Barra, Zanna dan Ayang serta Arya masing-masing dari mereka hanya bisa diam dan tidak mengatakan apapun. Zanna masih memandang ke arah Barra dia ingin meminta penjelasan atas apa yang dia dengar dari mulut Barra. Zanna juga memandang ke arah Ayang yang masih menundukkan kepala dan terlihat jika Ayang pucat. Zanna berpikir kalau Ayang malu dengan apa yang telah terjadi. Dia senang karena Ayang bisa merasa malu dan ini saatnya dia berakting untuk membuat Barra luluh kembali padanya. Dia tidak mau sampai Ayang merebut Barra darinya. "Kenapa kamu lakukan ini kepadaku, Sayang. Apa salahku, Apa? Selama ini, aku sudah jadi penurut dan selama ini aku selalu saja membuat kamu bahagia, tidak ada sedikitpun aku mengecewakanmu, aku patuh kepadamu. Apa karena dia. Apa wanita ini yang menggodamu hingga kamu berpaling? Apa benar dia yang menggodamu, Sayang!" teriak Zanna dengan cukup kencang dan dia tidak terima dengan apa yang Barra lakukan kepadanya. Zanna menunjuk ke arah Ayang, dia mau mental
Zanna terus menghubungi suaminya, berkali-kali dia menghubungi suaminya, tapi sia-sia. Zanna hanya bisa berteriak kencang karena telepon tidak dijawab oleh Barra sama sekali, dia melempar ponselnya hingga hancur.Zanna benar-benar sudah tidak bisa berkata apapun, dia sangat kesal dan marah karena Barra benar-benar mengabaikannya. Hanya demi wanita tersebut dia diabaikan. "Aku membenci kalian. Aku benar-benar membenci kalian. Aku tidak ingin kalian bersama, kalian benar-benar sudah melukaiku hatiku sebagai wanita. Aku akan menghancurkan kalian semua, aku akan menghancurkan kalian semua!" teriak Zanna yang menangis histeris karena saat ini Barra tidak lagi mempedulikannya. Zanna mencoba menghubungi Barra berkali-kali, namun sayangnya pria tersebut tidak mau menjawab panggilannya dan membuat Zanna marah dan murka, dia ingin sekali melenyapkan wanita yang saat ini hadir di tengah-tengah mereka. Zanna segera keluar dari apartemen, dia ingin pergi ke club walaupun matanya bengkak, dia ti
"Istri Anda hamil, jadi Anda bisa lebih menjaganya ya. Nanti Anda bisa bawakan ke bagian dokter kandungan. Sepertinya, masih baru jadi rentan akan hal-hal yang keguguran. Jadi, Anda harus menjaganya. Anda suaminya?" tanya Dokter "Iya, saya suaminya. Terima kasih banyak. Apa boleh saya melihat istri saya saat ini dokter " tanya Barra kepada dokter yang tadi memberitahukan kepada Barra bahwa Ayang hamil. Dokter yang mendengar permintaan dari Barra untuk melihat Ayang menganggukkan kepala mengiyakan apa yang diminta oleh Barra. "Silakan saja Tuan, Anda sudah bisa masuk ke dalam dan Anda bisa langsung ke dokter kandungan untuk mengecek kandungan istri Anda agar lebih intensif lagi," ucap Dokter tersebut mempersilahkan kepada Barra untuk melihat Ayang yang saat ini masih berada di IGD. Barra menganggukkan kepala dan dia memandang ke arah Arya. "kamu tolong bayar semua tagihan dan saya mau hari ini Ayang dirawat di rumah sakit untuk satu atau dua hari dan nanti minta sama istrimu menjag
"Apa maksudmu, dia selingkuh. Dari mana kamu tahu, pinky? Kamu jangan menyebar fitnah jika tidak tahu dan tidak ada buktinya. Asal kamu tau, aku percaya dengan istriku itu. Jadi, tolong jaga ucapanmu itu jangan karena Ayang temanmu dan dia istriku jadi kamu memfitnah istir pertamaku itu. Aku tidak suka," ucap Batra yang kesal karena Maya mengatakan hal seperti itu tentang istri pertamanya. Maya yang mendengar perkataan dari Barra hanya bisa tertawa, dia tidak menyangka dengan Barra yang terlalu percaya dengan istrinya itu. "Tidak masalah kalau you percaya dengan istri you tapi you tidak boleh bodoh. I tidak bodoh seperti you, Barra. You benar-benar sudah dibutakan oleh cintanya perempuan itu. Desek teman i, tapi i tidak belas desek, tidak masalah kalau you mencintai dia karena dia adalah istri yang pertama you. Asal you tahu kalau desek sudah selingkuh dengan lawan modelnya. Dan yo pasti penasaran dari mana i tahu. I diceritakan oleh teman i, dia penggemar istri you, sangat fanatik
