Mendengar ucapan Alenta, Ron pun mengepalkan tangannya.
Benar, sepertinya dia pun sanggup untuk menikahi Aruna.Namun, sorot mata Alenta menatapnya saat ini seperti tengah mencemooh hal itu.“Kau memukulinya hampir setiap hari, kau menghinanya, merendahkannya, memperlakukan seolah-olah dia bukanlah manusia yang memiliki akal sehat, dan ego yang bisa merasakan sakit.” Alenta tersenyum, namun kesan senyum yang ditunjukkan seolah luka mendalam begitu terasa di hatinya. “Jangan mencoba untuk mencari Aruna, biarkan dia hidup dengan tenang. Luka yang kau berikan padanya tidak akan pernah bisa menghilang biar sejuta kali kau terus mengucapkan kata maaf padanya. Ibu mohon.... Dia adalah gadis yang terhormat, anak yang dicintai oleh kedua orang tuanya dan juga keluarganya. Bebaskan dia, kau tidak berhak menghukum dia, kau bahkan bukan siapapun yang pantas untuk memberikan rasa sakit padanya.”Ron meninggalkan kediaman Alenta dan juga Edward setelah ucaViolet membasuh wajahnya dengan hati-hati, tidak terlalu banyak air violet jelas tidak ingin merusak riasan wajahnya yang digunakan malam itu. “Kenapa sih aku ngantuk sekali,” gerutu Violet. “Apa aku kelelahan, ya?” tanya Violet, bergumam seorang diri sembari menatap pantulan wajahnya pada cermin yang ada di wastafel, di depannya. Sudah akan bangkit meski merasa rasa kantuk itu belum hilang, Violet membalikkan tubuhnya. Namun, saat itu keterkejutannya benar-benar tidak bisa dielak. Seorang pria masuk ke dalam, tersenyum miring saat tatapan matanya bertemu dengan Violet. “Presdir Reiner, untuk apa kau masuk ke toilet perempuan?” tanya Violet, matanya menyalak marah. Mendengar pertanyaan itu, Reiner hanya tersenyum tanpa memiliki minat untuk menanggapinya. Dia berdiri tepat di hadapan Violet, matanya menatap penuh maksud membuat tubu
Violet termenung di tepi jendela, pikirannya melayang pada apa yang diucapkan Reiner saat demamnya tinggi beberapa waktu lalu. Namun, begitu Reiner sudah mulai bangun, demamnya juga sudah mulai turun, pria itu lagi-lagi terlihat menyebalkan bagi Violet. Violet meminta Reiner untuk memberitahu kode pintu supaya dia bisa keluar dari kamar hotel itu, tapi Reiner menolak dengan tegas. “Kita adalah suami istri, jadi bukan kesalahan jika kita berada di kamar hotel, bukan?” ucap Reiner sambil menatap Violet dengan ekspresi serius. Violet merasa kesal, dia menatap Reiner dengan mata yang berkobar. “Kau benar-benar tidak akan pernah bisa memahami betapa tidak nyamannya saat berada di dekatmu. Aku muak, rasanya kakiku gatal ingin cepat berlari menjauh!” Suara Violet terdengar meninggi. Reiner menatap Violet dengan tatapan yang tajam, waj
Violet mengerutkan dahinya, dia melihat begitu banyak panggilan suara yang berasal dari Abigail. Bahkan, sudah ada hampir 30 pesan dikirimkan pria itu padanya. “Mau kau angkat atau tidak?” tanya Reiner, dia lah orang yang pertama kali mengetahui ponsel violet ada yang menghubungi. Mendengar pertanyaan itu, Violet pun hanya bisa menghela nafasnya. Mau mengangkat telepon itu, rasanya Violet sendiri bingung apa yang harus dibicarakan kepada Abigail di depan Reiner. “Tidak usah, aku-” Violet melotot kaget, nyatanya Reiner menekan tombol untuk menerima panggilan telepon. “Ada apa, Tuan muda Abigail yang terhormat?” ucap Reiner begitu sambungan telepon terhubung. Violet mengulurkan tangannya, niatnya untuk merebut ponselnya dari tangan Reiner. Namun, Reiner justru lebih gesit sehingga tangan Violet tak
