Share

2. Terjebak

Penulis: Aryan Lee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Mentari baru saja menyingsing ketika Sari berjalan menuju ke rumah. Angin membelai lembut wajahnya yang masih dirundung duka. Tampak sesekali gadis cantik itu merapikan poninya yang menari.

“Jadi besok kamu baru mulai kerja?” tanya Bayu ketika mereka berjalan beriringan.

“Iya Kang, aku tidak enak sama Ce Lilis kalau kelamaan libur,” sahut Sari sambil meniti langkahnya.

“Ya sudah besok kamu, aku antar jemput seperti biasa,” timpal Bayu yang dijawab anggukan oleh Sari.

Bayu pun berangan jika saja ia sudah punya tabungan cukup, ingin rasanya segera meminang Sari dan menjadi pelindung serta membahagiakannya.

“Kang.” Sari memanggil Bayu sehingga membuyarkan angan pemuda itu.

“Iya ada apa?” tanya Bayu menghentikan langkahnya.

“Sudah sampai, mau mampir?” tanya Sari sambil tersenyum manis.

Bayu pun mengangguk, tetapi ketika baru beberapa langkah mereka melihat sebuah mobil berhenti di depan rumah Sari.

“Sepertinya ada tamu, besok saja aku mampirnya,” ujar Bayu dengan tidak enak hati.

“Baiklah Kang,” jawab Sari menatap Bayu lekat-lekat.

“Kalau begitu aku pulang dulu, Assalamualaikum …,” ucap Bayu sambil membalas tatapan Sari. Entah mengapa enggan rasanya ia untuk pulang seolah besok tidak akan bertemu dengan gadis itu lagi.

“Waalaikumsalam ..., hati-hati Kang! Sampai jumpa lagi,” balas Sari dengan memberikan senyumnya yang paling manis.

Gadis itu pun memandangi Bayu hingga hilang oleh jarak. Kemudian Sari melangkah masuk ke rumahnya. Ia pun jadi penasaran siapakah gerangan orang yang sedang bertamu. Langkah Sari terhenti di ambang pintu ketika melihat Ce Lilis dan lelaki itu yang datang. Semua mata tertuju kepadanya seolah sudah menunggu gadis itu. Sari tampak heran kenapa bosnya itu datang ke rumahnya ini.

“Sari duduklah!” seru Bu Asih dengan lembut.

Sari pun segera menghampiri dan duduk di samping ibunya. Jantungnya kian berdetak cepat sambil melirik ke arah Ce Lilis dan pria itu.

“Maaf Ce, besok Sari sudah masuk kerja kok,” ucap Sari dengan tidak enak hati.

Ce Lilis pun tersenyum dan menyahut, “Sari, Ce Lilis ke sini mau menyampaikan rasa bela sungkawa, sekaligus mengantar Kang Damar bertemu dengan ibumu.”

“Kenapa kamu tidak bilang sama ambu jika sudah punya calon suami, Sari?” tanya Bu Asih dengan menatap putrinya tanpa kemarahan.

Sari tampak meremas bajunya dan terlihat berpikir untuk menjawab. Tidak mungkin ia memberitahu ibunya jika telah menerima sebuah pernikahan. Demi uang yang diterimanya kemarin. Akhirnya dengan gugup sari pun menjawab, “Maaf Bu, Sa … Sari belum menemukan waktu yang pas untuk cerita."

“Ya sudah, tadi Nak Damar minta izin untuk mengajakmu bertemu dengan orang tuanya di kota,” ujar Bu Asih memberitahu.

Sari tampak terkejut mendengarnya, ia tidak menyangka akan secepat ini. Kemudian gadis itu menatap Bu Asih dan bertanya, “Apakah boleh Bu?” Bu Asih pun menjawab dengan anggukan.

Sementara itu lelaki yang bernama Damar hanya tersenyum sambil melirik ke arah jam tangannya. Lalu ia berujar, “Hari sudah semakin sore, sebaiknya kita berangkat!”

Sari menoleh ke arah Bu asih yang mengangguk kepadanya. Kemudian gadis itu pun menyahut, “ Baiklah Sari ganti baju dulu.”

“Tidak usah! Kita harus mengejar waktu sebentar lagi jalan akan macet,” cegah Damar sambil berdiri.

