'Masuk ke kamar nomor 201. Aku menunggumu:)'Neo tidak mengerti arti pesan yang dikirim Nara. Perempuan yang sudah digilainya setengah mati sejak dulu itu, seolah tengah menarik ulur hatinya.Baru beberapa waktu lalu Neo melihatnya tengah kencan dengan seorang pria di sebuah kafe. Lalu sekarang, kalimatnya seolah tengah mengajak Neo melakukan sesuatu."Ck ... dia memang menyebalkan," decak Neo sebal di sela kesadarannya yang mulai menguap.Matanya memandang beberapa botol minuman yang sudah dihabiskannya sejak satu jam lalu. Suara bising musik juga orang-orang di lantai dansa malah membuat suasana hati pria sipit itu semakin memburuk."Sepertinya aku salah baca, tidak mungkin dia mengajakku bertemu. Sadarlah, Neo!" Pria patah hati itu menepuk-nepuk pipinya sendiri. Mencoba mencari setitik kesadaran yang masih tersisa di otak bodohnya.Meski Neo tidak pernah mengungkapkannya secara langsung, dia yakin Nara menyadari perasaannya. Mereka sudah berteman sejak duduk di bangku SMP. Sejak sa
"Hei, lepaskan aku! Lepaskan aku, sialan!" Naya menarik tangannya yang sedari tadi dicengkeram oleh Neo.Setelah menemukannya di halte tadi, pria sipit itu menyeret Naya kembali ke hotel. Begitu sampai di tempat mereka semalam, Neo melepas cekalannya pada pergelangan tangan Naya."Kau gila?!" teriak Naya sebal sambil mendelik tajam pada sahabatnya sejak duduk di bangku SMP tersebut."Kau yang gila, Naya! Bagaimana bisa kau meninggalkanku setelah kejadian semalam?! Maksudku ... m-maksudku ...." Neo mendadak kehilangan kata.Naya menggigit bibir bawahnya gusar. Pipinya perlahan bersemu karena malu. Mengingat kejadian semalam, membuat Naya ingin mengutuk dirinya sendiri.Semalam, Naya ingat jelas bagaimana dirinya memohon pada Neo, menginginkan lebih, juga menikmati kegiatan panas mereka. Sepanjang hidupnya, dia bahkan tidak pernah berpikir akan melakukan hal tersebut dengan orang yang sudah sangat ia ketahui mencintai adiknya sendiri."Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu siapa ya
'Aku tidak mau bertanggung jawab. Lagipula, aku hanya akan menikah dengan Nara!'Mengingat kalimat terakhir Neo sebelum meninggalkannya tadi, Naya terkekeh getir. Bagas sudah mendengar tentang kehamilannya. Sebentar lagi, dia pasti akan dikeluarkan dari pelatnas.Karirnya sebagai atlet bulutangkis akan segera hancur. Kabar itu juga pasti akan segera sampai ke telinga Ayahnya. Naya akan melukai perasaan Nara.Awalnya, Naya tidak pernah berpikir bahwa tubuhnya yang terasa aneh beberapa waktu belakangan ini, adalah karena janin yang hidup di rahimnya. Kejadian sebulan yang lalu, membuat Naya melakukan banyak cara agar dia tidak sampai mengandung anak dari Neo.Sayangnya, takdir berkata lain. Ketakutan Naya selama ini akhirnya terjadi. Sebentar lagi, ia juga akan menghancurkan banyak hal. Jika Nara mengetahui ini, Naya tidak yakin perempuan itu akan memaafkannya.Naya sudah mengkhianati adiknya sendiri."Tapi bukan aku yang menginginkan hal itu terjadi," gumam Naya sambil menggigit kuku j
Naya memandangi gerbang tinggi rumahnya dengan helaan napas berat. Begitu pintu gerbang dibukakan oleh satpam, perempuan itu segera berjalan masuk. Tadi, dia memang pulang dengan mengggunakan taksi. Perempuan itu juga memejamkan mata sejenak guna menetralisir rasa gugup.“Non Naya tumben pulang tidak dijemput Non Nara,” sapa satpam yang selalu berjaga di pos dekat gerbang rumahnya ramah.Naya memberikan senyum tipis sambil menjawab, “aku memang tidak mengabarinya kalau aku akan pulang, Pak.”Mendengar jawaban dari putri sulung sang majikan, satpam dengan nama Pak Samsul itu mengangguk-angguk. “Kalau begitu, silakan masuk, Non. Kebetulan Pak Bintang juga sedang ada di rumah,” sahut satpam dengan pakaian serba hitam itu.Naya mengernyit heran. Kenapa Ayahnya ada di rumah di siang hari saat jam kerja begini? Biasanya pria itu akan sibuk di kantornya. “Memangnya Ayah tidak bekerja, Pak?” tanya Naya kebingungan.“Tidak, Non. Ada tamu di dalam, Nak Neo, pria yang sepertinya pacar Non Nara i
