“Aku benar-benar tidak tahu apa yang bagus darimu sampai-sampai putraku bahkan mengabaikan kami berdua hanya untuk menikahi mu.” tatapan mata ibunya James begitu tajam terarahkan kepada Aruna.
Mendengar kalimat yang begitu tidak enak untuk didengar, Aruna pun hanya bisa terdiam dalam segala pemikirannya. Jelas dia pun sudah meminta James untuk memikirkannya berulang-ulang sebelum memutuskan untuk menikahinya. Aruna tidak menyangka bahwa setiap hubungan pasti akan memiliki kendala, tidak tahu dari mana arah datangnya. Tiba-tiba sajak Aruna merasa ragu, dia tidak ingin membuat James menjadi pria yang bertentangan dengan orang tuanya. Sadar diri, Aruna bukanlah sosok yang bisa diprioritaskan oleh James. “Putraku sudah bertunangan dengan putri dari pembisnis hebat, tapi hanya karena dia mengenalmu,Malam itu, Reiner keluar dari kamarnya, berniat mengambil air di dapur. Violet sendiri juga tidak sedang tidur, menyusui Arabella. Sesampainya di dapur, ternyata ada Wendy di sana, entah apa yang dia lakukan Reiner juga tidak memperdulikannya. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan Reiner?” ucap Wendy menawarkan bantuan dengan nada bicara yang lembut. Dengan segera Reiner menggelengkan kepalanya, jelas dia bisa mengambil air untuk dia minum sendiri tanpa bantuan dari orang lain. “Apa Nona kecil bangun, Tuan?” tanya Wendy, Sepertinya dia sengaja terus bertanya karena melihat Reiner sudah akan pergi dari dapur, seolah-olah dia merasa tidak rela terlalu cepat Reiner beranjak. “Iya, istriku sedang menyusuinya. Arabella, anak yang sangat pengertian, tidak terlalu menyusahkan saat malam hari.” jawab Reiner. We
Sebuah malam yang dingin, bercampur hujan deras yang turun. Sudah hampir satu pekan ini hujan selalu turun dengan derasnya, bahkan beberapa kali sampai ada badai hujan beberapa waktu yang lalu. Namun, meski begitu kegiatan panas yang ada di atas ranjang tak memperdulikan cuaca di luar sana. Reiner, pria itu menggila dengan keindahan rasa dari kegiatan bersama dengan Violet. Sudah tak ada lagi rasa canggung, Violet bahkan tak lagi memberikan penolakan seperti sebelumnya. Beberapa saat kemudian, kegiatan itu selesai, Arabella yang masih tidur nyenyak itu membuat Violet dan Reiner bisa beristirahat sejenak dengan nyaman. “Besok adalah ulang tahunmu, kita pergi makan malam bersama Arabella saja, ya,” ajak Reiner. Violet menganggukkan kepalanya, sejak melahirkan Arabella dia memang hampir tak pernah kelu
“Bangunlah, kau terlihat memiliki maksud yang tidak seharusnya,” peringat Reiner kepada Wendy. Mendengar itu, Wendy pun merasa gugup, segera dia bangkit. Sadar bahwa cara ia menggoda tidak mengena di hati Reiner, Wendy mulai memikirkan cara yang lain. Sejenak dia berpikir, mungkin saja Reiner adalah pria yang menyukai wanita polos. “Baiklah, aku akan mencobanya.” batin Wendy, tersenyum tipis, penuh maksud. “Tuan, apa saya melakukan kesalahan?” tanyanya, lagi-lagi menggunakan nada bicara yang sangat tidak nyaman untuk Reiner dengar. “Tidak penting, aku sama sekali tidak ingin menanggapi sesuatu yang menurutku tidak penting untuk dibahas.” jawab Reiner menohok. Wendy hanya bisa memaksakan senyumnya, menyadari benar bahwa Reiner adalah tipe pria yang sangat luar bia
“Maaf, Nyonya, Saya benar-benar hanya ingin membantu supaya Nyonya tidak terlalu lelah. Kalau malam hari, Nyonya sendiri yang menjaga Nona Arabella, sehingga Saya berpikir akan lebih baik kalau Saya membantu tentang hal kecil ini,” jawab Wendy. Mendengar itu, Violet pun hanya bisa menahan diri. Terlalu aneh, meskipun Wendy sudah memberikan alasan yang cukup masuk akal, entah mengapa violet masih tidak bisa mempercayainya. Mendengar itu, Reiner pun tersenyum tipis. Sebuah teguran kecil, namun Reiner merasa Violet sedikit memperdulikan tentang ucapannya, bisa juga Violet itu tengah merasakan cemburu. Setelah selesai sarapan, Reiner pun berangkat ke kantor. Sementara itu, kini Violet tengah berada di balkon apartemen, menjemput Arabella. Membiarkan sinar matahari memberikan hangatnya kepada Arabella,