Barra yang tidak mendapatkan jawaban kesal dia tidak menyangka kalau Zanna tidak menjawab panggilannya. Maya yang melihatsamari spion belakang hanya geleng kepala. Arya juga melirik ke arah Tuannya yang gelisah tapi dia tidak banyak bicara karena masih menyelidiki apa yang diperintahkan oleh tuannya itu. Sesampainya mereka di tempat yang dijanjikan Barra segera turun dari mobil, dia menggunakan kacamata dan masker agar tidak diketahui oleh musuhnya karena dia mendapatkan kabar kalau saat ini mafia sudah tahu keberadaannya, jadi lebih baik dia menyembunyikan jati dirinya walaupun mereka tidak lihat wajahnya langsung tapi tetap Barra tidak ingin musuhnya yang sudah mengetahui wajahnya menyerangnya. Galih yang sudah berada di lokasi melihat kedatangan dari Barra, dia melambaikan tangan ke arah Barra, setelah itu mereka berdua masuk ke dalam ruangan yang sudah dipesan secara privat, mereka semua masuk ke dalam ruangan tersebut dan duduk belum di kursi masing-masing.Belum ada yang membu
"Maafkan saya, Tuan," ucap anak buah Galih yang merasa bersalah karena merek lupa membuka penutup mulut pria yang mereka tangkap tadi. "Jadi, bagaimana? Apa yang harus kita lakukan. Aish, ada saja pun. Bro, apa kamu tau siapa pelakunya?" tanya Galih kepada Barra. Barra hanya diam dan mengangkat bahunya. Dia tidak tau siapa, tapi dia menduga kalau ini ulah Miko. Saat mengingat mafia itu, dia berpikir sesuatu apakah dia yang saat ini menjadi selingkuhan istrinya? Barra meninggalkan tempat tersebut di susul oleh Galih. Mereka akan datang kembali ke tempat ini setelah urusan mereka selesai. Mobil melaju menuju markas mereka yang di sebelah timur. Jarak yang lumayan jauh membuat Barra bosan. Dirinya, mengirimkan pesan kepada Zanna, akan tetapi tidak dibalas sampai dia tiba di markas. "Kamu kenapa? Dari tadi gelisah terus. Apa kamu memikirkan Zanna? Memangnya dia kenapa? Apa dia berbuat masalah lagi ya? Kali ini apa yang dia buat?" tanya Galih kepada sahabatnya ini. Sedari tadi, Galih
"Mertuaku," jawab Barra mengatakan siapa yang menghubungi dirinya. Barra tidak menjawabnya, dia enggan untuk menjelaskan apa yang terjadi. Barra berpikir kalau mertuanya sudah tau apa yang terjadi untuk itu dia tidak menjawab panggilan dari mereka. Galih melihat Barra menyimpan kembali ponselnya. "Kenapa disimpan lagi? Bukannya mertua kamu yang telpon angkat telponnya nanti dia mengomel seperti jalur kereta api. Nggak berhenti sama sekali, bisa-bisa kamu diminta untuk meninggalkan anaknya, sedih ga tuh seperti waktu itu. Ingat, nggak Arya apa yang dulu terjadi," ujar Galih membuat Arya yang mengemudi mobil menganggukkan kepala. Barra mendengar perkataan dari Galih hanya membolakan matanya. Dirinya tau kalau dulu dia terlalu di budak cinta, selalu Zanna yang dia utamakan. Wajar dia lakukan itu karena dia cinta tapi karena kelakuan dan sikapnya kepada dirinya tidaklah baik dia jadi sedikit ilfil. "Biarkan saja kalau dia mau apa. Aku sudah tidak peduli sama sekali," jawab Barra. Ga
Barra hanya menggelengkan kepala mendengar percakapan antara Maya dan sahabatnya. Mereka masih bertengkar dan membahas masalah yang menurut mereka penting. Arya memberikan ponsel tuannya kembali. Ayang menatap Barra yang terlihat tenang dan fokus dengan ponselnya. "Ay, kamu tau tidak, kalau sesungguhnya dia perhatian dengan kamu. Apa dia sudah nyatakan cintanya?" tanya Kitty kepada Ayang. "Aku harap dia selalu perhatian kepadaku. Dan aku juga tidak minta dia untuk terus bersama aku, karena dia punya Mbak Zanna," jawab Ayang dengan tatapan sendu. Dia sangat ingat bagaimana kemarahan Zanna saat tau dirinya istri kedua suaminya. Dan Zanna bertanya kepadanya apa salah dia dan saat itu dia naluri wanitanya tercubit. Bagaimana jika diposisi Zanna itu dia. Maka dia akan bertanya seperti itu juga. "Apa kamu merasa bersalah, Ay?" tanya Kitty dengan hati-hati karena dia tidak mau Ayang tersinggung. Walaupun bagaimana pun, Ayang lakukan ini semua ada maksudnya bukan karena memang ke