Zanna terus memikirkan apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya, dia pun mulai merasa kalau Barra saat ini sudah terlihat tanda-tanda berubah, itu dia rasakan saat pertengkaran waktu itu, Barra tidak menghubunginya, cuek, malah Barra tidak membujuknya atau apapun itu, malah Barra mengabaikannya sampai detik ini."Sudahlah, nak, kamu tidak perlu sedih seperti itu, karena saat ini Mama dan Papa akan ada selalu untukmu. Intinya, satu Zanna, kamu harus genggam Barra di dalam tanganmu, jangan lepaskan dia. Apapun yang terjadi, ingat dia suamimu kalau bisa kamu turuti apa yang dia inginkan, kamu mengerti apa yang Mama katakan ini?" tanya Nyonya Nisa membuat Zanna terdiam. Karena saat ini, apa yang Nyonya Nisa katakan pasti tidak jauh dari kehamilan, dia tidak suka karena nanti tubuhnya akan berubah dan Barra pun tidak mempermasalahkannya jadi buat apa dia mengandalkan kehamilan untuk mempertahankan Barra toh Barra mencintai dia, ada atau tidaknya anak Barra tetap bersama dengan dirinya
Ayang hanya diam dia benar-benar sulit untuk mengatakan jika dia mengizinkan Nyonya Anjani pergi ke rumahnya. Ada kekhawatiran dihatinya jika sampai Nyonya Anjani ke rumahnya. "Ya sudah, kalau begitu kamu izin suami dulu ya, lain kali saja saya ke rumah kamu. Bukankah kita bisa saling menghubungi, jadi kapan kamu sempat undang saya ya, nanti saya pasti datang dan jangan lupa juga masakkan saya makanan buatan kamu," ujar Nyonya Anjani dengan lembut. Nyonya Anjani tau kalau Ayang tidak bisa membawanya ke rumahnya pasti ada sesuatu, tapi dia tidak akan bertanya. Lebih baik dia diam dan melanjutkan membeli apa yang seharusnya dia beli. Selesai membeli, keduanya berpamitan. Nyonya Anjani membayar semua belanjaan Ayang. "Makasih banyak, Ibu. Sudah mau membelikan belanjaan saya. Duh, jadi nggak enak saya," ucap Ayang. "Tidak apa-apa, lagi pula anggap saja ini perkenalan dari saya, kalau saya ajak makan dan minum nantinya kamu mau tidak? Oh, ya satu lagi, jangan panggil saya Ibu dunk, sep
Zanna terdiam, dia tidak mengatakan apapun yang mertuanya katakan. Zanna memikirkan setiap perkataan dari mertuanya itu, mereka makan malam bersama dan duduk di satu meja. Zanna tidak berani untuk melihat mertuanya yang saat ini terlihat tenang dan terus melirik ke arahnya, Zanna murutuki dirinya karena dia salah memakai kostum dia berpikir tidak bertemu dengan mertuanya tetapi nyatanya bertemu. Dan dia juga tidak menyangka kalau mertuanya ada di apartemen yang sama dengan dirinya. "kamu tidak tahu kalau Mama memiliki apartemen di sini?" tanya Nyonya Anjani.Zanna yang ditanya oleh Nyonya Anjani segera menggelengkan kepala dengan pelan. Zanna tidak ingin mengatakan dia tahu, karena dari mertuanya inilah dia memiliki apartemen yang sama dengan mertuanya. Apartemen mewah dan mempunyai fasilitas yang cukup bagus harganya juga fantastis, itulah yang dia minta kepada Barra sebagai hadiah dan Barra memberikannya tanpa protes. Nyonya Anjani hanya menggelengkan kepala, dia tidak menyangka
Nyonya Anjani dan Tuan Bagaskara berjalan menuju apartemen. Tidak ada pembicaraan di antara keduanya. Sesampainya di dalam apartemen, Tuan Bagaskara memandang istrinya Nyonya Anjani, dirinya ingin mendapatkan penjelasan apa yang terjadi dengan Nyonya Anjani.Kenapa dia sampai berkata seperti itu kepada menantunya. "jangan memandangku seperti itu, aku berkata seperti itu karena aku mempunyai faktanya dan juga satu hal yang harus kamu ketahui kalau anakmu itu sudah menikah dan aku sudah bertemu dengan istri keduanya jadi aku harap kamu tidak terkejut jika nanti Barra membawa calonnya ke rumah. Dan aku harap kali ini Barra bisa mendapatkan anak. Eh, maksudku bukan calon tapi lebih tepatnya istri keduanya,' ucap Nyonya Anjani. Perkataan dari Nyonya Anjani membuat Tuan Bagaskara terkejut, dia tidak menyangka kalau istrinya mengatakan Barra memiliki istri kedua dan tanpa sepengetahuan dirinya. "Apa Mama yakin itu, Mama sudah cek semuanya dan dari mana Mama tahu jika Barra memiliki satu o
