Share

Istri Tidak Diakui

Letha tidak tahu ada masalah apa antara Jay dan juga Ayahnya. Tetapi jika di lihat sekilas, ternyata Ayah mertua Letha itu memiliki perangai yang sangat tegas dan keras. Itu semua terlihat ketika Ayah mertunya langsung menampar pipi dari anaknya sendiri tanpa melihat kondisi pria itu. Letha bahkan langsung berdiri dari duduknya.

“Setelah berhasil membunuh, sekarang siapa lagi yang jadi korbannya, Jericho?” tanya Kevin –Ayah Jericho- sambil menatap Jay dengan tatapan tajam yang membuat Letha merinding. “Kenapa kamu jadi pria yang suka mabuk-mabukan? Sudah bosan hidup kamu?”

“Lalu kenapa kalau aku bosan hidup? Bukannya Ayah bahagia? Aku nggak akan nyusahin Ayah.”

“Siapa yang mengajarkan kamu untuk berkata kurang ajar seperti itu, Jericho?”

Letha bingung harus bagaimana di situasi seperti ini. Keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuhnya. Ia ingin memberitahu ayah mertuanya jika ini bukan saatnya untuk berdebat, bahkan Jay saja sudah kesulitan bergerak. Letha juga ingin memberitahu Jay bahwa tidak baik melawan pada orangtua. Walaupun yang di depannya  ini adalah suami dan juga ayah mertuanya, letha masih merasakan kecanggungan yang luar biasa.

“Siapa yang sudah membesarkan aku, Yah?”

“Kurang--”

Letha tahu ia lancang. Ia juga tahu nanti akan mendapat amukan dari sang suami. Tapi sungguh, ia tidak bisa melihat pertengkaran yang terus memanas seperti ini. Ia refleks berbicara ketika tangan mertuanya terangkat.

“Pak, saya mohon. Maafkan Aa Jay. Saya tahu Aa melakukan hal yang kurang baik. Saya akan menjaganya, Pak. Saya akan merawat aa dengan sebaik mungkin. Jadi saya mohon maafkan aa, Pak.”

Kevin menarik nafas dengan pelan. Begitu pula dengan Jay yang membuang muka. Pria itu enggan terenyuh dengan apa yang sudah di lakukan oleh Letha. Letha pengganggu di hidupnya. Jadi ia enggan untuk luluh pada wanita itu.

“Beruntung ada istrimu disini, Jericho. Kalau tidak, Ayah tidak akan menahan diri,” ucap Kevin. Letha menahan nafas ketika pandangan tajam itu melihat ke arahnya. “Jaga suami mu seperti ucapanmu tadi, Letha. Dan segera obati cacar mu itu, supaya kamu tidak perlu memakai masker terus menerus.”

Letha membeku dengan hati yang terasa hangat. Ia tahu Ayah mertuanya orang baik. Hanya saja kebaikannya tertutupi dengan sikap keras nya juga. “Terimakasih, Pak. Saya akan merawat aa Jay dengan baik, sehingga akan lekas sembuh seperti sedia kala. Bapak mau duduk dulu? Nanti saya buatkan teh.”

“Tidak perlu. Saya akan pergi.” Mata tajam yang sama persis itu kembali membidik Jay. “Jangan terus membuat masalah, Jericho. Ayah tidak akan segan-segan menarikmu ke perusahaan entah kamu mau atau tidak.”

Kevin pergi dengan langkah tegap dan tanpa ragu. Aura gelap yang tadi menyelimuti hilang, seiring dengan Kevin yang pergi dari ruanngan itu.

“Munafik.”

Letha segera menoleh ketika mendengar kata itu terucap dari seseorang yang kini sedang merebahkan tubuhnya di ranjang. “Siapa yang kamu sebut munafik, A?”

“Memang lo pikir ada orang lain lagi di sini?”

“Kenapa saya munafik?”

“Jangan pura-pura baik di hadapan gue Amaletha. Lo bebas jadi diri lo sendiri. Sekalipun nanti lo semua uang gue buat beli barang-barang mahal. Lo nggak usah munafik.”

Letha terdiam. Seperti itu kah pandangan Jay kepada dirinya? Sekali lagi, ini bukan keinginannya. Ia tidak masalah jika harus hidup sendirian. Sungguh. Ia tidak perlu di titipkan pada Bu Jihan. Tetapi itu adalah permintaan Umi. Ia tidak mau melawan Umi.

