Home / Romansa / Istri Sementara Tuan Adam / 7. Awal Sebuah Rasa

Share

7. Awal Sebuah Rasa

Author: Aryan Lee
last update Last Updated: 2022-11-29 15:54:23

Mentari baru saja terbit di ufuk timur, sinarnya yang hangat menerangi indahnya langit biru.

Sari tampak menyaksikan semua itu dari balik jendela kamarnya. Ia pun berandai jika punya sayap seperti burung. Pasti dirinya bisa pergi dari tempat ini dan tidak akan kembali lagi. Seketika hembusan angin segar menerpa wajah cantik Sari. Membuyarkan angannya yang tidak mungkin terwujud.

Tiba-tiba Sari merasa lapar. Ia segera keluar dari kamar tanpa menunggu Bi Euis datang mengantarkan sarapan. Sari melihat Bi Euis sedang memasak dan segera membantu seperti biasa.

“Bi Euis, masak apa?” tanya Sari sambil menghampiri.

“Masak bubur untuk Tuan yang sedang tidak enak badan,” jawab Bi Euis.

“Apa? Tuan sakit?” tanya Sari dengan terkejut karena semalam Tuan Adam tampak sehat-sehat saja.

“Sepertinya begitu,” jawab Bi Euis sambil mengaduk bubur di panci. Tiba-tiba wanita itu merasa kepalanya pusing.

Melihat Bi Euis yang gontai Sari segera memegang wanita itu seraya bertanya, “Bi Euis kenapa?”

“Tidak apa-apa Neng, Biasa masuk angin,” jawab Bi Euis dengan wajah pucat.

"Maafkan saya, pasti gara-gara semalam menemani Sari, Bibi jadi masuk angin," ucap Sari jadi tidak enak hati.

"Nggak juga, sudah dari kemarin bibi merasa tidak enak badan," sergah Bi Euis kemudian, "Apakah tubuh Neng masih sakit?" tanyanya dengan perhatian.

"Sedikit," jawab Sari sambil membawa Bi Euis untuk duduk dan berseru, “Bibi istirahat saja! Biar saya yang melanjutkan bikin buburnya.”

"Neng, bisa masak bubur?" tanya Bi Euis sambil memijit kepalanya.

Sari mengangguk dan menjawab, "Bisa."

Sari segera meracik bubur itu sampai matang dan siap untuk dihidangkan. Ia kemudian membagi ke dalam dua buah mangkuk.

“Bibi sarapan dulu ya, habis itu minum obat!” seru Sari sambil meletakkan semangkuk bubur di hadapan Bi Euis.

Bi Euis jadi haru karena belum pernah diperhatikan seperti ini oleh istri Tuan Adam sebelumnya. Sambil menahan kepalanya yang masih berputar Bi Euis pun berucap, “Terima kasih ya Neng, bibi jadi merepotkan saja.”

“Tidak apa-apa,” jawab Sari sambil tersenyum, “Oh ya, Bibi punya obat untuk demam?” tanyanya kemudian.

Sambil mengangguk Bi Euis pun menjawab, “Ada.”

Kemudian Sari membuat segelas susu untuk mengganjal perutnya. Setelah itu ia bertanya apa saja yang dibawa untuk Tuan Adam, "Selain bubur apa yang harus saya antarkan untuk Tuan, Bi?"

"Segelas air putih hangat, dan air jahe panas Neng," jawab Bi Euis memberitahu.

Sari pun segera mempersiapkan semuanya. Kemudian ia pun berpesan,

“Kalau Bibi masih pusing istirahat saja di kamar! Sari mau mengantar bubur ini untuk Tuan.”

Bi Euis mengangguk dan memandangi Sari yang berlalu dari hadapannya.

Ketika sampai di depan kamar Tuan Adam, Sari tampak menghela nafas panjang. Ia sedang mengumpulkan keberanian karena tidak tahu apakah Tuan Adam marah atau tidak melihat dirinya yang datang.

