Barra yang emosi segera melayangkan pukulan. Dia melampiaskan kemarahannya dengan begitu hebat. Arya yang melihat bagaimana Tuannya itu melampiaskan kemarahannya, membuat dirinya segera menarik Barra agar tuannya itu menjauh dan tentu saja itu membuat Barra marah semakin marah. Barra balik memukul Arya, dia tidak suka dirinya ditahan. Arya tidak peduli jika dia dipukul, Barra tetap melampiaskan amarahnya akan tetapi, beberapa menit kemudian Barra menyadari jika dia salah dan dia segera menghentikan pukulannya dan teriak kencang. Anak buah Barra dan Arya mendekati Arya mereka khawatir dengan kondisi Arya. Akan tetapi Arya mengangkat tangannya agar mereka tidak mendekati dia dan Tuannya. Dengan gelengan kepala, Arya mengintruksikan kepada anak buahnya untuk tidak mendekat. Mereka yang mengerti pun menganggukkan kepala dan segera mundur agar tidak menjadi bulan-bulanan tuannya. "Maaf," ucap Barra dengan napas yang tersengal.Dirinya benar-benar merasa bersalah karena Arya jadi pelamp
Barra membuat Ayang semakin melayang. Terlebih lagi pengakuan dari Barra kalau dia mencintai dirinya. Salahkah dia balik merespon cinta Barra? Barra mulai mengatur posisinya dan dia bergerak dengan gerakkan yang pelan. Setelah posisi benar, Barra perlahan mendekati adik kecilnya ke inti kenikmatan Ayang dan dirinya masuk dengan perlahan. Rasa sempit membuat Barra makin melayang. Dia tidak tau kenapa bisa sesempit ini, padahal dia melakukannya lebih dari sekali, tapi ini masih saja sempit. "Sayang, aku suka sekali, kamu masih sempit," ucap Barra dengan suara serak. Ayang tersipu malu saat Barra mengatakan hal itu dan dia benar-benar tidak tau apa yang harus dia katakan. Barra mencoba membuat dirinya tenang karena saat adiknya sempurna masuk membuat Barra merasakan getaran hebat. Setelah tenang, barulah dia bergerak awalnya pelan tapi lama kelamaan, Barra mempercepat laju pinggulnya dan tentu saja pergerakan Barra yang semakin cepat dan bergairah membuat Ayang mengikuti gerakkan Ba
"You berdua tidak bercanda, 'kan?" tanya Maya yang meyakinkan dirinya untuk bisa membuat dirinya percaya. Bukan dia tidak percaya akan tetapi, dia ingin yakin pada dirinya sendiri kalau apa yang dikatakan oleh mereka itu benar atau tidak. Tapi, Maya melihat wajah serius keduanya dan tatapan keduanya kepadanya membuat dia yakin kalau apa yang dikatakannya mereka berdua adalah benar adanya. "Aish, eike seperti nonton film action nantinya jika eike ikut you berdua. Hei, Arya, desek sebagai apa di klub mafia dia? You jadi tukang tembak apa tukang hipnotis?" tanya Maya. Mendengar pertanyaan dari Maya membuat Arya membolakan matanya. Begitu juga dengan Barra, dia menggelengkan kepala karena Maya mengatakan asistennya tukang tembak dan tukang hipnotis apalagi dia menyebut klub mafia dia pikir bola klan mafianya. "Klan mafia bukan klub mafia. Kamu pikir kami ini pemain sepak bola. Lebih baik kamu jaga salon Nyonya besar saja jangan ikut kita. Yang ada bahaya untuk kita." Arya kesal karen
"Kami geng cimol, kami nyasar kakak, bisa bantu kami pulang?" tanya Opet kepada Maya dan yang lainnya. Mendengar apa yang dikatakan oleh arwah tersebut Maya menaikkan alisnya. Dia tidak percaya jika mereka minta diantar pulang dan mereka saling memandang satu sama lain. "You mau antar desek ngga?" tanya Maya kepada Barra. Barra mendengar apa yang dikatakan oleh Maya menggelengkan kepala. Begitu juga dengan Arya. Mereka memang mafia, kuat dan ganas siapapun takut dengan mereka akan tetapi untuk berhubungan dengan dunia gaib, mereka menyerah dan angkat tangan. "Tidak, kamu saja. Bukankah, kita saat ini mengawasi mereka. Ka-kalian pulang saja sendiri, jangan minta kami antar kalian, sudah sana," usir Barra kepada Aluna dan teman-temannya. "Idak au atu, elit ai iya ya, icanya iya cepeti itu ama atu. Apa alah atu adamu? Apa? Iya, ahat idak unya ati, atu telluka," ucap Comel mengatakan jika dia terluka. (Tidak mau aku, pelit sekali dia ya, bisanya dia seperti itu sama aku. Apa salah a