“Tapi Nak Damar, nanti Sari akan membuat malu kamu saja.” Bu Asih pun memberikan pendapatnya.

Damar pun tersenyum dan berkata, “Tidak apa-apa Bu, di kota banyak toko baju nanti kita akan beli di sana.”

Bu Asih tersenyum mendengarnya. Ia merasa Damar adalah seorang laki-laki yang baik.

Mereka kemudian berjalan ke luar rumah, sesampai di teras Sari segera menyalam tangan Bu Asih. Kemudian ia memeluk ibunya dengan erat dan tidak ingin melepaskan.

“Sari berangkat ya, Bu, Assalamualaikum …,” pamit gadis itu sambil menatap wajah ibunya lekat-lekat.

“Waalaikumsalam .., hati-hati ya!” ucap Bu Asih dengan perasaan tidak enak, ”Nak Damar tolong jaga Sari!” pesannya kemudian.

“Iya Bu,” jawab Damar sambil menyalam tangan Bu Asih. Sekilas lelaki itu tersenyum kepada Ce Lilis sambil berlalu.

Entah mengapa Sari terlihat berat untuk melangkahkan kakinya, sebelum masuk ke mobil gadis itu tampak menoleh ke arah Bu Asih yang menatapnya penuh kekhawatiran.

Tidak lama kemudian mobil itu pun meluncur, tampak Bu Asih melambai seolah mengucapkan perpisahan.

***

Di sepanjang perjalanan, mereka saling terdiam. Sesekali sari menoleh ke arah Damar yang tetap fokus menyetir. Ia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan orang tua dari lelaki yang belum dikenalnya itu. Mobil itu terus meluncur ke arah puncak dan berbelok ke sebuah kawasan kebun teh. Tidak lama kemudian mereka sampai di sebuah vila yang sangat megah. Lalu Damar membunyikan klakson.

Tin …! Tin …!

Seorang lelaki bertubuh tegap tampak membukakan pintu gerbang. Damar pun segera memacu mobilnya dan memarkirkan di tempat yang tersedia.

“Kita sudah sampai, ayo turun!” ajak Damar sambil membuka pintu mobil untuk Sari.

Sari tampak terperangah melihat bangunan yang sangat besar di hadapannya, tetapi Gadis itu tampak heran bukankah tadi Damar bilang akan mengajaknya ke kota. Sementara tempat ini tidak terlalu jauh dari rumahnya, hanya saja beda wilayah. Sari pun tampak ragu ketika Damar mengajaknya untuk masuk ke vila itu.

“Ayo masuk!” seru Damar, tetapi Sari tampak diam tidak bergeming, “Jangan takut! Aku tidak akan menyakitimu,” bujuknya kemudian.

Tampak dua penjaga membukakan pintu ketika melihat Damar datang. Entah mengapa tiba-tiba perasaan takjub Sari hilang melihat tempat ini. Sekarang ia merasa takut dengan perasaan yang berdebar, ketika memasuki vila yang begitu mewah dan megah itu. Sari terus mengikuti Damar yang membawanya entah ke mana.

“Bi Euis” panggil Damar sambil menghentikan langkahnya.

Tidak lama kemudian seorang wanita paruh baya datang dan menyahut, “Iya Kang.”

“Tolong antarkan Neng Sari ke kamarnya dan beri baju yang baru!” seru Damar yang dijawab anggukan oleh asisten itu.

Wanita yang bernama Bi Euis tampak mengerti maksud Damar kemudian ia mengajak, “Mari Neng!” Sikap Bi Euis yang ramah, membuat Sari tanpa ragu mengikuti wanita itu.

Damar kemudian menuju ke salah satu ruangan, kemudian ia membuka pintu berukir dengan perlahan. Lalu menghampiri seseorang yang sedang berdiri di atas balkon dan membelakanginya.

“Lama sekali,” ucap lelaki itu tanpa berbalik.

“Harap maklum Tuan, gadis itu sedang berduka,” sahut Damar sambil menghentikan langkahnya, “Sehabis isya nanti, acara sudah bisa dimulai, Tuan.”

“Bagus, kamu boleh pergi!” jawab lelaki itu tanpa menoleh sedikit pun.