"Bismillah ...," ucap Sari sambil melangkahkan kakinya.

Ketika sampai di dalam kamar, Sari melihat Tuan Adam sedang berbaring di atas ranjang dengan wajah yang pucat.

“Selamat pagi Tuan,” ucap Sari sambil tertunduk.

Tuan Adam menatap Sari dengan heran dan bertanya, “Kenapa kamu yang datang?”

“Bi Euis sakit Tuan,” jawab Sari yang mulai terlihat takut.

Tuan Adam lalu menarik tubuhnya dan bersandar pada kepala ranjang lalu seraya berseru, “Berikan bubur itu!”

Sari segera menghanpiri Tuan Adam dan duduk di sampingnya kemudian ia bertanya dengan lembut, “ Boleh saya suapin?” Mata indah Sari menatap netra Tuan Adam yang sayu untuk menunggu jawaban.

“Kenapa?” tanya Tuan Adam dengan suara yang lemah.

“Karena saya adalah seorang istri dan berkewajiban untuk merawat suaminya yang sedang sakit,” jawab Sari sambil tertunduk.

Tuan Adam tersenyum mendengar jawaban itu, tentu disaat Sari tidak melihatnya. Lalu ia pun berkata, “Silahkan!”

Sari segera menyuapi Tuan Adam dengan perlahan dan sabar. Seketika pandangan mereka pun bertemu, tetapi keduanya idak berani saling menatap lebih lama.

Entah mengapa Tuan Adam merasa lemah sekali. Padahal semalam ia merasa sangat kuat dan perkasa saat menggempur Sari sampai beberapa kali. Namun, ketika akan salat subuh tubuhnya terasa lemas seolah tak bertulang.

"Cukup!" seru Tuan Adam ketika bubur itu baru habis separuh.

Sari kemudian menaruh mangkuk itu dan mengambil air putih.

Setelah makan bubur dan minum beberapa teguk, Tuan Adam merasa mengantuk. Ia kemudian berseru, "Kamu boleh pergi!"

"Baik Tuan," jawab Sari sambil undur diri.

Sari kemudian keluar dari kamar Tuan Adam dengan lega. Wanita itu segera kembali ke dapur untuk melihat keadaan Bi Euis. Namun, perempuan paruh baya itu sedang menunggunya.

"Kenapa Neng lama di kamar Tuan, apakah kena marah?" Bi Euis balik bertanya sambil memegang kedua tangan Sari dengan cemas.

Sambil menggeleng Sari menjawab, "Tuan tidak marah Bi, tadi aku lama karena menyuapinya dahulu."

Bi Euis tampak terkejut mendengar jawaban Sari karena setahunya, belum pernah ada perempuan yang bisa melakukan itu.

***

Mentari kian meninggi, Sari dan Bi Euis masih sibuk di dapur untuk menyiapkan makan siang.

"Untuk hari ini, biar Sari saja yang memasak, Bi!" seru Sari ketika melihat Bi Euis masih lemas.

Bi Euis merasa kagum dan berharap nasib Sari lebih baik dari para mantan istri Tuan Adam yang terdahulu.

Tidak lama kemudian tercium bau aroma sop ayam yang harum. Selain cantik, baik, pintar masak lagi. Sungguh beruntung sekali jika Tuan Adam menyadari telah memiliki wanita itu.

"Wah lezat sekali sop ini, Neng. Seperti masakan restorant," puji Bi Euis ketika diminta mencicipi.

"Ah, masa sih Bi?" tanya Sari sambil tersipu.

"Iya bener, bisa nambah terus yang makan sop ini," ujar Bi Euis yang membuat Sari tersenyum senang.

"Kalau begitu Bibi makan yang banyak!" seru Sari sambil tersenyum senang.

Sambil mengangguk Bi Euis pun berkata, "Kita makan bareng ya, Neng!"

"Nanti ya Bi, setelah Sari antarkan makan siang buat Tuan," sahut Sari yang dijawab anggukan oleh Bi Euis.

