Keanu baru saja sampai di apartemennya. Pria itu segera menyalakan lampu dan berbaring di kamar. Pria itu menutup mata dengan sebelah lengan sambil berbaring terlentang. Seketika, kilasan kejadian beberapa menit lalu memenuhi benaknya.'Aku mencintaimu, sialan!' Kalimat Cintya yang satu itu terus memenuhi kepala Keanu membuat pria itu bangkit duduk lagi. Matanya memandang sekeliling kamar sambil sesekali mengerang sebal."Aku tidak pernah kira dia akan menyukaiku begitu," gumam Keanu sambil bangkit berdiri dan menatap pada cermin di kamarnya."Ketampananku memang sulit ditolak perempuan manapun. Tapi ... aku tidak tahu bahwa dokter galak itu akan terpikat juga oleh wajah nyaris sempurna ini," gumam Keanu kelewat percaya diri sambil mengusap dagunya yang bagi sebagian orang terpahat begitu sempurna."Tapi ... bukankah dia bilang dia tidak suka pria tampan? Apa sekarang dia berubah pikiran? Atau dia punya hal lain yang dia sukai dariku?" tanya Keanu terus bertanya-tanya. Setelah peng
Begitu mendapat alamat Aluna, Abia segera pulang. Perempuan itu segera mengambil ponsel, uang juga kunci mobil Arya tanpa meminta izin pada pria itu terlebih dahulu.Selain karena Arya punya banyak mobil, tentu saja pria itu juga tidak akann sadar Abia membawa salah satu mobilnya. Karena Abia mengenakan mobil yang paling jarang digunakan oleh sang suami.Abia tahu sebenarnya ini adalah sebuah tindak kriminal. Tapi, dia melakukan ini juga untuk kepentingan bersama. Jika membayar taksi, Abia tidak yakin akan mendapat taksi cepat saat akan berpindah-pindah tempat dalam waktu singkat.Abia juga tidak ingin ketahuan. Jadi, langkahnya harus sangat hati-hati supaya tidak ada orang yang sadar dan tahu. Bisa dibilang ... ini tindakan menguntit atau penyusupan."Maaf ya, Mas? Aku pinjam mobilnya sebentar. Tidak bisa memberitahumu sekarang, karena pasti kau langsung marah-marah dan tidak mengizinkanku," gumam Abia pelan berniat isi hatinya tersampaikan pada pria itu tanpa menyampaikannya.Selesa
"Akhirnya kau datang juga, Mama kesayangannya Neo?" Abia melotot terkejut begitu Aluna berdiri di ambang pintu kamar.Perempuan itu tersenyum sinis membuat Neo yang takut segera berlari menuju Abia. Tapi, Aluna dengan cepat menarik kerah belakang bajunya hingga bocah itu berada di dekatnya."Lepaskan aku! Kau penjahat! Aku mau pulang bersama Biya!" teriak bocah sipit itu sambil memukul-mukul tangan Aluna yang masih bertengger di kerah belakang bajunya.Tapi, bukannya melepas, Aluna malah mengangkat kerah itu hingga Neo juga ikut terangkat ke atas. Abia sudah hendak berlari untuk menarik putranya, tapi tiba-tiba sebelah tangan Aluna menodongkan pistol padanya."Jangan mendekat!" teriak perempuan itu tajam. Nadanya berubah menyeramkan sejak sebelumnya."Kubilang jangan mendekat!" peringat Aluna sekali lagi sambil kali ini mengarahkan pistol pada pelipis sang putra. "Atau aku bunuh dia saja?" tanya perempuan itu sambil tersenyum lebar.Abia menghentikan langkah. Mata perempuan itu membul
Arya menatap sekeliling jalan raya yang padat merayap. Pria itu menggeram sebal sambil menarik rambut sang sepupu dari belakang."Apa kau tidak bisa menyetir dengan cepat? Apa kau tidak bisa mengebut saja?!" tanya Arya sebal yang dibalas Cintya dengan delikan sebal."Lalu menabrak kendaraan lain? Setelah itu masuk penjara dan membiarkan Abia dan Neo mendekam di rumah Aluna?!" tanya perempuan itu tidak habis pikir."Sudah kubilang, Neo tidak mungkin berada di rumah Aluna! Perempuan itu gila jika memang benar menculik putranya sendiri," sahut Arya sebal.Cintya mengangguk tidak peduli. "Berarti sebentar lagi kau akan melihat seberapa sakit jiwa mantan istri sekaligus mantan selingkuhanmu itu," jawab Cintya santai."Tidak perlu menyebutnya mantan selingkuhan! Kau mencemarkan nama baikku," kesal Arya yang dibalas Cintya dengan putaran bola mata malas."Lalu apa? Mantan teman tidur? Mantan teman penghangat ranjang? Mantan ... partner mengkhianati istri?" tanya Cintya malah semakin menyudut