***

Sari di antar ke sebuah kamar yang besar, mungkin seluas rumahnya yang kecil.

“Silakan Neng, mandi dulu!” seru Bi Euis yang dijawab anggukan oleh Sari.

Sari pun segera masuk ke kamar mandi, tidak berapa lama ia sudah selesai membersihkan diri. Tubuh gadis itu tampak terbalut handuk, tercium harum semerbak. Tiba-tiba Bi Euis menghampiri Sari dan mengeluarkan sebuah suntikan.

“Itu buat apa?” tanya Sari dengan takut.

“Untuk kesehatan,” jawab wanita itu sambil menyingkap bagian paha Sari dan langsung menusukkan jarum suntik. Setelah selesai, Bi Euis pun berseru kembali, “Pakailah!”

Sari menerima sesetel kebaya modern dari tangan Bi Euis dan memakainya. Tanpa banyak bicara Bi Euis segera merias Sari secara sederhana, tetapi membuat gadis itu terlihat sangat cantik.

Tiba-tiba Damar datang dan bertanya, “Apakah sudah siap?” lelaki itu tampak tertegun melihat Sari yang pangling, “Tolong antar Sari ke ruang tengah, Bi! Semua sudah menunggu!” seru Damar yang dijawab anggukan oleh Bi Euis.

Bi Euis segera membawa Sari keluar dari kamar. Gadis itu terlihat gugup sekali dan grogi untuk bertemu dengan calon mertuanya. Sementara itu di ruang tengah tampak seorang lelaki paruh baya sudah menunggu. Sari pun segera di suruh duduk di hadapan pria itu dan Damar.

Tidak lama kemudian Damar dan Bi Euis duduk di samping Sari. Gadis itu pun terlihat bingung melihat semua ini.

“Langsung mulai saja acaranya!” seru seseorang dari belakang sari.

Sari tampak tertegun melihat seorang lelaki tampan bak pangeran Timur Tengah yang tiba-tiba datang dan duduk di sampingnya. Lelaki itu sekilas menoleh ke arah Sari dengan tajam. Seolah menghunjam jantung gadis itu hingga berdetak sangat cepat. Sehingga membuat Sari tertunduk karena takut. Bahkan untuk melirik ia tidak berani dan hanya bergeming tanpa mampu berkata apa pun.

Lelaki paruh baya itu yang sepertinya penghulu segera menjabat tangan pria di hadapannya dan terjadilah ijab kabul tanpa persetujuan dari Sari. Gadis itu seperti tidak punya kekuatan untuk menolak pernikahan dadakan ini.

Seketika Sari pun menyadari jika ini adalah acara akad nikah bukan perkenalan keluarga. Ia merasa telah tertipu oleh Damar dan merasa sangat menyesal telah mempercayai lelaki itu.

“Bawa dia ke kamarku!” seru lelaki itu sambil menatap sinis ke arah Sari. Lalu ia pergi dan hilang di balik tembok.

“Baik Tuan,” sahut Bi Euis dengan patuh.

BERSAMBUNG

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
katanya mau perkenalkan dengan keluarga,eh malah langsung akad nikah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Sementara Tuan Adam   3. Awal Dari Semua

    Sari segera berdiri dan menghampiri ketika Damar hendak pergi dari tempat itu seraya berseru, “Tunggu Kang Damar!”Damar segera menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Sari.“Kenapa Kakang menipu ambu dan Sari?” tanya gadis itu sambil menatap Damar dengan serius.“Apa bedanya, mau sekarang atau besok kamu memang harus menikah kan?” Damar balik bertanya dan berkelit.“Tapi tidak seperti ini caranya, Kang!” protes Sari tidak terima dengan perlakuan Damar kepadanya.“Aku kan sudah bilang kamu akan dijadikan istri.” Damar berkilah sambil melihat Sari acuh tak acuh “Tetapi kenapa dengan lelaki itu?” tanya Sari yang merasa tertipu.“Karena Tuan Adamlah yang menginginkan kamu menjadi istrinya. Sekarang layanilah tuan dengan baik! atau kau akan mendapat amarahnya,” ancam Damar dengan serius. “Bawa ia segera ke kamar tuan, Bi!” seru pria itu berlalu dan pergi meninggalkan Sari yang hanya bisa menangis sambil terduduk.‘Nasi sudah menjadi bubur’ mungkin itulah peribahasa yang tepat unt