Sari kembali datang ke kamar Tuan Adam. Ia melihat suaminya jauh lebih baik, meskipun masih terlihat sedikit pucat. Wanita itu kemudian hendak menyuapi suaminya kembali, tetapi Tuan Adam segera memegang tangan Sari.

Seketika Sari merasakan ada debaran aneh yang belum pernah ia alami. Begitu lembut dan pasti mulai menjalar melalui urat nadinya.

"Saya bisa sendiri, kamu boleh pergi!" seru Tuan Adam sambil membuang pandangan ketika tatapan mereka bertemu.

"Baik Tuan," sahut Sari sambil menarik tangannya kembali.

Sari kemudian meletakkan makan siang di samping Tuan Adam. Lalu ia berlalu keluar dari kamar itu, setelah sejenak menatapnya kembali.

Adam memperhatikan semua gerakan Sari tanpa wanita itu sadari.

BERSAMBUNG

Related chapters

  • Istri Sementara Tuan Adam   8. Kewajiban

    Malam semakin larut, di dalam kamar Tuan Adam, Sari sedang menemani suaminya yang masih demam. “Panas sekali,” ujar Sari sambil menempelkan tangannya ke dahi Tuan Adam. Sari kemudian mengambil handuk kecil dan membasahi, lalu menaruh di dahi suaminya. Tuan Adam tidak bergeming dengan mata terpejam. Sambil merasakan tubuhnya yang panas tinggi.“Bagaimana kondisi Tuan, Neng?” tanya Bi Euis ketika melihat Tuan Adam yang terbaring lemah.“Masih panas Bi, padahal tadi Tuan sudah minum parasetamol,” jawab Sari dengan pelan karena takut menganggu.Bi Euis tampak terdiam dan merasa heran karena selama bekerja dengan Tuan Adam, belum pernah majikannya itu sakit seperti ini. Kemudian Bi Euis pun berkata, “Kita tunggu sampai besok, kalau kondisi Tuan Adam tidak juga membaik. Baru bibi akan panggil dokter untuk memeriksanya."Sari mengangguk menyetujui saran dari Bi Euis. Tidak lama kemudian ia melihat wanita paruh baya itu tampak menguap. Lalu dirinya pun berseru, “Bibi kalau sudah mengantuk t

    Last Updated : 2022-11-29
  • Istri Sementara Tuan Adam   9. Biarkan Aku Mencintaimu

    Ketika malam tiba, Sari segera datang ke kamar Tuan Adam seperti biasanya. Ia terlihat gemetar membayangkan pria itu akan menggauli dengan kasar lagi. Sesampai di depan ranjang, Wanita itu tertegun karena tidak mendapati suaminya berada. Matanya kemudian menelisik sekeliling kamar.“Aku di sini, kemarilah!” seru Tuan Adam dari atas balkon.Sari segera menuju balkon dan menghampiri Tuan Adam yang sedang menatap ke langit. Di mana tampak purnama bersinar terang, berpadu dengan taburan bintang. Menjadikan malam ini begitu indah dipandang mata. Sampai beberapa saat, Tuan Adam masih tidak bergeming menatap rembulan, entah apa yang didapatkannya. Sementara itu bagi Sari, keindahan sesungguhnya adalah yang tampak di mata. Sungguh hatinya berdecak kagum melihat mahluk ciptaan Allah yang satu ini. Begitu sempurna secara pisik dan tiada cela. Ia bahkan tidak berkedip sedikit pun menatap Tuan Adam, sambil membiarkan getar-getar cinta yang mulai tumbuh di hatinya.“Jangan menatapku seperti itu