Violet melirik, menunjukkan perasaan kesalnya terhadap Reiner. Kamar benar-benar dalam keadaan yang sangat berantakan, mirip seperti baru saja terlindas truk tronton. Melihat tatapan mata Violet yang begitu sinis dan juga kesal, Reiner pun dengan segera melihat ke arah lain, entah mengapa nyalinya ciut. “Kau benar-benar paling hebat membuat suasana hati orang lain selalu kesal!” Suara Violet terdengar meninggi. Reiner masih tidak memiliki keberanian untuk menjawab, wajah Violet benar-benar sangat marah membuat Reiner memutuskan untuk memilih diam saja. “Ambil ini!” titah Violet, menyerahkan sapu dan juga pengki yang baru saja mereka beli secara online. Biasanya, untuk membersihkan lantai selalu ada robot pembersih. Namun, karena sudah porak-poranda isi kamarnya, robot pembersih mana yang sanggup untuk mengerjakannya? Reiner mengambil dua alat itu, sangat asing baginya hingga dia kebingungan bagaimana car
Violet dengan ragu mulai memotong daging steak buatan Reiner. “Bentuknya memang bagus, tapi siapa tahu bagaimana rasanya, kan? Bahkan, aku juga cukup takut kalau nantinya daging ini sudah diberikan racun.” batin Violet. Reiner menatap Violet, menunggu wanita itu menyuapkan daging tersebut ke mulutnya, lalu memberikan komentar tentang masakannya. Violet meletakkan daging potongan itu, lalu menatap Reiner dengan tatapan serius. “Ayo bertukar makanan, aku curiga kau sudah memberikan racun di makanan ku!” Reiner terdiam, sungguh kehilangan kata. Tanpa mengatakan apapun, Reiner menyerahkan piring miliknya, bertukar dengan milik Violet. Langsung saja Reiner memasukkan potongan daging steak yang tadi akan dimakan oleh Violet ke mulutnya, mengunyah dengan ekspresi sebal karena tuduhan Violet itu benar-b
“James, aku benar-benar sangat berterima kasih karena kau selalu ada disaat aku membutuhkanmu, kau selalu datang bahkan tanpa perlu aku memintanya. Namun, untuk saat ini aku benar-benar masih sangat trauma dengan sebuah hubungan yang melibatkan dua orang.” Aruna tertunduk lesu, tidak tega memberikan penolakan kepada James, tapi dia juga masih trauma dengan hubungan yang dijalaninya bersama dengan Ron. Benar, dia dan Ron bukanlah sepasang suami istri sampai-sampai bisa disebut dengan trauma hubungan. Hanya saja, lebih tepatnya lagi saat ini Aruna sedang berhati-hati dalam menata kehidupan, terutama tentang hubungan bersama dengan pria. Kedepannya, bukan hanya tentang dirinya lagi, tetapi ada kedua orang tuanya, ada violet yang perlu dilibatkan, dan adanya anak yang akan dia lahirkan nanti. Semua akan menjadi satu kesatuan, tidak bisa Arun
Setelah menghubungi Violet namun tidak bisa menemuinya secara langsung, akhirnya Althea pun harus menghadapi Reiner. Benar saja seperti yang Reiner katakan sebelumnya, Violet langsung menghubungi Reiner saat ada salah satu anggota keluarga Samuel yang mencoba untuk berbicara dengan Violet, terutama menemuinya. Tidak ingin membuat Violet terlibat, juga tidak ingin Violet kesulitan sendiri mengingat Violet juga adalah orang yang naif, ini adalah salah satu cara Reiner untuk melindungi wanita yang kini telah menjadi istrinya. “Katakan, apa yang ingin kau bicarakan dengan Violet, hanya aku yang bisa digunakan untuk menjadi telinganya mulai sekarang.” ucap Reiner, wajahnya menunjukkan dengan tegas keseriusannya. Mendengar ucapan Reiner, Althea pun merasa gugup, dan bingung. Namun, dia sudah bertekad untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan, sudah tidak ada lagi jalan untuk diambil mundur. J
“Bagaimana pertemuan mu dengan Althea tadi?” tanya Violet yang merasa penasaran. Reiner yang tengah membuka kancing kemejanya, baru saja pulang dari kantor hanya bisa sejenak mengabaikan pertanyaan itu. Tidak nyaman berbicara dengan keadaan sibuk, dia akan menyelesaikan itu dulu, baru bisa bicara dengan tenang nantinya. “Kenapa kau diam saja?” tanya lagi Violet yang semakin penasaran. “Apa terjadi sesuatu yang buruk di luar kendali?” Reiner menoleh, menatap wajah Violet dengan tatapan kesal. “Apa kau sedang mengkhawatirkan Abigail sekarang, Violet?” Violet menghela nafasnya, tentu dia mencemaskan semua orang yang bersangkutan tentunya. “Apa khawatir juga tidak boleh?” Violet membuang pandangannya. Reiner memasukkan pakaiannya ke k