Barra yang melihat Zanna menunjukkan anting menaikkan alisnya. Dia tidak tau itu anting siapa. Barra tidak menjawab, dia mencoba mengingat anting siapa, saat di belokkan komplek rumah Barra baru tau kalau itu anting milik Ayang. Zanna masih menunggu jawaban dari Barra dan dia tidak sedikitpun menurunkan tangannya. Walaupun tangannya sudah pegal. Zanna mulai berpikiran negatif apakah yang dikatakan Mala itu benar kalau Barra selingkuh. "Jawab, Barra. Anting siapa ini?" tanya Zanna yang mulai emosi karena dia tidak menerima jawaban dari Barra. Sepanjang dia menemukan anting itu Barra tidak menjawabnya, sampai di komplek perumahan dan sampai mobil masuk ke rumah mereka pun, Barra tidak jawab pertanyaan dari dirinya. Zanna benar-benar kesal dan marah karena dia diabaikan. Zanna membuang anting itu dan keluar dari mobil dengan kasar. Tidak peduli, dengan apa yang Barra pikirkan. Zanna emosi Barra sudah menduakannya. "Apa benar yang Mala katakan? Kurang ajar, aku akan cari wanita sialan
Barra pergi ke tempat di mana Arya sudah menunggunya, di sana Barra bertemu dengan pria yang menjadi mata-mata dan mata-mata tersebut membuat gudang milik Barra terbakar dan barangnya juga hilang. Arya mengatakan kalau gudang milik Barra terbakar dan gudang tersebut tidak menyisakan apapun. Tapi, Barra tidak percaya dan meminta memeriksakan rekaman CCTV dan pada akhirnya mereka mendapatkan rekaman CCTV jika barang miliknya dicuri baru dibakar. Siapa pelakunya tidak ada yang tau, tapi mereka menangkap pria yang saat ini ketakutan saat melihat ke arah Barra. "Masih ingin melawanku, jika masih ingin melawanku silahkan lakukan. Aku akan menantimu dasar tidak tau diri, siapa dia. Cepat katakan, aku tidak akan membiarkanmu lenyap sebelum kau memberitahukan kepada aku siapa yang sudah menyuruhmu melakukan ini semua padaku, cepat katakan. Siapa orangnya," ucap Barra menekan pria tersebut untuk mengatakan siapa pelaku yang sudah membuat dirinya rugi besar. "Aku tidak tahu, Tuan, aku hanya
Ayang langsung menarik wanita tersebut ke belakang dan meminta Cantika untuk mengawasi kedua makhluk tersebut. Siapa lagi kalau bukan Maya dan juga wanita yang baru saja datang yang tidak lain adalah sepupunya bernama Kitty."Ma-Mas maaf dia, masih kecil dan dia sepupu saya, dia tidak tahu Mas itu siapa. Maaf ya. Kitty anak yatim piatu baru datang dari desa ke sini untuk melihat ibu. Maaf ya, mas eh Pak Arya, bukan maksud dia mengatakan ... aduh bagaimana ya. Kitty, Pak Arya ini bukan pelayan, sekali lagi mohon maaf ya," ucap Ayang penuh penyesalan kepada kedua pria yang saat ini menatap ke arah wanita tersebut karena mereka tidak suka dengan yang dikatakan oleh Kitty kepadanya. "Hai, dia siapa? Maafkan aku, ya. Aku pikir pelayan. Kalian mau kenalan dengan aku?" tanya Kitty lagi."Kitty bener, Ay, you tidak kasih tahu siapa desek jadi kita mana tahu coba yuk kasih tahu kepada i siapa kedua orang yang saat ini menatap you dengan cukup tajam, apa mereka rentenir. Ya Tuhan, kejam sekal
Tidak ada yang menjawab, Ayang mengalihkan apa yang ibu Ningrum katakan. Dan berhasil, dirinya ikut bersama dengan Barra kembali ke rumah, Ibu Ningrum tidak memaksa untuk Ayang menjaganya begitu juga sepupunya Kitty. Suster yang menjaga Ibu Ningrum. "Ay, aku tinggal di rumah kamu dengan Maya ya? Aku tidak enak ikut dengan kamu," ucap Kitty yang akhirnya tau siapa pria yang bersama dengan Ayang. Maya juga menganggukkan kepala. Dia juga tidak enak tinggal bersama dengan Ayang. "Benar itu, eike tinggal di rumah you saja dan eike tidak ingin menjadi beban you, lagian eike bisa mengurus rumah you, bukan begitu Kitty?" tanya Maya yang di anggukkan oleh Kitty. Ayang tidak mungkin mengizinkan keduanya tinggal di rumah dimana dia saat ini tinggal. Nanti kalau Barra di rumah dan dia mungkin mau bermanja dengan dia bisa bahaya walaupun sudah tau siapa Barra sebenarnya. "Tidak perlu, kalian tinggal di rumah dimana Ayang tinggal." Barra mengatakan jika keduanya tinggal di rumah dimana Ayang t