  • Istri Sementara Tuan Adam   4. Menahan Sakit

    Sari terlihat gembira ketika Bi Euis membawa pesanannya, seperti sebuah Al-Quran dan mukena berwarna putih. Gadis itu ingin melaksanakan kewajibannya di mana pun dirinya berada. Sari tampak khusyuk menjalankan salat magrib setelah itu dilanjut membaca Al-Quran, sampai azan isya berkumandang.Tok ..! Tok ..! Terdengar suara ketukan pintu, tidak lama kemudian Bi Euis masuk sambil membawa makan malam untuk Sari. Wanita paruh baya itu tampak menunggu sesaat sampai Sari menyelesaikan salat isyanya.“Selamat malam, Nyonya,” ucap Bi Euis ketika melihat Sari membuka mukena.“Bi Euis,” sapa Sari dengan seulas senyum yang mengembang.“Saya membawakan makan malam,” ujar Bi Euis memberitahu, “Apakah ada barang yang Nyonya inginkan lagi?” tanya Bi Euis kemudian.Sambil menatap barang-barang di hadapannya, Sari pun menjawab, “Tidak ada Bi, ini sudah lebih dari cukup bagiku. Terima kasih sudah dibawakan makan, maaf kalau saya jadi merepotkan,” ucapnya dengan santun.“Tidak apa-apa, ini sudah kewaj

  • Istri Sementara Tuan Adam   5. Wanita Keempat

    Hari demi hari tubuh Sari mulai pulih, sakit dan perih yang dirasakan berangsur hilang. Ia yang biasanya lebih memilih berdiam diri di kamar kini mulai merasakan jenuh. Setelah berpikir, akhirnya Sari memberanikan diri untuk keluar dari kamar karena dalam perjanjian itu dirinya tidak boleh meninggalkan vila. Jadi ia merasa tidak melanggarnya larangan Tuan Adam.Gadis itu mulai menyelusuri setiap ruang di dalam vila, walaupun dirinya tidak mengerti barang seni dan antik. Namun, Sari tahu jika barang-barang di tempat ini mahal dan mewah. Ia pun jadi semakin penasaran dengan jati diri Tuan Adam, apa pekerjaan dan tentu asal usulnya.Sari terus mengikuti ke mana kakinya melangkah hingga, sampai di bagian dapur. Di sana terlihat Bi Euis yang sedang sibuk memasak, pasti untuk Sari tentunya.Melihat Bi Euis yang repot sendirian, Sari segera menghampiri seraya bertanya, “Boleh saya bantu Bi?”Seketika Bi Euis pun menoleh dan tampak terkejut atas kedatangan Sari. Kemudian ia balik bertanya

  • Istri Sementara Tuan Adam   6. Adam Al Razi

    Adam Al Razi adalah seorang pengusaha berusia 28 tahun. Lelaki berdarah Turki-Indonesia itu merupakan seorang introvert. Selain itu dia sangat gila dalam bekerja, entah sudah berapa banyak kekayaan yang dimilikinya. Dalam usianya yang terbilang masih muda, sepak terjang Tuan Adam dalam dunia bisnis sudah tidak diragukan lagi.Tuan Adam sangat menjaga privasinya, maka dari pada itu ia tidak punya banyak teman. Hanya beberapa relasi bisnisnya saja. Jadi tidak ada yang tahu secara dalam mengenai jati diri Tuan Adam sebenarnya. Lelaki itu bisa dibilang sangat misterius sekali.Sebagia lelaki normal untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, Tuan Adam tidak mau melakukan sex bebas karena ia sangat berpegang teguh pada prinsip dan keyakinannya. Maka daripada itu, Tuan Adam menyuruh Damar untuk mencari wanita yang bisa dinikahinya sementara karena tidak mau terikat dalam pernikahan yang sah secara hukum.“Tuan, mau saya carikan wanita yang seperti apa?” tanya Damar ketika baru bekerja untuk Tuan