“Aku benar-benar tidak menyangka kalau meeting dengan klien luar negeri sangat membutuhkan waktu yang sangat panjang, sekali lagi aku minta maaf karena tidak bisa menepati janjiku kepada paman dan juga bibi,” Ucap lagi gadis cantik itu. Ada senyum yang sangat manis timbul di bibirnya, tatapan matanya yang seolah menunjukkan betapa besar kehangatan yang dimiliki oleh wanita itu membuat semua orang seolah merasakan ketulusannya. James menghela nafas, tak lagi bisa mengerti dengan apa yang sebenarnya diinginkan oleh keluarganya. Gadis itu, namanya adalah Cecilia. Sebelumnya, Cecilia adalah pasangan James, hasil dari perjodohan antar keluarga. Namun, karena James tidak kunjung menemukan kecocokan terhadap wanita itu, ditambah lagi adanya Aruna, hati James seolah tak bisa terarahkan kepada wanita itu. Ibunya James tersenyum, dia m
“James, sepertinya kita cukup keterlaluan terhadap keluargamu.” ucap Aruna sembari menatap James yang kini tengah mengemudikan mobilnya. Mendengar itu, James benar-benar hanya bisa memaksakan senyumnya, tidak tahu harus bagaimana memberikan pengertian kepada Aruna, menggambarkan tentang keluarganya yang sebenarnya tidak seburuk itu. Aruna soalnya bisa mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh James, dia memilih untuk tidak mengatakan apapun lagi selama dia masih fokus mengemudi. Mereka tiba di apartemen tempat kedua orang tua Aruna berada, menjemput Johnson yang mereka titipkan di sana. Setelah itu, mereka kembali ke apartemen yang mereka tinggali, milik James. Johnson sudah dalam keadaan tidur saat dijemput, jadi sesampainya di sana hanya perlu membaringkan bayi kecil itu ke tempat tidurnya. “Kau mau langsung mandi, atau aku buatkan teh lebih dulu, James?” tanya Aruna perhatian.
Plak! Tamparan keras dari Aruna itu membuat James terdiam membeku, seolah dia tersadar dari apa yang baru saja ingin dia lakukan terhadap Aruna. Sama seperti James, tamparan yang dia berikan kepada pria itu membuat Aruna terdiam dengan segala pemikirannya. Benar, James adalah suaminya, pantas dia mendapatkan apa yang ingin dia dapatkan barusan. Hanya saja, ekspresi, tatapan, dan cara bicara James terlalu mengingatkan Aruna kepada sosok Ron. James tersenyum, ada perasaan kesal, marah, dan kecewa atas apa yang dilakukan Aruna. Pada akhirnya, sepasang matanya yang memancarkan perasaan itu tertuju kepada Aruna lalu berkata, “Aku salah, tidak seharusnya aku melakukan ini. Harusnya, aku sadar diri siapa aku, dan bagaimana aku membujuk mu dengan begitu banyak janji.” ucap James pasrah. Aruna masih tidak tahu harus mengatakan apa, dia tengah sibuk mengutuk dirin
“Aku tidak ingin membuang-buang waktuku, Aku adalah orang yang paling malas berdebat untuk hal yang aku sendiri sudah tahu akan seperti apa akhirnya. Jadi, pergilah sesegera mungkin, Jangan pernah datang lagi ke tempat ini, Wendy.” ucap violet, menatap Wendy dengan tatapan matanya yang serius. Mendengar itu, Wendy benar-benar terperangah tak percaya. Menggelengkan kepalanya, tatapan matanya mulai terlihat begitu ketakutan. “To-tolong jangan lakukan ini, nyonya. Kalau saya dikembalikan ke yayasan, saya juga akan mendapatkan denda dan juga surat peringatan yang mana itu akan membuat saya sedikit kesulitan mendapatkan pekerjaan yang baru. Saya benar-benar memohon kepada anda, tolong jangan lakukan ini, Nyonya.” Wendy memohon dengan tatapan matanya yang melas, tangannya sudah terulur berharap bisa meraih tangan Violet, namun ekspresi wajah Violet membuatnya takut untuk bisa melakukannya. Violet tersenyum sinis, sudah tidak lagi mempan melihat kesedihan dan juga kekhawatiran yang d