    Last Updated : 2022-11-29
  • Istri Sementara Tuan Adam   10. Rindu

    Hari berganti hari, lambat laun sikap Tuan Adam mulai melunak dan tidak menyentuh istrinya dengan kasar lagi, seperti awal pernikahan dulu. Hal itu dikarenakan Sari sudah bisa mengambil hati suaminya. Tuan Adam sangat puas dengan pelayanan Sari sebagai seorang istri, baik itu soal perut ataupun urusan ranjang. Terkadang Tuan Adam suka memberikan Sari kejutan berupa hadiah, entah itu uang atau perhiasan. Kini hidup Sari telah berkecukupan dan tidak kekurangan apa pun lagi. Akan tetapi, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam. Sari merasa hidup bagaikan dalam sangkar emas. Ia sangat merindukan keluarganya, entah bagaimana nasib ibu dan kedua adiknya yang masih bersekolah. Selalu memikirkan keluarganya, Sari jadi drop dan sakit.“Ambu, Sari kangen,” lirih Sari merasakan kepalanya yang pusing. Tidak terasa air matanya jatuh berderai.“Kenapa menangis. Apakah Tuan kasar lagi sama Neng?” tanya Bi Euis ketika memergoki Sari sedang menitikkan air mata.Sari tampak menggeleng sambil menyeka

    Last Updated : 2022-12-01
  • Istri Sementara Tuan Adam   Kerinduan

    [Assalamualaikum ..., bagaimana kabar Ambu, Jaka dan Ningsih? Kalau keadaan Sari baik-baik saja di sini, jadi Ambu jangan khawatir! Maaf, Sari belum bisa pulang dalam waktu dekat ini. Salam rindu Sari.]Tuan Adam kemudian melipat surat itu dan memberikannya kepada Kang Asep seraya berseru, “Sampaikan surat dan amplop ini ke tangan yang bersangkutan dan ingat pesanku tadi!”“Baik Tuan,” sahut Kang Asep dengan sigap, “Nyonya bisa beritahu alamatnya?” pinta lelaki itu kemudian.Sari kemudian menyebutkan alamat rumahnya dengan lengkap, sementara itu Kang Asep mendengarkan sambil menganggukkan kepalanya tanda mengerti.“Apakah sudah jelas, Kang?” tanya Sari memastikan."Iya Nyonya, saya tahu daerah itu,” jawab Kang Asep.Kemudian Sari menyodorkan sebuah amplop kecil dan berkata, "Oh ya Kang, titip ini.""Pegang saja, itu sudah lebih dari cukup!" cegah Tuan Adam.“Permisi Tuan, Nyonya,” pamit lelaki itu undur diri.Sari menatap kepergian Kang Asep sampai hilang di balik pintu. Tiba-tiba air

    Last Updated : 2022-12-01
  • Istri Sementara Tuan Adam   11. Sari Sakit?

    Tuan Adam sudah bersiap untuk menyambut kedatangan istrinya di kamar. Ia berniat akan menggempur Sari habis-habisan sebelum keberangkatannya besok ke luar kota. Namun, setelah menunggu sekian lamanya. Sari tidak juga menunjukan kehadirannya. Sehingga membuat Tuan Adam tidak sabar dan segera pergi ke kamar istrinya. Dengan perlahan Tuan Adam membuka pintu kamar Sari dan melangkah masuk nyaris tanpa suara. Ia melihat istrinya yang sedang tertidur pulas. Seketika ular kobra lelaki itu langsung bangun. Seperti melihat mangsa yang tidak berdaya. Tuan Adam yang sudah tidak sabar segera memeluk istrinya. Seketika Sari pun terjaga dan ia sangat terkejut melihat Tuan Adam Sudah berada di atas tubuhnya."Tuan, kenapa ke sini?" tanya Sari ketika teringat seharusnya ia yang datang ke kamar suaminya."Kamu lama sekali," jawab Tuan Adam sambil mengelus pipi Sari dengan penuh gairah."Maaf saya ketiduran," ucap Sari, “Apakah Tuan menginginkannya di sini?” tanyanya kemudian.“Iya,” jawab Tuan A