  • Istri Sementara Tuan Adam   7. Awal Sebuah Rasa

    Mentari baru saja terbit di ufuk timur, sinarnya yang hangat menerangi indahnya langit biru.Sari tampak menyaksikan semua itu dari balik jendela kamarnya. Ia pun berandai jika punya sayap seperti burung. Pasti dirinya bisa pergi dari tempat ini dan tidak akan kembali lagi. Seketika hembusan angin segar menerpa wajah cantik Sari. Membuyarkan angannya yang tidak mungkin terwujud.Tiba-tiba Sari merasa lapar. Ia segera keluar dari kamar tanpa menunggu Bi Euis datang mengantarkan sarapan. Sari melihat Bi Euis sedang memasak dan segera membantu seperti biasa.“Bi Euis, masak apa?” tanya Sari sambil menghampiri.“Masak bubur untuk Tuan yang sedang tidak enak badan,” jawab Bi Euis.“Apa? Tuan sakit?” tanya Sari dengan terkejut karena semalam Tuan Adam tampak sehat-sehat saja.“Sepertinya begitu,” jawab Bi Euis sambil mengaduk bubur di panci. Tiba-tiba wanita itu merasa kepalanya pusing.Melihat Bi Euis yang gontai Sari segera memegang wanita itu seraya bertanya, “Bi Euis kenapa?” “Tidak ap

  • Istri Sementara Tuan Adam   8. Kewajiban

    Malam semakin larut, di dalam kamar Tuan Adam, Sari sedang menemani suaminya yang masih demam. “Panas sekali,” ujar Sari sambil menempelkan tangannya ke dahi Tuan Adam. Sari kemudian mengambil handuk kecil dan membasahi, lalu menaruh di dahi suaminya. Tuan Adam tidak bergeming dengan mata terpejam. Sambil merasakan tubuhnya yang panas tinggi.“Bagaimana kondisi Tuan, Neng?” tanya Bi Euis ketika melihat Tuan Adam yang terbaring lemah.“Masih panas Bi, padahal tadi Tuan sudah minum parasetamol,” jawab Sari dengan pelan karena takut menganggu.Bi Euis tampak terdiam dan merasa heran karena selama bekerja dengan Tuan Adam, belum pernah majikannya itu sakit seperti ini. Kemudian Bi Euis pun berkata, “Kita tunggu sampai besok, kalau kondisi Tuan Adam tidak juga membaik. Baru bibi akan panggil dokter untuk memeriksanya."Sari mengangguk menyetujui saran dari Bi Euis. Tidak lama kemudian ia melihat wanita paruh baya itu tampak menguap. Lalu dirinya pun berseru, “Bibi kalau sudah mengantuk t

  • Istri Sementara Tuan Adam   9. Biarkan Aku Mencintaimu

    Ketika malam tiba, Sari segera datang ke kamar Tuan Adam seperti biasanya. Ia terlihat gemetar membayangkan pria itu akan menggauli dengan kasar lagi. Sesampai di depan ranjang, Wanita itu tertegun karena tidak mendapati suaminya berada. Matanya kemudian menelisik sekeliling kamar.“Aku di sini, kemarilah!” seru Tuan Adam dari atas balkon.Sari segera menuju balkon dan menghampiri Tuan Adam yang sedang menatap ke langit. Di mana tampak purnama bersinar terang, berpadu dengan taburan bintang. Menjadikan malam ini begitu indah dipandang mata. Sampai beberapa saat, Tuan Adam masih tidak bergeming menatap rembulan, entah apa yang didapatkannya. Sementara itu bagi Sari, keindahan sesungguhnya adalah yang tampak di mata. Sungguh hatinya berdecak kagum melihat mahluk ciptaan Allah yang satu ini. Begitu sempurna secara pisik dan tiada cela. Ia bahkan tidak berkedip sedikit pun menatap Tuan Adam, sambil membiarkan getar-getar cinta yang mulai tumbuh di hatinya.“Jangan menatapku seperti itu