"Anda lihat yang di depan itu? Mereka menunggu Anda, nanti saya akan jelaskan sekarang, Anda pakai dulu, maskernya. Dan minta juga kepada Nona untuk memakainya." Arya menyerahkan masker tersebut kepada Barra dan dia ingin Barra menyerahkannya juga kepada istrinya. Barra melihat ke arah depan ternyata ada wartawan, dia tidak tahu kenapa bisa ada wartawan di tempat ini dan juga dia penasaran apakah ada yang memberitahukan statusnya saat ini, apakah Zanna sudah tahu, dia menikah lagi. Barra tidak banyak bicara, dia mengambil masker tersebut dan memberikannya kepada Ayang. Ayang juga sama seperti Barra, kenapa dia memakai masker, tapi Ayang memilih tidak bertanya apapun, dia lebih memilih diam dan menuruti apa yang mereka katakan. Mereka semua segera turun setelah parkir di tempat yang biasa kebetulan pemilik restoran mengetahui kedatangan Barra. Barra segera masuk bersama dengan rombongan mereka tidak banyak bicara, makan pun tetap dalam suasana tenang. Selesai makan mereka kembali l
Barra mengangkat teleponnya dia ingin tahu apa yang istrinya inginkan. Yang menghubunginya adalah Zanna. Istrinya tiba-tiba menghubungi dirinya. Ada apa pikirnya. "Ya, halo ada apa? Apa yang ingin kamu katakan, Sayang?" tanya Barra dengan suara yang lembut. Barra masih bersikap baik dengan Zanna karena selama ini dia masih mencintai Zanna walaupun satu sisi dia juga mencintai Ayang. "Kamu lagi di mana, bisa jemput aku. Aku ada di Dubai, aku mau kamu menjemputku di sini. Sekalian aku juga ingin mengatakan sesuatu kepadamu," jawab Zanna mencoba untuk menarik perhatian Barra. Barra hanya diam, mengingat pertengkaran mereka hari itu membuat Barra enggan untuk terlalu banyak bicara. Dia tidak mau seperti waktu itu, banyak wartawan dan dirinya harus bertengkar dengan Zanna. "Aku sibuk. Banyak kerjaan, kamu pergi sendiri bukan? Jadi, kembalilah sendiri," jawab Barra singkat. Zanna yang tidak mendapatkan jawaban memuaskan langsung mengakhiri panggilannya. Zanna kecewa dengan Barra, diri
Zanna yang seharian di apartemen dan menangis, akhirnya memutuskan pergi ke club malam. Dirinya ingin menenangkan diri mungkin dengan pergi minum, menari dirinya lebih tenang menghadapi Barra. Zanna bergegas pergi ke kamar mandi, dia akan membersihkan diri dari sisa air mata kekecewaan yang dia melekat di wajah cantiknya. Tiga puluh menit, Zanna selesai mandi dan berpakaian dengan pakaian yang cocok untuk ke club. "Aku tidak boleh kalah dari siapapun. Termasuk wanita yang bersama Barra. Walaupun, aku tidak tau kepastian benar atau tidaknya, aku akan berusaha untuk bisa menunjukkan kalau aku lebih dari wanita itu. Aku akan mencoba mencari tau siapa dia," ucap Zanna pada dirinya sendiri. Zanna segera melangkahkan kaki menuju pintu dan tidak lupa dirinya menutup jati dirinya. Ada atau tidaknya wartawan yang mengetahui dirinya artis atau turis biasa tetap dia menutup dirinya. Sampai di lift, tombol di tekan. Zanna masuk ke dalam lift dan dirinya kembali menekan tombol angka satu menu
Zanna benar-benar menikmati sentuhan dari Miko. Dia tidak lagi memikirkan Barra. Hatinya hancur saat mendengar Barra menikah. Terlepas benar tau tidaknya, dia tetap percaya kalau Barra menikah. Dan yang harus dia lakukan mencari tau dan menikmati kebersamaan dengan Miko. "Kamu sungguh nikmat, Baby. Aku menyukaimu, sangat menyukaimu. Entah kenapa, kamu sangat berbeda dari wanita lainnya. Tubuhmu seksi dan bodon sekali Barra tidak menyukaimu dan memilih wanita lain," ucap Miko di sela permainannya. Zanna tersenyum karena ada pria yang menyukai permainan mereka dan tentu saja itu membuat Zanna makin semangat untuk merengkuh nikmat dunia bersama dengan pria yang diatas tubunya ini. "Jangan sebut pria itu di depanku. Itu akan membuat moodku turun, aku mau malam ini kita nikmati gelora asmara kita. Aku akan layanimu sepenuh hati, Sayang," ujar Zanna. Miko yang mendengar perkataan dari Zanna semakin semangat dirinya tidak akan melepaskan Zanna. Awalnya, dia dekati Zanna ingin menghancu