    Last Updated : 2022-12-02
  • Istri Sementara Tuan Adam   Aku Ingin Pulang

    "Baiklah Nyonya, tetapi saya akan antarkan besok ya! Kalau sekarang motor saya sedang dipinjam oleh saudara, besok pagi baru dikembalikan ke sini. Tapi jangan lama-lama ya Nyonya! Takut nanti Tuan pulang tiba-tiba," ujar Kang Asep menyanggupi. "Baik Kang, sekarang petikan saya mangga lagi ya!" pinta Sari dengan seulas senyum yang mengembang.Setelah Kang Asep mengambilkan beberapa buah mangga muda lagi, Sari segera masuk ke dalam vila dengan senangnya. Ketika sedang menuju ke kamarnya, Sari tidak sengaja berpapasan dengan Bi Euis."Dari mana Neng?" tanya wanita paruh baya itu dengan heran."Itu Bi, habis minta tolong sama Kang Asep untuk ambilkan buah mangga lagi!" seru Sari yang membuat Bi Euis tampak tertegun melihatnya. Sari tidak memberitahu rencananya kepada Bi Euis. Dia berpikir besok saja, kalau sudah mau berangkat pulang.Setelah Sari masuk ke kamarnya, Bi Euis segera pergi ke dapur dan menuju tempat penyimpanan obat. Lalu mencari sesuatu di dalam kotak itu. Tidak lama kemud

    Last Updated : 2022-12-02
  • Istri Sementara Tuan Adam   12. Berubah

    Seperti sebelumnya, Tuan Adam pulang tiba-tiba. Ia sudah membawa sebuah kejutan besar untuk Sari. Pasti demi mendapatkan pelayanan yang memuaskan dan rasa rindu yang terus menuntut untuk bertemu.Ketika hendak ke kamar istrinya, Tuan Adam melihat Sari sedang berada di taman. Ia kemudian melangkah tanpa suara, menghampiri wanita itu dari arah belakang."Sedang apa?" tanya Tuan Adam sambil memeluk Sari sehingga wanita itu hampir melonjak kaget.“Tuan sudah pulang?” tanya Sari dengan terkejut. Gagal sudah rencananya untuk pulang. Biarlah masih ada hari esok.“Pekerjaanku sudah selesai dan aku sangat merindukanmu,” jawab Tuan Adam dengan senyum yang menggoda. Lelaki itu pun mencoba untuk mencium istrinya.Sari pun mengelak seraya berseru, “Jangan Tuan, tidak enak nanti diliat Bi Euis dan penjaga!”“Biarkan saja, aku tidak perduli!” ujar Tuan Adam sambil terus mendekatkan wajahnya.Sari perlahan melangkah mundur. Lalu berlari kecil untuk menghindari Tuan Adam yang berusaha untuk menggapainy

    Last Updated : 2022-12-03
  • Istri Sementara Tuan Adam   13. Aku Harus Pergi

    Bi Euis terlihat mondar-mandir di depan kamar Sari. Terlihat kecemasan yang terpancar dari raut wajahnya. Tidak lama kemudian ia melihat Tuan Adam yang datang sambil membopong tubuh istrinya. Dengan segera Bi Euis membukakan pintu pintu kamar Sari seraya bertanya, "Nyonya kenapa Tuan?" "Pingsan Bi," jawab Tuan Adam sambil membawa tubuh Sari masuk dan merebahkan di atas kasur.Bi Euis segera mengambil minyak kayu putih di atas meja. Lalu membalurkan ke pelipis dan hidung Sari agar cepat sadar."Bibi sudah panggil dokter?" tanya Tuan Adam dengan panik. Ia tidak menyangka Sari akan pingsan. Lelaki itu pun merasa bersalah sudah memaksakan kehendaknya tadi."Sudah Tuan, sepertinya dalam perjalanan," jawab Bi Euis mengira.Sari belum juga sadarkan diri, sampaiBeberapa saat kemudian Kang Asep datang dan memberitahu, "Tuan, Bu dokter sudah datang." "Suruh masuk Kang!" seru Tuan Adam sambil berlalu keluar.Tidak lama kemudian seorang dokter masuk ke kamar Sari dan segera memeriksa kondis