  • Istri Sementara Tuan Adam   10. Rindu

    Hari berganti hari, lambat laun sikap Tuan Adam mulai melunak dan tidak menyentuh istrinya dengan kasar lagi, seperti awal pernikahan dulu. Hal itu dikarenakan Sari sudah bisa mengambil hati suaminya. Tuan Adam sangat puas dengan pelayanan Sari sebagai seorang istri, baik itu soal perut ataupun urusan ranjang. Terkadang Tuan Adam suka memberikan Sari kejutan berupa hadiah, entah itu uang atau perhiasan. Kini hidup Sari telah berkecukupan dan tidak kekurangan apa pun lagi. Akan tetapi, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam. Sari merasa hidup bagaikan dalam sangkar emas. Ia sangat merindukan keluarganya, entah bagaimana nasib ibu dan kedua adiknya yang masih bersekolah. Selalu memikirkan keluarganya, Sari jadi drop dan sakit.“Ambu, Sari kangen,” lirih Sari merasakan kepalanya yang pusing. Tidak terasa air matanya jatuh berderai.“Kenapa menangis. Apakah Tuan kasar lagi sama Neng?” tanya Bi Euis ketika memergoki Sari sedang menitikkan air mata.Sari tampak menggeleng sambil menyeka

Bab terbaru

  • Istri Sementara Tuan Adam   End 79. Kucintai Kamu Dalam Doaku

    "Memakai hijab itu adalah salah satu kewajiban muslimah demi menjaga auratnya. Tapi mengenakan kerudung itu harus berdasarkan keimanan bukan karena sesuatu hal. Misalnya untuk menarik perhatian orang agar terlihat lebih baik," ujar Azza menjelaskan setelah mendengar keinginan Jelita yang mau memakai hijab. Jelita kemudian menegaskan,"Oh seperti itu, jadi kalau hati kita belum mantap sebaiknya jangan berhijab dulu?" "Boleh-boleh saja untuk belajar. Tapi amat disayangkan, kalau kita sudah memakai hijab karena alasan tertentu lalu melepasnya kembali, miris melihatnya," ujar Azza yang juga memberitahu bagaimana sikap seorang muslimah terutama dalam menjaga aurat dan pandangannya. "Ya sudah kalau begitu aku mau belajar sekarang," ujar Jelita dengan antusiasnya. Mendengar itu Azza tampak senang sekali dan mengajak, "Boleh, ayo sini aku ajarkan memakai hijab!" Azza kemudian memilah koleksi hijabnya dan mulai mengajarkan Jelita cara memakainya. "Masya Allah, kamu cantik sekal

  • Istri Sementara Tuan Adam   78. Mencarimu

    "Jelita mana Tante?" tanya Fatih sambil mencari gadis itu dengan kedua mata elangnya. Dengan tetap tenang Tante Windi menjawab, "Ada di kamar sedang istirahat. Duduklah Fatih, sepertinya kita harus bicara!" Fatih segera duduk di sofa berhadapan dengan Tante Windi."Menurut Tante, kamu fokus saja urus perusahaan. Soal Jelita biar Tante yang tangani. Dia sudah dewasa Fatih, jadi sudah berani membangkang dan bisa melakukan perbuatan lebih nekat lagi, kalau terlalu dikekang!" ujar Tante Windi memberikan masukan ketika Fatih datang untuk menjemput Jelita.Fatih tampak berpikir sesaat dan menurut saran dari Tante Windi ada benarnya juga. Dengan tinggal di rumah ini, ia bisa bekerja dengan tenang dan tidak perlu khawatir lagi. "Baiklah, aku setuju Jelita tinggal bersama Tante. Tapi aku akan menambah beberapa orang keamanan lagi," ujar Fatih menyetujui."Oke, demi Jelita kamu boleh memperketat keamanan untuknya!" ujar Tante Windi sambil mengangguk kecil. "Sebelum pulang, aku mau bicara e

