"Aunty ... Aunty Sisi!" Neo memanggil keras sambil berjalan menuruni tangga rumah sang Bibi.Cintya yang saat itu sedang membereskan bekas bermain Neo bersama Keanu, segera menoleh. Bocah sipit itu turun dan tersenyum sumringah."Hari ini Daddy dan Biya pulang, kan? Jam berapa mereka akan pulang? Ayo tanyakan, Aunty!" Neo meminta sambil memasang wajah memelas andalannya.Cintya mendengkus. "Kau sudah berjanji tidak akan menelepon mereka, kan? Jika mereka memang akan pulang, biarkan saja mereka menjemputmu sendiri ke sini," balas dokter muda nan cantik itu.Seketika, wajah Neo yang sedari tadi cerah luar biasa, mendadak muram. Satu minggu tidak melihat orang tuanya pasti membuat bocah manja kesayangan Abia itu merasa sangat rindu.Cintya memakluminya tapi tidak ingin mengganggu acara bulan madu sang sepupu. Mereka harus fokus bersenang-senang setelah beberapa waktu lalu sempat berpisah cukup lama.Terlebih, Arya juga makhluk yang super sibuk. Kedua pasangan suami istri itu pasti tidak
Neo baru saja keluar dari gerbang sekolahnya saat seorang perempuan berjas dokter menghampiri. Perempuan itu mengenakan kaca mata, masker juga topi hitam."Aunty Sisi? Aunty Sisi datang menjemputku, ya?" tanya Neo semangat begitu berpikir perempuan dengan wajah tertutup itu menggandeng tangannya.Perempuan itu mengangguk pelan. Berikutnya, Neo melambai pada beberapa gerombolan teman yang tadi menemaninya sampai luar."Aku pulang dulu ya, Teman-teman! Aunty-ku menjemput," pamit Neo sambil melambai dan segera mengikuti perempuan yang ia kira Bibi Cintya-nya tersebut.Pak Satpam yang juga berpikir itu adalah Bibi Neo yang biasa menjemput, hanya tersenyum ramah. Tidak ada yang curiga. Tidak ada juga hal yang aneh sampai membuat Neo sadar sesuatu.Tapi, begitu sampai di depan sebuah mobil yang jelas bukan mobil Bibinya yang ia kenali, Neo mendongak sambil menyorot bingung perempuan itu. "Aunty kapan beli mobil baru? Kenapa tidak memberitahuku? Makanya Aunty menjemputku sekarang, ya? Mau p
"Ini salahmu karena tidak memastikan perempuan yang menjemput Neo itu benar Cintya atau bukan!" Arya mencerca setelah memerintahkan anak buahnya untuk mencari Neo."Sudah lah, Arya! Dia juga tidak tahu itu bukan aku. Biasanya kan hanya aku dokter yang menjemput Neo, wajar saja jika dia mengira itu aku," tegur Cintya begitu melihat iparnya yang hanya termenung diam.Abia juga pasti sangat terkejut. Bagaimana bisa sepupu bodohnya ini malah mengomeli sang istri? Cintya sangat tidak habis pikir."Maaf ... maaf karena aku sudah teledor," gumam Abia lirih yang hanya dibalas Arya dengan decakan sebal."Aku tidak ingin mendengar permintaan maafmu! Sekarang, ayo kita cari Neo saja!" ajak Arya pada Cintya.Cintya dan Abia ikut berdiri. Begitu melihat sang istri malah mengekorinya, Arya melirik sinis."Kenapa kau ikut? Aku tidak mengajakmu!" tanya Arya sarkas."Kalau begitu ... aku akan mencarinya sendiri. Kau pergi saja bersama Cintya," jawab Abia sambil berjalan lebih dulu keluar rumah.Cintya
"Ambillah selimut di belakang! Aku selalu menyimpannya karena kadang ketiduran di mobil," suruh Keanu yang diangguki Abia patuh.Perempuan yang baru sadar dirinya kedinginan itu segera mengambil selimut dan melilitkannya pada tubuh. Dia sebenarnya sudah mengenakan jaket Keanu sebagai pengganti pakaiannya yang basah kuyup. Tapi, semakin mengenakan jaket, semakin pula dia merasa kedinginan."Kau ini kenapa, Abia?! Sudah tahu hujan deras begitu, malah berkeliaran di jalanan. Tengah malam lagi. Bagaimana jika sampai ada orang jahat yang mengganggumu?" tanya Keanu sebal sambil terus menjalankan mobilnya di tengah hujan yang deras.Abia merapatkan selimut yang melilit tubuhnya. "Aku tidak tahu kalau akan hujan," jawab perempuan itu lirih."Tidak mungkin kau tidak melihat langit yang mendung sebelum hujan, kan? Ck ... kau ini, alasan saja!" maki Keanu sebal."Aku memang tidak melihatnya. Aku terlalu fokus mencari Neo, aku takut terjadi sesuatu padanya. Jadi ... j-jadi tolong jangan memarahik