    Last Updated : 2022-12-04

Latest chapter

  • Istri Sementara Tuan Adam   End 79. Kucintai Kamu Dalam Doaku

    "Memakai hijab itu adalah salah satu kewajiban muslimah demi menjaga auratnya. Tapi mengenakan kerudung itu harus berdasarkan keimanan bukan karena sesuatu hal. Misalnya untuk menarik perhatian orang agar terlihat lebih baik," ujar Azza menjelaskan setelah mendengar keinginan Jelita yang mau memakai hijab. Jelita kemudian menegaskan,"Oh seperti itu, jadi kalau hati kita belum mantap sebaiknya jangan berhijab dulu?" "Boleh-boleh saja untuk belajar. Tapi amat disayangkan, kalau kita sudah memakai hijab karena alasan tertentu lalu melepasnya kembali, miris melihatnya," ujar Azza yang juga memberitahu bagaimana sikap seorang muslimah terutama dalam menjaga aurat dan pandangannya. "Ya sudah kalau begitu aku mau belajar sekarang," ujar Jelita dengan antusiasnya. Mendengar itu Azza tampak senang sekali dan mengajak, "Boleh, ayo sini aku ajarkan memakai hijab!" Azza kemudian memilah koleksi hijabnya dan mulai mengajarkan Jelita cara memakainya. "Masya Allah, kamu cantik sekal

  • Istri Sementara Tuan Adam   78. Mencarimu

    "Jelita mana Tante?" tanya Fatih sambil mencari gadis itu dengan kedua mata elangnya. Dengan tetap tenang Tante Windi menjawab, "Ada di kamar sedang istirahat. Duduklah Fatih, sepertinya kita harus bicara!" Fatih segera duduk di sofa berhadapan dengan Tante Windi."Menurut Tante, kamu fokus saja urus perusahaan. Soal Jelita biar Tante yang tangani. Dia sudah dewasa Fatih, jadi sudah berani membangkang dan bisa melakukan perbuatan lebih nekat lagi, kalau terlalu dikekang!" ujar Tante Windi memberikan masukan ketika Fatih datang untuk menjemput Jelita.Fatih tampak berpikir sesaat dan menurut saran dari Tante Windi ada benarnya juga. Dengan tinggal di rumah ini, ia bisa bekerja dengan tenang dan tidak perlu khawatir lagi. "Baiklah, aku setuju Jelita tinggal bersama Tante. Tapi aku akan menambah beberapa orang keamanan lagi," ujar Fatih menyetujui."Oke, demi Jelita kamu boleh memperketat keamanan untuknya!" ujar Tante Windi sambil mengangguk kecil. "Sebelum pulang, aku mau bicara e

  • Istri Sementara Tuan Adam   77. Aku Tidak Mau Pulang

    "Kamu harus pulang Nak, agar keluarga Jelita tidak cemas!" saran Sari setelah mendengar cerita Jelita.Jelita langsung terlihat sedih dan memohon, "Tolong Bu, izinkan aku menginap beberapa hari lagi!"Sari segera membelai kepala Jelita seraya berkata, "Maaf Nak, ibu dan abi bukan tidak suka kamu menginap di rumah kami. Tapi tanpa izin dari orang tua, kamu akan dianggap hilang. Jadi sebelum mereka lapor polisi sebaiknya kamu pulang dulu. Nanti boleh menginap lagi di sini kapan pun."Jelita tampak menghela napas panjang. Ia mana mungkin diizinkan menginap di rumah orang lain. Keluar dari pintu gerbang rumah saja dilarang. Gadis itu terus berpikir agar bisa tinggal lebih lama lagi di rumah ini. "Ya sudah, boleh aku pinjam telepon, untuk menghubungi mami di rumah?" pinta Jelita yang dijawab anggukan oleh Sari. Setelah dipinjami telepon, Jelita segera menjauh untuk menghubungi keluarganya. Jelita tentu tidak mau merepotkan Yusuf dan keluarganya yang begitu baik. Ia akan pulang dan kemba