"Kak Naya sudah pulang, Yah?" Nara bertanya begitu melihat sang Ayah melewati kamar Kakaknya.Dia baru saja pulang menemui Neo. Pria itu ... entah kenapa tiba-tiba malah meminta putus darinya. Nara tidak tahu ini memang waktu untuk bercanda atau tidak.Tapi, Neo mengatakan akan segera menikah dalam waktu dekat dengan wajah kelewat serius. Hal yang membuat Nara sedikit takut tapi mencoba tidak percaya.Selama ini, Neo tidak memiliki banyak teman perempuan. Pria itu juga tidak terlihat dekat dengan siapapun selain Nara. Sikapnya masih sama seperti hari biasanya, bahkan akhir-akhir ini malah semakin manis.Hal yang membuat Nara lebih bertanya-tanya ... siapa perempuan yang dimaksud Neo? Kenapa Nara tidak memiliki gambaran sama sekali?"Kakakmu ada di dalam. Tapi ... sepertinya dia lelah sekali, makanya mengunci pintu sebelum tidur. Supaya tidak ada yang mengganggu," jelas Bintang yang dibalas Nara dengan kernyitan heran."Sejak kapan dia senang mengunci pintu begini? Biasanya tidak. Kak
Setelah mengetahui tentang Nara, Bintang segera bergegas menuju rumah sakit. Sampai di sana, pria itu malah melihat pertengkaran serius putri sulungnya dengan sang calon suami.Bintang yang bingung tentu saja segera mendekat. Dia juga berniat melerai pertengkaran mereka apapun alasannya begitu melihat Naya mendorong Neo hingga terjengkang.Pasti Naya menyalahkan Neo atas dropnya sang adik. Hal ini lah yang Bintang ketahui menjadi kekhawatiran utama Naya sejak beberapa hari lalu.Sejak tanggal pernikahannya dengan Neo sudah diputuskan. Dengan kesepakatan tidak ada yang boleh membocorkan tentang berita itu pada Nara kecuali Naya sendiri nantinya.Tapi, sepertinya Neo tidak tahan dan menceritakannya pada Nara. Oleh karena itulah putri bungsunya berada di sini saat ini.Tapi, begitu mendekat dan menangkap beberapa obrolan aneh yang diperdebatkan Neo dan Naya, pria itu mendadak kebingungan. Neo dan Naya terus menyebut kehamilan, menggugurkan, dan pernikahan mereka yang harus dibatalkan.Ap
Setelah menyelesaikan administrasi, Nara dan Bintang pulang ke rumah. Karena merasa muak di rumah sakit dan bilang sudah merasa lebih baik, Bintang setuju untuk membawa perempuan itu pulang."Kak Naya ke mana, Yah? Kenapa dia tidak pernah menjengukku?" tanya Nara begitu teringat sang Kakak tidak pernah menemuinya sejak dua hari yang lalu."Ayah juga tidak tahu," jawab Bintang jujur tanpa berani menatap wajah sang putri.Sejujurnya, perasaan bersalah menyusup di dasar hatinya begitu menyadari apa yang sudah ia lakukan pada putrinya. Tanpa memikirkan hal lain dan terbawa emosi, Bintang menampar Naya. Tanpa mau mendengarkan alasan putrinya, Bintang memukul perempuan itu. Sekarang, bagaimana Bintang harus memasang wajahnya di depan Naya? Dia benar-benar merasa bersalah dan malu."Apa Kak Naya tidak berani menemuiku karena merasa bersalah atas pernikahannya dengan Neo?" tanya Nara murung."Mungkin saja, selama ini dia juga menentang keras orang-orang memberitahumu tentang ini. Dia takut k
Pernikahan Naya dan Neo benar-benar diadakan hari ini. Kabar tersebut tentu saja menggemparkan banyak orang. Tak terkecuali para pecinta bulutangkis sekaligus penggemar berat Naya.Sudah bukan rahasia lagi kalau perempuan dengan nama 'L. Kanaya' di jersey kebanggaannya itu adalah atlet yang berbakat. Dia terkenal brilian dan punya masa depan cemerlang.Siapa sangka di usianya yang terbilang masih sangat muda itu, Naya memutuskan untuk menikah. Tentu saja itu baru kejutan awalnya, hal paling parahnya, perempuan itu mengundurkan diri dari pelatnas."Wartawan terus memaksa masuk dan meneleponku dari kemarin. Sejak berita tentang pernikahan kita tersebar, entah mereka mendapat nomor teleponku dari mana." Neo bercerita setengah mengeluh.Pengantin baru yang kini terjebak di dalam kamar hotel bernuansa romantis itu, duduk bersisian. Tidak tampak canggung atau berniat melakukan sesuatu. Mereka hanya duduk dan berbincang selayaknya sahabat."Maaf, seharusnya pernikahan ini memang tidak dipubl