Kitty berjalan ke arah jendela dia ingin melihat dulu siapa yang datang karena tidak mungkin Maya yang datang karena jika Maya yang datang pasti akan berteriak memanggil dia. "Duh, siapa yang datang ya? Kok aku degdegan, apa pencuri. Hm, lebih baik aku ambil sesuatu saja. Itu lebih baik, jika dia mau masuk dan mencuri aku bisa menghajar dia. Ya, Kitty kamu pintar sekali, ayo kita cari yang keras dan kita bisa langsung menghajarnya," gumam Kitty yang berbalik mencari sapu. Dan setelah ketemu, akhirnya dia mendekati pintu. Perlahan membuka kain gorden dan mengintip siapa orangnya yang mengetuk pintu mereka. Kitty hanya melihat punggung pria yang kokoh dan dia menyerngitkan kening karena siapa yang ada di luar. "Siapa yang ada di luar ya? Apa itu rentenir? Tapi, Ay tidak katakan apapun, kalau dia pinjam uang dari rentenir? Maya? Memakai pakaian itu? Tidak mungkin. Aish, siap bisa-bisa gila aku," ucap Kitty yang menebak-nebak siapa yang ada di luar. Saat Kitty melamun, pintu diketuk
Drama pernikahan sudah terjadi, sekarang saatnya Arya, Kitty dan Maya duduk saling memandang satu sama lain. Para warga sudah kembali ke rumah masing-masing. "Hah, eike mau katakan apa dengan Ayang nanti. Desek pasti kecewa dan yakin dia akan bertanya kepada tetangga kenapa you berdua bisa seperti ini. Aish, eike masih bingung bagaimana mau jelasinnya, mana kita diusir lagi, kemana eike dan you tinggal Kitty," ucap Maya wajah sendu karena mereka diusir dari rumah Ayang. "Mana aku tau, paling aku balik ke rumah sakit. Aku katakan saja kalau aku rindu alm. Ibu dan aku ke sini untuk obatin rindu, bohong dikit lah nggak apa," sahut Kitty dengan wajah lesu. Arya terus mendengar percakapan random kedua teman dari istri tuannya. Dia hanya diam dan tidak bicara. Karena sudah lelah akhirnya, Arya angkat bicara. "Ikut dengan aku ke rumahku. Kalian bisa tinggal di sana nanti dibicarakan lagi, ayo cepat kemasin barang kalian. Aku sudah lelah mau istirahat karena besok aku harus pergi kerja, c
Pintu terbuka, terlihat pemandangan yang membuat orang yang membuka pintu kamar tersebut menjerit manja. "Akh, jahara ye berdua. Kalau mau berbuat seperti itu, lebih baik ye berdua tutup pintu, menyebalkan, ayo bangun eike sudah masak dan sebentar lagi Ayang dan kulkas satunya datang, eike sudah kabari desek," ucap Maya berbalik ke luar dan meminta kepada keduanya untuk bangun. Maya masih mengomel, karena melihat keintiman pasangan pengantin tersebut. Arya dan Kitty saling memandang satu sama lain. Arya yang belum pacaran dan belum pernah dekat dengan wanita kini dia harus dekat malah saat ini keduanya saling tatapan intens. "Kita lanjutkan?" tanya Arya yang sudah tidak tahan karena dibawahnya tidak mau tidur dan dia benar-benar ingin menuntaskannya paling tidak tidur jika tidak maka dia akan uring-uringan. "Ta-tapi, Maya sudah meminta kita untuk pergi dan Ayang akan ke sini dengan suaminya. Lagipula, kita nikah hanya siri, jadi kita tidak bisa melakukan itu," jawab Kitty. Bukan
Barra menjawab panggilan telpon yang masuk. Dia terlihat tenang tidak ada raut wajah ketakutan untuk menjawab panggilan telpon. Ayang melirik sekilas Barra dan raut wajahnya terlihat lembut. Siapa yang menghubungi dia? Wajahnya langsung berubah damai dan lembut. "Iya, Sayang. Ada apa?" tanya Barra tanpa peduli jika Ayang ada di sampingnya. Mata dan Kitty mendengar Barra memanggil sayang langsung mengalihkan pandangan kepada Ayang yang seketika terdiam. Dia mau marah? Dia cemburu? Jawabanya tidak tau, karena dari awal menikah mereka sudah membuat kesepakatan dan tidak akan mungkin dia marah. Ayang hanya tersenyum kecil saat keduanya memandangnya. Cukup lama Barra menjawab panggilan telpon dari istri pertama dan setelah selesai, Barra segera berdiri. Arya yang melihat tuannya berdiri ikut berdiri. "Kamu mau ikut pulang atau tidak?" tanya Barra. "Aku di sini saja, Mas. Nanti aku pulang sendiri, tidak apa 'kan, aku pulang sendiri?" tanya Ayang. Barra menggelengkan kepala, dia sege