  • Istri Sementara Tuan Adam   76. Mengenalmu

    Mentari tampak bersinar di ufuk timur. Bunga dan dedaunan terlihat segar dibalur sisa air hujan. Jelita sudah bangun dengan tubuh yang lebih bugar, meskipun kakinya masih terasa pegal akibat lari kemarin. Ia segera membasuh tubuhnya yang terasa lengket, meskipun air cukup dingin. Setelah itu segera memakai celana panjang dan sweater yang dibawakan Azza semalam. Setelah selesai, Azza datang lagi menemui Jelita. Tidak lama kemudian kedua gadis itu segera ke luar dari kamar dan menuju ke ruang makan. Di mana keluarga Tuan Adam terlihat sedang sarapan bersama. "Jelita kenalkan ini, Ibu, Abi dan Kang Yusuf," ujar Azza memperkenalkan keluarganya. Jelita segera menyalami Sari, sedangkan Tuan Adam dan Yusuf hanya mengatupkan tangan. "Nama yang cantik sesuai dengan orangnya. Bagaimana keadaan kamu Nak?" tanya Sari sambil tersenyum ramah. "Aku baik-baik saja Bu. Terima kasih, sudah memberikan izin untuk menginap di sini," ucap Jelita yang merasa disambut dengan hangat, padahal mereka baru

  • Istri Sementara Tuan Adam   75. Kabur (Season 2)

    Hujan masih mengguyur kawasan puncak. Ketika sebuah mobil mewah tiba-tiba berhenti di jalan yang tampak macet. Seorang gadis cantik terlihat ke luar dari kendaraan itu dan berlari ke arah belakang. Tidak lama kemudian disusul oleh pria berbadan besar dan berpakaian rapi. "Tunggu, jangan pergi Non!" seru pria itu sambil mengejar.Gadis itu tampak ketakutan dan terus berlari sekencangnya. Sesekali ia berhenti di belakang kendaraan lain, sambil mengatur nafas dan berharap pria itu tidak mengejarnya lagi. Akan tetapi, doanya tidak terkabul. lelaki itu justru semakin dekat ke arahnya. Sehingga membuat gadis itu jadi kian panik."Pokoknya aku tidak mau kembali ke rumah," lirih gadis itu yang segera kembali berlari dengan nafas yang terengah. Namun, ketika di belakang mobil box Ia sudah tidak kuat lagi untuk melarikan diri. Kini dirinya hanya bisa pasrah akan apa yang terjadi. Alunan musik terdengar mengalun syahdu dari salah satu mobil sayur. Seorang pria bermata teduh tampak menikmati l

  • Istri Sementara Tuan Adam   74. POV Adam, Bu Nilam dan Sari.

    Lelaki sejati.Waktu terus bergulir, tidak terasa usiaku kian menua, raga ini juga mulai sakit-sakitan. Untung aku mempunyai seorang istri yang sangat perhatian sekali. Ia Seorang perempuan hebat yang Allah jodohkan dengan diriku ini yang jauh dari kata sempurna.Selama pernikahan kami tidak pernah sekalipun Sari mengeluh, ia selalu sabar dan ikhlas dalam mengurus dan merawatku anak-anak, dan ibuku. Sungguh aku sangat bersyukur karena semenjak kecelakaan 20 tahun yang lalu, seolah Allah memberikan aku kehidupan kedua untuk memperbaiki diri untuk menjadi lelaki sejati.Kini perkebunan sudah dipegang oleh Yusuf, sedangkan aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan hanya sesekali ke kebun jika Yusuf sedang keteter atau pergi. Aku menjalani sisa hidupku dengan banyak beribadah dan sering ke masjid.Alhamdulillah … aku di percaya menjadi salah satu pengurus. Rasanya begitu damai hati ini banyak melakukan kegiatan di rumah Allah. Sungguh aku tidak pernah merasa hati ini begitu bahagia