"BIYA!" Neo berteriak begitu peluru itu menyentuh punggung sang Mama.Arya kontan berlari menuju perempuan itu dan segera mengangkat tubuh sang istri. Abia yang merasakan sakit luar biasa di sekujur tubuhnya, hanya bisa menatap Arya dengan linangan air mata yang tidak berhenti keluar dari sudut mata. "Abia ... Abia! Tolong bertahanlah! T-tolong tetap bertahan!" pinta Arya panik sambil memangku kepala sang istri.Neo menangis histeris. Sedangkan Cintya, segera menelepon ambulance sebelum memberikan pertolongan pertama."Kejar dia, sialan! Jangan biarkan dia kabur!" teriak Arya marah pada Keanu begitu melihat Aluna berlari keluar.Keanu mengangguk kemudian segera mengejar Aluna. Setelah menelepon ambulance, Cintya segera menghampiri Abia guna memberikan pertolongan pertama.Tapi, perempuan itu malah menepis lengan sang ipar. Matanya menyorot Arya dengan pandangan terluka."Dia juga putraku. Neo putra kita. Bagaimana mungkin aku berniat membahayakannya? Dia putraku juga, kan?" tanya per
'Masuk ke kamar nomor 201. Aku menunggumu:)'Neo tidak mengerti arti pesan yang dikirim Nara. Perempuan yang sudah digilainya setengah mati sejak dulu itu, seolah tengah menarik ulur hatinya.Baru beberapa waktu lalu Neo melihatnya tengah kencan dengan seorang pria di sebuah kafe. Lalu sekarang, kalimatnya seolah tengah mengajak Neo melakukan sesuatu."Ck ... dia memang menyebalkan," decak Neo sebal di sela kesadarannya yang mulai menguap.Matanya memandang beberapa botol minuman yang sudah dihabiskannya sejak satu jam lalu. Suara bising musik juga orang-orang di lantai dansa malah membuat suasana hati pria sipit itu semakin memburuk."Sepertinya aku salah baca, tidak mungkin dia mengajakku bertemu. Sadarlah, Neo!" Pria patah hati itu menepuk-nepuk pipinya sendiri. Mencoba mencari setitik kesadaran yang masih tersisa di otak bodohnya.Meski Neo tidak pernah mengungkapkannya secara langsung, dia yakin Nara menyadari perasaannya. Mereka sudah berteman sejak duduk di bangku SMP. Sejak sa
"Hei, lepaskan aku! Lepaskan aku, sialan!" Naya menarik tangannya yang sedari tadi dicengkeram oleh Neo.Setelah menemukannya di halte tadi, pria sipit itu menyeret Naya kembali ke hotel. Begitu sampai di tempat mereka semalam, Neo melepas cekalannya pada pergelangan tangan Naya."Kau gila?!" teriak Naya sebal sambil mendelik tajam pada sahabatnya sejak duduk di bangku SMP tersebut."Kau yang gila, Naya! Bagaimana bisa kau meninggalkanku setelah kejadian semalam?! Maksudku ... m-maksudku ...." Neo mendadak kehilangan kata.Naya menggigit bibir bawahnya gusar. Pipinya perlahan bersemu karena malu. Mengingat kejadian semalam, membuat Naya ingin mengutuk dirinya sendiri.Semalam, Naya ingat jelas bagaimana dirinya memohon pada Neo, menginginkan lebih, juga menikmati kegiatan panas mereka. Sepanjang hidupnya, dia bahkan tidak pernah berpikir akan melakukan hal tersebut dengan orang yang sudah sangat ia ketahui mencintai adiknya sendiri."Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu siapa ya
'Aku tidak mau bertanggung jawab. Lagipula, aku hanya akan menikah dengan Nara!'Mengingat kalimat terakhir Neo sebelum meninggalkannya tadi, Naya terkekeh getir. Bagas sudah mendengar tentang kehamilannya. Sebentar lagi, dia pasti akan dikeluarkan dari pelatnas.Karirnya sebagai atlet bulutangkis akan segera hancur. Kabar itu juga pasti akan segera sampai ke telinga Ayahnya. Naya akan melukai perasaan Nara.Awalnya, Naya tidak pernah berpikir bahwa tubuhnya yang terasa aneh beberapa waktu belakangan ini, adalah karena janin yang hidup di rahimnya. Kejadian sebulan yang lalu, membuat Naya melakukan banyak cara agar dia tidak sampai mengandung anak dari Neo.Sayangnya, takdir berkata lain. Ketakutan Naya selama ini akhirnya terjadi. Sebentar lagi, ia juga akan menghancurkan banyak hal. Jika Nara mengetahui ini, Naya tidak yakin perempuan itu akan memaafkannya.Naya sudah mengkhianati adiknya sendiri."Tapi bukan aku yang menginginkan hal itu terjadi," gumam Naya sambil menggigit kuku j