  • Istri Sementara Tuan Adam   77. Aku Tidak Mau Pulang

    "Kamu harus pulang Nak, agar keluarga Jelita tidak cemas!" saran Sari setelah mendengar cerita Jelita.Jelita langsung terlihat sedih dan memohon, "Tolong Bu, izinkan aku menginap beberapa hari lagi!"Sari segera membelai kepala Jelita seraya berkata, "Maaf Nak, ibu dan abi bukan tidak suka kamu menginap di rumah kami. Tapi tanpa izin dari orang tua, kamu akan dianggap hilang. Jadi sebelum mereka lapor polisi sebaiknya kamu pulang dulu. Nanti boleh menginap lagi di sini kapan pun."Jelita tampak menghela napas panjang. Ia mana mungkin diizinkan menginap di rumah orang lain. Keluar dari pintu gerbang rumah saja dilarang. Gadis itu terus berpikir agar bisa tinggal lebih lama lagi di rumah ini. "Ya sudah, boleh aku pinjam telepon, untuk menghubungi mami di rumah?" pinta Jelita yang dijawab anggukan oleh Sari. Setelah dipinjami telepon, Jelita segera menjauh untuk menghubungi keluarganya. Jelita tentu tidak mau merepotkan Yusuf dan keluarganya yang begitu baik. Ia akan pulang dan kemba

  • Istri Sementara Tuan Adam   76. Mengenalmu

    Mentari tampak bersinar di ufuk timur. Bunga dan dedaunan terlihat segar dibalur sisa air hujan. Jelita sudah bangun dengan tubuh yang lebih bugar, meskipun kakinya masih terasa pegal akibat lari kemarin. Ia segera membasuh tubuhnya yang terasa lengket, meskipun air cukup dingin. Setelah itu segera memakai celana panjang dan sweater yang dibawakan Azza semalam. Setelah selesai, Azza datang lagi menemui Jelita. Tidak lama kemudian kedua gadis itu segera ke luar dari kamar dan menuju ke ruang makan. Di mana keluarga Tuan Adam terlihat sedang sarapan bersama. "Jelita kenalkan ini, Ibu, Abi dan Kang Yusuf," ujar Azza memperkenalkan keluarganya. Jelita segera menyalami Sari, sedangkan Tuan Adam dan Yusuf hanya mengatupkan tangan. "Nama yang cantik sesuai dengan orangnya. Bagaimana keadaan kamu Nak?" tanya Sari sambil tersenyum ramah. "Aku baik-baik saja Bu. Terima kasih, sudah memberikan izin untuk menginap di sini," ucap Jelita yang merasa disambut dengan hangat, padahal mereka baru

  • Istri Sementara Tuan Adam   75. Kabur (Season 2)

    Hujan masih mengguyur kawasan puncak. Ketika sebuah mobil mewah tiba-tiba berhenti di jalan yang tampak macet. Seorang gadis cantik terlihat ke luar dari kendaraan itu dan berlari ke arah belakang. Tidak lama kemudian disusul oleh pria berbadan besar dan berpakaian rapi. "Tunggu, jangan pergi Non!" seru pria itu sambil mengejar.Gadis itu tampak ketakutan dan terus berlari sekencangnya. Sesekali ia berhenti di belakang kendaraan lain, sambil mengatur nafas dan berharap pria itu tidak mengejarnya lagi. Akan tetapi, doanya tidak terkabul. lelaki itu justru semakin dekat ke arahnya. Sehingga membuat gadis itu jadi kian panik."Pokoknya aku tidak mau kembali ke rumah," lirih gadis itu yang segera kembali berlari dengan nafas yang terengah. Namun, ketika di belakang mobil box Ia sudah tidak kuat lagi untuk melarikan diri. Kini dirinya hanya bisa pasrah akan apa yang terjadi. Alunan musik terdengar mengalun syahdu dari salah satu mobil sayur. Seorang pria bermata teduh tampak menikmati l

  • Istri Sementara Tuan Adam   74. POV Adam, Bu Nilam dan Sari.

    Lelaki sejati.Waktu terus bergulir, tidak terasa usiaku kian menua, raga ini juga mulai sakit-sakitan. Untung aku mempunyai seorang istri yang sangat perhatian sekali. Ia Seorang perempuan hebat yang Allah jodohkan dengan diriku ini yang jauh dari kata sempurna.Selama pernikahan kami tidak pernah sekalipun Sari mengeluh, ia selalu sabar dan ikhlas dalam mengurus dan merawatku anak-anak, dan ibuku. Sungguh aku sangat bersyukur karena semenjak kecelakaan 20 tahun yang lalu, seolah Allah memberikan aku kehidupan kedua untuk memperbaiki diri untuk menjadi lelaki sejati.Kini perkebunan sudah dipegang oleh Yusuf, sedangkan aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan hanya sesekali ke kebun jika Yusuf sedang keteter atau pergi. Aku menjalani sisa hidupku dengan banyak beribadah dan sering ke masjid.Alhamdulillah … aku di percaya menjadi salah satu pengurus. Rasanya begitu damai hati ini banyak melakukan kegiatan di rumah Allah. Sungguh aku tidak pernah merasa hati ini begitu bahagia