  • Istri Sementara Tuan Adam   73. Cinta Abadi

    Roda kehidupan telah berputar, kini Bayu semakin sukses sebagai pengusaha di bidang otomotif yang memiliki beberapa bengkel di kota tempat tinggalnya. Jika Allah telah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Apalagi Bayu adalah sosok yang sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup ini.“Aku turut senang Ning, jika sekarang Bayu sudah sukses sebagai pengusaha,” ucap Sari atas keberhasilan adik iparnya itu.“Iya Teh, Alhamdulillah ….” Ningsih bersyukur atas keberhasilan suaminya.“Bayu memang pantas mendapatkan semuanya karena ia adalah lelaki yang baik,” puji Sari sambil mengingat kebaikan Bayu yang tiada terkira kepadanya.Ningsih tampak mengangguk seolah sependapat dengan kakaknya. Lalu ia pun bertanya, “Teteh sendiri bagaimana? Pasti senang sekali ternyata Kang Adam masih hidup dan bisa berkumpul lagi dengan Yusuf.”“Teteh sangat bahagai Ning, ternyata Alllah banyak memberikan rahmat-Nya yang melimpah,” ujar Sari akan karunia yang didapatkannya selama ini.Sementara itu, Ada

  • Istri Sementara Tuan Adam   72. Aku Pulang

    Dari kabar yang terdengar, ternyata mobil yang dikemudikan oleh Saba masuk ke jurang ketika dikejar oleh polisi dan suster gadungan itu juga sudah ditangkap. Sementara itu keluarga Al Razi seperti Fatimah dan putranya segera kembali ke Turki setelah menjual semua saham serta aset perusahaan yang berada di Indonesia, kecuali vila.Sebenarnya Adam bisa saja merebut harta warisannya kembali, tetapi tidak mau. Ia ingin hidup sederhana dan bahagia bersama dengan keluarga kecilnya. Setelah situasi sudah aman, Adam kemudian menjemput Yusuf untuk tinggal bersama kembali. “Ibu!” panggil Yusuf sambil berlari kecil ketika melihat Sari di depan teras yang sudah menunggu kepulangan putranya.“Yusuf,” balas Sari sambil melapangkan satu tangan memeluk putra sulungnya itu.“Yusuf kangen sama Ibu,” ungkap bocah itu sambil memeluk Sari dengan erat.Sari segera membalas pelukan Yusuf dan mencium kepala anak itu seraya berkata, “Ibu juga kangen sama kamu sayang.” “Ibu, ini adik siapa?” tanya Yusuf sa

  • Istri Sementara Tuan Adam   POV IBU NILAM (Doa yang Terkabul)

    Malam itu hujan turun dengan lebat. Udara pun jadi dingin seolah menggigit tulang. Aku segera menyelimuti tubuh ini rapat-rapat dan mencoba memejamkan mata, tetapi entah mengapa selalu gagal. Tiba-tiba jantungku berdetak sangat cepat. Aku segera menyibak tirai dan melihat hujan masih turun deras.Entah mengapa pikiranku tertuju ke sungai yang berada di bawah sana. Perasaan ini kian gelisah dan berpikir mungkin akan terjadi banjir bandang. Akan tetapi, itu tidak mungkin karena rumahku berada di atas tebing. Untuk menghilangkan kegelisahan hati aku melakukan zikir sampai pagi menjelang.Aku segera membuka pintu, ketika hujan masih turun gerimis. Diriku kemudian berjalan ke halaman rumah untuk melihat aliran sungai. Tiba-tiba pandanganku tertuju kepada sesosok tubuh yang tersangkut di bebatuan. Naluriku untuk menolong pun muncul dan dengan hati-hati menuruni anak tangga menuju ke tepian sungai.Ketika sampai di tempat tujuan, aku segera menarik tubuh itu dengan sekuat tenaga. Lalu memeri

DMCA.com Protection Status