Barra segera menyelesaikan semua urusannya dia menghabisi seluruh orang yang sudah mengambil barang-barangnya, dia dibantu oleh arwah tersebut dan dia sangat senang karena barang-barang yang dicuri darinya kembali lagi kepadanya. Maya melihat arwah yang tadi membantunya pergi hanya bisa melambaikan tangan. Saat ini, Bara benar-benar senang dia tidak perlu lagi memikirkan barang-barang yang dicuri karena barang tersebut sudah berada di tangannya dan kembali kepadanya. Selesai dengan urusannya, Barra segera pergi meninggalkan tempat tersebut. Sedangkan, barang-barang yang berhasil direbut kembali langsung dibawa ke markasnya. Berbeda dengan Ayang yang merasa bosan berada di apartemen mengunjungi ibunya bersama dengan Kitty sepupunya. Dia sudah meminta izin dan syukurnya dia diberikan izin. Saat ini, Ayang bergegas mengambil tas karena dia ingin membeli makanan untuk dirinya dan sepupunya. "Ayang, aku pakai ayam ya, sama daging sekali-sekali di traktir sama kamu tidak masalah bukan, s
Ayang yang melihat tatapan mata dari Zanna yang tajam hanya bisa menelan salivanya dan dia tersenyum kecil ke arah Zanna. Entah kenapa dirinya begitu takut melihat wajah datar Zanna mungkin karena dirinya merasa bersalah sudah merebut suami dari wanita ini. Apapun masalah dari keduanya tetap dia hadir di tengah-tengah mereka dan dia menjadi yang kedua dalam pernikahan keduanya, tentu saja hatinya selimuti rasa takut jika suatu saat nanti wanita yang ada di depannya ini mengetahui kalau dia adalah istri kedua dari suaminya dan dinikahi karena menginginkan seorang anak yang tidak bisa diberikan oleh wanita ini."Mbak, kenapa diam saja, apa Mbak seorang pelakor juga ya?" tanya Mala dengan tatapan sinis. Pertanyaan dari Mala membuat Ayang terkejut karena perkataan dari sahabat istri dari suaminya ini mengenai ke hatinya dan benar yang dikatakan oleh sahabat dari istri pertama dari Barra, kalau dia adalah seorang pelakor, wanita kedua dalam hubungan Barra dan juga wanita ini.Namun, b
Ayang tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Kitty dirinya hanya bisa diam dan diam. Apakah dia akan menjawab jika dia juga mulai cinta dengan Barra apakah dia akan katakan itu kepada Kitty. Kitty yang melihat Ayang terdiam hanya bisa menghela napas. "Kalau kamu memang tidak bisa menjawabnya sudah tidak apa-apa, karena itu adalah hak kamu. Ayang, dengar baik-baik ya. Ayang, aku memang tidaklah baik. Maksudnya, aku juga tidak tahu bagaimana aku dengan pria itu kamu tahu kan siapa dia, asisten dari suamimu itu. Aku tidak tahu kedepannya itu kami apakah akan menjadi pasangan suami istri yang seterusnya sampai akhir hayat dan hanya maut memisahkan kami atau apalah itu, intinya kami hanya ingin yang terbaik untuk diri kami berdua, begitu juga aku meminta yang terbaik untuk kehidupanmu kedepannya. Toh, jika pun nanti perjanjian kalian harus berakhir maka aku akan mendukungmu. Aku tidak akan menyalahkanmu, baik itu kamu atau Barra. Jadi, yang kedua yang pertama atau apapun itu. Aku tidak a
Mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya, Tuan Bagaskara hanya menganggukkan kepala. Kepala pelayan pun ikut menganggukkan kepala. Setelah sadar, dia segera diam dan menundukkan kepala. Keduanya segera keluar dari ruangan tersebut menuju ruang tamu di mana besan mereka berada. Sampai di ruang tamu, keduanya menatap ke arah besan yang terlihat angkuh. Gaya duduknya juga terlihat sangat sombong dan tanpa mereka ketahui, percakapan keduanya terdengar oleh kedua orang tua besannya. "Pa, nanti kalau mereka mati, kita akan kuasai ini rumah yang mewah, asetnya juga. Beruntung sekali ya, anak kita itu. Dia sudah jadi artis, menantu dari orang kaya, kita jadi kecipratan sedikit, kapan ya, Pa, mereka mati?" tanya Nyonya Nisa. "Mana, Papa tau. Memangnya Papa Tuhan, jangan suka bicara seperti itu. Intinya, kita doakan saja agar mereka cepat mati dan rumah ini serta seluruh asetnya milik kita. Barra, bisa kita kendalikan nantinya, jadi diamlah nanti terdengar oleh mereka." Tuan Malik meminta