. "Apa ini Rose?" tanya nyonya Sisca. "Kamu menyediakan makanan untuk arisan? Atau untuk satu komplek?" tanya nyonya Sisca.Di atas meja makan sudah tersedia berbagai jenis makanan. Aneka seafood, mulai dari udang, cumi, kerang, dimasak dengan aneka bumbu beragam. Menu sate yang diantaranya ada sate taichan, sate kambing. Aneka gorengan, juga dimsum. Lalu Beberapa macam tumis, tumis sayuran, tumis daging dan tumis tahu tempe. Loly Herlambang juga mendapat bagiannya, perkedel jagung."Sesuai dengan selera semua orang yang ada di rumah ini. Seafood untuk ayah, dimsum untukku, perkedel jagung untuk Loly, kemudian sate untuk ibu, bagaimana, apa masih kurang?" tanya Rose."Rose, kita hanya berempat, ini bisa untuk dua puluh orang, apa kamu mau membuat kita bangkrut?" tanya nyonya Sisca."Ibu, apa
KesalAyra terdiam, sesaat seperti patung."Jauh sekali jika harus kembali," ucap Ayra."Ah, sudahlah, aku beli makanan dan membawanya ke kamar mas Ardian saja," ucap Ayra yang melanjutkan tujuannya.Ayra segera menuju ke kantin dua puluh empat jam, hendak membeli makan pagi juga air mineral botol. Di dalam kamar perawatan Ardian, Isabela terlihat memanfaatkan waktunya.“Isabela, sebaiknya kamu segera pulang, aku khawatir Ayra akan melihatmu,” ucap Ardian gugup.“Memangnya kenapa? Aku juga istrimu,” ucap Isabela.Ardian terlihat menghela nafas.“Belum saatnya, tolonglah, apa kamu ingin melihatku segera mati,” ucap Ardian dengan sangat serius.Isabela terlihat kesal.“AKu ingin melihat wajah istrimu, aku bahkan tidak pernah melihat fotonya. Apa dia cantik? Kamu yakin tidak pernah tidur dengannya selama satu tahun ini,” ucap Isabela merajuk.“Bicara apa kamu ini,” Ardian terlihat kesal.“Pergilah, aku mohon,” pinta Ardian.“Aku akan segera menemuimu setelah keluar dari rumah sakit,” uc