Keanu baru saja sampai di apartemennya. Pria itu segera menyalakan lampu dan berbaring di kamar. Pria itu menutup mata dengan sebelah lengan sambil berbaring terlentang. Seketika, kilasan kejadian beberapa menit lalu memenuhi benaknya.'Aku mencintaimu, sialan!' Kalimat Cintya yang satu itu terus memenuhi kepala Keanu membuat pria itu bangkit duduk lagi. Matanya memandang sekeliling kamar sambil sesekali mengerang sebal."Aku tidak pernah kira dia akan menyukaiku begitu," gumam Keanu sambil bangkit berdiri dan menatap pada cermin di kamarnya."Ketampananku memang sulit ditolak perempuan manapun. Tapi ... aku tidak tahu bahwa dokter galak itu akan terpikat juga oleh wajah nyaris sempurna ini," gumam Keanu kelewat percaya diri sambil mengusap dagunya yang bagi sebagian orang terpahat begitu sempurna."Tapi ... bukankah dia bilang dia tidak suka pria tampan? Apa sekarang dia berubah pikiran? Atau dia punya hal lain yang dia sukai dariku?" tanya Keanu terus bertanya-tanya. Setelah peng
Begitu mendapat alamat Aluna, Abia segera pulang. Perempuan itu segera mengambil ponsel, uang juga kunci mobil Arya tanpa meminta izin pada pria itu terlebih dahulu.Selain karena Arya punya banyak mobil, tentu saja pria itu juga tidak akann sadar Abia membawa salah satu mobilnya. Karena Abia mengenakan mobil yang paling jarang digunakan oleh sang suami.Abia tahu sebenarnya ini adalah sebuah tindak kriminal. Tapi, dia melakukan ini juga untuk kepentingan bersama. Jika membayar taksi, Abia tidak yakin akan mendapat taksi cepat saat akan berpindah-pindah tempat dalam waktu singkat.Abia juga tidak ingin ketahuan. Jadi, langkahnya harus sangat hati-hati supaya tidak ada orang yang sadar dan tahu. Bisa dibilang ... ini tindakan menguntit atau penyusupan."Maaf ya, Mas? Aku pinjam mobilnya sebentar. Tidak bisa memberitahumu sekarang, karena pasti kau langsung marah-marah dan tidak mengizinkanku," gumam Abia pelan berniat isi hatinya tersampaikan pada pria itu tanpa menyampaikannya.Selesa
"Akhirnya kau datang juga, Mama kesayangannya Neo?" Abia melotot terkejut begitu Aluna berdiri di ambang pintu kamar.Perempuan itu tersenyum sinis membuat Neo yang takut segera berlari menuju Abia. Tapi, Aluna dengan cepat menarik kerah belakang bajunya hingga bocah itu berada di dekatnya."Lepaskan aku! Kau penjahat! Aku mau pulang bersama Biya!" teriak bocah sipit itu sambil memukul-mukul tangan Aluna yang masih bertengger di kerah belakang bajunya.Tapi, bukannya melepas, Aluna malah mengangkat kerah itu hingga Neo juga ikut terangkat ke atas. Abia sudah hendak berlari untuk menarik putranya, tapi tiba-tiba sebelah tangan Aluna menodongkan pistol padanya."Jangan mendekat!" teriak perempuan itu tajam. Nadanya berubah menyeramkan sejak sebelumnya."Kubilang jangan mendekat!" peringat Aluna sekali lagi sambil kali ini mengarahkan pistol pada pelipis sang putra. "Atau aku bunuh dia saja?" tanya perempuan itu sambil tersenyum lebar.Abia menghentikan langkah. Mata perempuan itu membul
Arya menatap sekeliling jalan raya yang padat merayap. Pria itu menggeram sebal sambil menarik rambut sang sepupu dari belakang."Apa kau tidak bisa menyetir dengan cepat? Apa kau tidak bisa mengebut saja?!" tanya Arya sebal yang dibalas Cintya dengan delikan sebal."Lalu menabrak kendaraan lain? Setelah itu masuk penjara dan membiarkan Abia dan Neo mendekam di rumah Aluna?!" tanya perempuan itu tidak habis pikir."Sudah kubilang, Neo tidak mungkin berada di rumah Aluna! Perempuan itu gila jika memang benar menculik putranya sendiri," sahut Arya sebal.Cintya mengangguk tidak peduli. "Berarti sebentar lagi kau akan melihat seberapa sakit jiwa mantan istri sekaligus mantan selingkuhanmu itu," jawab Cintya santai."Tidak perlu menyebutnya mantan selingkuhan! Kau mencemarkan nama baikku," kesal Arya yang dibalas Cintya dengan putaran bola mata malas."Lalu apa? Mantan teman tidur? Mantan teman penghangat ranjang? Mantan ... partner mengkhianati istri?" tanya Cintya malah semakin menyudut