“Dan juga lo lagi penyakitan. Ngapain ada deket gue? Lo mau nularin penyakit lo ke gue?”

Astagfirulloh, A. Ini sakit saya udah mau sembuh. Saya tinggal menghilangkan bekas nya aja. Bukan kah Aa yang minta supaya saya terus seperti ini kan?”

“Tapi gue nggak tau kalau lo lagi penyakitan.”

Letha terus berusaha mendinginkan hatinya. Ia tidak boleh terbawa emosi. Ia pun terus mengucapkan istigfar dalam hati untuk menghadapi suaminya ini.

“Iya, A. Saya penyakitan dan saya pastikan penyakit saya ini udah sembuh sekarang. Aa harus istirahat. Ayo saya bantu, A.”

Letha menghela nafas ketika tidak ada penolakan sama sekali. Mungkin efek dari rasa sakit tangan dan juga kaki nya. Ini lebih bagus untuk menjaga hatinya tetap dalam kondisi baik. Tidak ada kata-kata menyakiti hati, pun tidak ada tatapan tajam yang menghujani.

***

“Lo yakin nggak apa-apa?”

“Hm.”

“Sumpah gue aja pusing kemarin ngadepin fans lo yang terus aja bertanya-tanya tentang kaki dan tangan lo yang di gips begitu. Nyari penyakit lo.”

“Itu tugas lo, Ndre. Lo mau gue gaji atau nggak?”

“Nasib, nasib,” ucap Andre dengan menyandarkan tubuh di pesawat dan menutup pembatas antara dirinya dan sang bos. Sedangkan Letha yang sedari tadi mendengar hanya bisa menghela nafas.

Perdebatan antara Jay dan Andre sudah berlangsung dari dua hari yang lalu, dengan pemberitaan media dan fans yang bertanya-tanya penyebab kaki dan tangan sang artis yang di gips. Ia enggan berkomentar. Itu urusan artis dan juga managernya.

***

Letha banyak menghabiskan waktunya untuk membantu Umi dan Abi nya di toko. Membuat macam-macam makanan untuk di jual. Lalu ketika ada waktu senggang, mereka hanya akan menonton dan berbicang di ruang keluarga, dan mereka sangat jarang menonton acara selebriti. Itulah sebabnya ketika ia melihat sosok-sosok bertubuh tegap dengan pakaian serba hitam, dan juga sebuah earpiece di telinga masing-masing, membuat Letha terkejut sekaligus takut. Dan sepertinya Andre menyadari itu.

“Tenang, Bu Bos. Mereka yang bakal jagain kita selama menuju hotel. Bu bos akan aman. Gue udah nyiapin bodyguard  perempuan biar Bu Bos nyaman.”

“Bacot,” ucap Jay. Pria itu tetap dengan sikap cuek dan dinginnya. Tidak memperdulikan sang istri rahasianya itu.

“Lo tuh gimana sih, Pak Bos. Nggak peka. Heran.”

Jay dan Andre sudah siap melangkah dengan di kelilingi bodyguard itu. Sedangkan Letha, seperti apa yang di katakan Andre, dikelilingi oleh bodyguard perempuan yang tampangnya tidak jauh berbeda dengan pria. Setidaknya sekarang hatinya sedikit tenang.

Tetapi ketika melihat segerombolan orang-orang berdesak-desakan di bandara tersebut, ia kembali terserang rasa takut. Bahkan tangannya pun sudah berkeringat dingin, belum lagi tubuhnya yang terdorong kesana-kemari walaupun sudah ada yang melindungi.

Ia seketika teringat dengan Jay. Ia berusaha mengedarkan pandangannya dan syukurlah pria itu aman. Jay dan Andre digiring menuju salahsatu spot yang lumayan besar, kemudian kamera segera menyorot keduanya. Sedangkan Letha hanya diam dan sedikit jauh dari posisi mereka.

Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian terlontar satu sama lain. Jay menjawabnya dengan sangat amat tenang. Tetapi jawaban dari pertanyaan berikutnya membuat Letha merasakan sengatan di hatinya.

“Perempuan itu manager baru saya.”

***

TO BE CONTINUE

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status