Barra mengangkat teleponnya dia ingin tahu apa yang istrinya inginkan. Yang menghubunginya adalah Zanna. Istrinya tiba-tiba menghubungi dirinya. Ada apa pikirnya. "Ya, halo ada apa? Apa yang ingin kamu katakan, Sayang?" tanya Barra dengan suara yang lembut. Barra masih bersikap baik dengan Zanna karena selama ini dia masih mencintai Zanna walaupun satu sisi dia juga mencintai Ayang. "Kamu lagi di mana, bisa jemput aku. Aku ada di Dubai, aku mau kamu menjemputku di sini. Sekalian aku juga ingin mengatakan sesuatu kepadamu," jawab Zanna mencoba untuk menarik perhatian Barra. Barra hanya diam, mengingat pertengkaran mereka hari itu membuat Barra enggan untuk terlalu banyak bicara. Dia tidak mau seperti waktu itu, banyak wartawan dan dirinya harus bertengkar dengan Zanna. "Aku sibuk. Banyak kerjaan, kamu pergi sendiri bukan? Jadi, kembalilah sendiri," jawab Barra singkat. Zanna yang tidak mendapatkan jawaban memuaskan langsung mengakhiri panggilannya. Zanna kecewa dengan Barra, diri
Zanna yang seharian di apartemen dan menangis, akhirnya memutuskan pergi ke club malam. Dirinya ingin menenangkan diri mungkin dengan pergi minum, menari dirinya lebih tenang menghadapi Barra. Zanna bergegas pergi ke kamar mandi, dia akan membersihkan diri dari sisa air mata kekecewaan yang dia melekat di wajah cantiknya. Tiga puluh menit, Zanna selesai mandi dan berpakaian dengan pakaian yang cocok untuk ke club. "Aku tidak boleh kalah dari siapapun. Termasuk wanita yang bersama Barra. Walaupun, aku tidak tau kepastian benar atau tidaknya, aku akan berusaha untuk bisa menunjukkan kalau aku lebih dari wanita itu. Aku akan mencoba mencari tau siapa dia," ucap Zanna pada dirinya sendiri. Zanna segera melangkahkan kaki menuju pintu dan tidak lupa dirinya menutup jati dirinya. Ada atau tidaknya wartawan yang mengetahui dirinya artis atau turis biasa tetap dia menutup dirinya. Sampai di lift, tombol di tekan. Zanna masuk ke dalam lift dan dirinya kembali menekan tombol angka satu menu
Zanna benar-benar menikmati sentuhan dari Miko. Dia tidak lagi memikirkan Barra. Hatinya hancur saat mendengar Barra menikah. Terlepas benar tau tidaknya, dia tetap percaya kalau Barra menikah. Dan yang harus dia lakukan mencari tau dan menikmati kebersamaan dengan Miko. "Kamu sungguh nikmat, Baby. Aku menyukaimu, sangat menyukaimu. Entah kenapa, kamu sangat berbeda dari wanita lainnya. Tubuhmu seksi dan bodon sekali Barra tidak menyukaimu dan memilih wanita lain," ucap Miko di sela permainannya. Zanna tersenyum karena ada pria yang menyukai permainan mereka dan tentu saja itu membuat Zanna makin semangat untuk merengkuh nikmat dunia bersama dengan pria yang diatas tubunya ini. "Jangan sebut pria itu di depanku. Itu akan membuat moodku turun, aku mau malam ini kita nikmati gelora asmara kita. Aku akan layanimu sepenuh hati, Sayang," ujar Zanna. Miko yang mendengar perkataan dari Zanna semakin semangat dirinya tidak akan melepaskan Zanna. Awalnya, dia dekati Zanna ingin menghancu
Zanna mengangkat telpon dari Barra. Dia senang karena Barra menghubungi dia. Zanna memandang Miko dengan intens, tujuannya agar Miko tidak membuat masalah sama sekali. "Iya, Sayang. Ada apa kamu menghubungi aku? Kamu kangen ya sama aku?" tanya Zanna dengan manja. Zanna sangat mencintai suaminya ini, tapi dia kesal karena mendengar Barra menikah lagi. Terlepas dari benar atau tidaknya, Zanna tetap kesal pada pria itu. "Aku akan ke Dubai, apa kamu masih lama di sana?" tanya Barra dengan suara beratnya tapi masih lembut. Mendengar hal itu, Zanna terharu dan dia menganggukkan kepala. Zanna benar-benar bahagia, akhirnya Barra mau menemui dia dan semua pemikiran buruk tentang Barra hilang begitu saja. Apa lagi saat ini Barra terlihat seperti Barra yang dulu. "Masih, Sayang. Aku masih lama di sini. Kamu datanglah ke sini. Aku ingin kamu datang ke sini. Aku rindu kamu," ucap Zanna dengan manja. "Baiklah, tunggulah aku. Sudah dulu ya, kamu jangan nakal di sana dan aku akan kabari jika a