  • Istri Sementara Tuan Adam   73. Cinta Abadi

    Roda kehidupan telah berputar, kini Bayu semakin sukses sebagai pengusaha di bidang otomotif yang memiliki beberapa bengkel di kota tempat tinggalnya. Jika Allah telah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Apalagi Bayu adalah sosok yang sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup ini.“Aku turut senang Ning, jika sekarang Bayu sudah sukses sebagai pengusaha,” ucap Sari atas keberhasilan adik iparnya itu.“Iya Teh, Alhamdulillah ….” Ningsih bersyukur atas keberhasilan suaminya.“Bayu memang pantas mendapatkan semuanya karena ia adalah lelaki yang baik,” puji Sari sambil mengingat kebaikan Bayu yang tiada terkira kepadanya.Ningsih tampak mengangguk seolah sependapat dengan kakaknya. Lalu ia pun bertanya, “Teteh sendiri bagaimana? Pasti senang sekali ternyata Kang Adam masih hidup dan bisa berkumpul lagi dengan Yusuf.”“Teteh sangat bahagai Ning, ternyata Alllah banyak memberikan rahmat-Nya yang melimpah,” ujar Sari akan karunia yang didapatkannya selama ini.Sementara itu, Ada

  • Istri Sementara Tuan Adam   72. Aku Pulang

    Dari kabar yang terdengar, ternyata mobil yang dikemudikan oleh Saba masuk ke jurang ketika dikejar oleh polisi dan suster gadungan itu juga sudah ditangkap. Sementara itu keluarga Al Razi seperti Fatimah dan putranya segera kembali ke Turki setelah menjual semua saham serta aset perusahaan yang berada di Indonesia, kecuali vila.Sebenarnya Adam bisa saja merebut harta warisannya kembali, tetapi tidak mau. Ia ingin hidup sederhana dan bahagia bersama dengan keluarga kecilnya. Setelah situasi sudah aman, Adam kemudian menjemput Yusuf untuk tinggal bersama kembali. “Ibu!” panggil Yusuf sambil berlari kecil ketika melihat Sari di depan teras yang sudah menunggu kepulangan putranya.“Yusuf,” balas Sari sambil melapangkan satu tangan memeluk putra sulungnya itu.“Yusuf kangen sama Ibu,” ungkap bocah itu sambil memeluk Sari dengan erat.Sari segera membalas pelukan Yusuf dan mencium kepala anak itu seraya berkata, “Ibu juga kangen sama kamu sayang.” “Ibu, ini adik siapa?” tanya Yusuf sa

  • Istri Sementara Tuan Adam   POV IBU NILAM (Doa yang Terkabul)

    Malam itu hujan turun dengan lebat. Udara pun jadi dingin seolah menggigit tulang. Aku segera menyelimuti tubuh ini rapat-rapat dan mencoba memejamkan mata, tetapi entah mengapa selalu gagal. Tiba-tiba jantungku berdetak sangat cepat. Aku segera menyibak tirai dan melihat hujan masih turun deras.Entah mengapa pikiranku tertuju ke sungai yang berada di bawah sana. Perasaan ini kian gelisah dan berpikir mungkin akan terjadi banjir bandang. Akan tetapi, itu tidak mungkin karena rumahku berada di atas tebing. Untuk menghilangkan kegelisahan hati aku melakukan zikir sampai pagi menjelang.Aku segera membuka pintu, ketika hujan masih turun gerimis. Diriku kemudian berjalan ke halaman rumah untuk melihat aliran sungai. Tiba-tiba pandanganku tertuju kepada sesosok tubuh yang tersangkut di bebatuan. Naluriku untuk menolong pun muncul dan dengan hati-hati menuruni anak tangga menuju ke tepian sungai.Ketika sampai di tempat tujuan, aku segera menarik tubuh itu dengan sekuat tenaga. Lalu memeri

DMCA.com Protection Status