Barra terkejut melihat ibunya berdiri di depannya. Dia tidak menyangka ibunya ada di depannya dan tersenyum ke arahnya. "Ma, ke-kenapa ada di sini?" tanya Barra kepada Nyonya Anjani yang saat ini terlihat menatapnya dengan tatapan tajam dan dia juga melirik ke arah Ayang yang saat ini menundukkan kepala. Ayang juga ikut terkejut karena wanita yang dia jumpai itu adalah ibu Barra. Dan saat dia hendak menyapa, Barra langsung memanggilnya Ma. Tentu dia menjadi ciut karena wanita itu dipanggil dengan sebutan Ma. "Apa yang terjadi? Mau kemana? Bisa kita bicara sebentar? Apa kamu tau kalau ini penting untuk kamu dan Ayang juga Zanna. Apa kamu mau semua ini makin hancur jika kamu terus seperti ini, Barra." Nyonya Anjanimembuat Barra terkejut karena ibunya tau Ayang. "Darimana Mama tau dia siapa? Dan apa Mama menguntit aku?" tanya Barra.Nyonya Anjani tersenyum ke arah Barra dengan pertanyaannya itu. "Jadi, mau ikut Mama dan Papa. Ayang, kamu ikut juga kalian bisa menunggu saya bicara den
Ayang membalas pelukkan mertuanya. Dirinya tidak menyangka kalau mertuanya ini baik padanya dan tidak menyalahkan dirinya. Padahal dirinya adalah wanita perusak rumah tangga anaknya. Tapi, apapun itu Ayang tidak mau ikut campur masalah mereka keluarga Barra dan istrinya.Dia tidak akan ikut campur. Bukannya dia egois atau apapun itu, dia tidak ingin mencampuri semua urusan rumah tangga Barra. "Kamu tolong jaga Barra, berikanlah yang terbaik untuknya. Mama tahu, berat untukmu bisa bersama dengan Barra, banyak lika-likunya dan Mama harap kamu bisa bertahan sampai akhir," jawab Nyonya Anjani kepada menantunya.Ayang melepaskan pelukan dari Nyonya Anjani dan menatapnya, dia menganggukkan kepala mengiyakan apa yang Nyonya Anjani katakan. "iya, Ma. Ayang yang akan terus bersama dengan mas Barra. Maaf kalau Ayang menjadi wanita kedua dalam rumah tangga anak Mama. Sekali lagi, Ayang mohon maaf," jawab Ayang yang kembali memeluk Nyonya Anjani. Ayang benar-benar merasa bersalah. Ingin rasany
Barra menghubungi Zanna, dia ingin tahu di mana keberadaan dari istrinya tersebut dan dia juga ingin segera memberitahukan kepada Zanna apa yang terjadi. Setelah tau dimana Zanna, Barra segera masuk ke dalam kamar dan ingin membersihkan diri. Ayang yang baru saja keluar dari kamar mandi dan hendak memakai pakaian melihat Barra yang berdiri tegak memandang keluar jendela. Kaca yang besar membuat dirinya leluasa melihat ke luar. "Mandi dulu, katanya mau menunggu makanan, apakah makanan sudah datang?" tanya Ayang dengan lembut. Barra yang mendengarnya tersenyum dan berbalik. Barra melihat Ayang yang saat ini terlihat seksi. Barra mendekati Ayang dan memeluknya. Dirinya merasa kalau Ayang adalah obat dari semua kegundahan hatinya. "Kenapa? Apa ada masalah di kantor? Kalau iya, coba katakan padaku, ada apa?" tanya Ayang dengan lembut. "Aku hanya ingin peluk. Kasih aku pelukkan lima menit saja, setelah itu aku akan mandi dan aku akan tunggu makanan kita datang. Setelah itu aku akan me
Barra, Zanna dan Ayang serta Arya masing-masing dari mereka hanya bisa diam dan tidak mengatakan apapun. Zanna masih memandang ke arah Barra dia ingin meminta penjelasan atas apa yang dia dengar dari mulut Barra. Zanna juga memandang ke arah Ayang yang masih menundukkan kepala dan terlihat jika Ayang pucat. Zanna berpikir kalau Ayang malu dengan apa yang telah terjadi. Dia senang karena Ayang bisa merasa malu dan ini saatnya dia berakting untuk membuat Barra luluh kembali padanya. Dia tidak mau sampai Ayang merebut Barra darinya. "Kenapa kamu lakukan ini kepadaku, Sayang. Apa salahku, Apa? Selama ini, aku sudah jadi penurut dan selama ini aku selalu saja membuat kamu bahagia, tidak ada sedikitpun aku mengecewakanmu, aku patuh kepadamu. Apa karena dia. Apa wanita ini yang menggodamu hingga kamu berpaling? Apa benar dia yang menggodamu, Sayang!" teriak Zanna dengan cukup kencang dan dia tidak terima dengan apa yang Barra lakukan kepadanya. Zanna menunjuk ke arah Ayang, dia mau mental