Tidak ada yang menjawab, Ayang mengalihkan apa yang ibu Ningrum katakan. Dan berhasil, dirinya ikut bersama dengan Barra kembali ke rumah, Ibu Ningrum tidak memaksa untuk Ayang menjaganya begitu juga sepupunya Kitty. Suster yang menjaga Ibu Ningrum. "Ay, aku tinggal di rumah kamu dengan Maya ya? Aku tidak enak ikut dengan kamu," ucap Kitty yang akhirnya tau siapa pria yang bersama dengan Ayang. Maya juga menganggukkan kepala. Dia juga tidak enak tinggal bersama dengan Ayang. "Benar itu, eike tinggal di rumah you saja dan eike tidak ingin menjadi beban you, lagian eike bisa mengurus rumah you, bukan begitu Kitty?" tanya Maya yang di anggukkan oleh Kitty. Ayang tidak mungkin mengizinkan keduanya tinggal di rumah dimana dia saat ini tinggal. Nanti kalau Barra di rumah dan dia mungkin mau bermanja dengan dia bisa bahaya walaupun sudah tau siapa Barra sebenarnya. "Tidak perlu, kalian tinggal di rumah dimana Ayang tinggal." Barra mengatakan jika keduanya tinggal di rumah dimana Ayang t
Kitty berjalan ke arah jendela dia ingin melihat dulu siapa yang datang karena tidak mungkin Maya yang datang karena jika Maya yang datang pasti akan berteriak memanggil dia. "Duh, siapa yang datang ya? Kok aku degdegan, apa pencuri. Hm, lebih baik aku ambil sesuatu saja. Itu lebih baik, jika dia mau masuk dan mencuri aku bisa menghajar dia. Ya, Kitty kamu pintar sekali, ayo kita cari yang keras dan kita bisa langsung menghajarnya," gumam Kitty yang berbalik mencari sapu. Dan setelah ketemu, akhirnya dia mendekati pintu. Perlahan membuka kain gorden dan mengintip siapa orangnya yang mengetuk pintu mereka. Kitty hanya melihat punggung pria yang kokoh dan dia menyerngitkan kening karena siapa yang ada di luar. "Siapa yang ada di luar ya? Apa itu rentenir? Tapi, Ay tidak katakan apapun, kalau dia pinjam uang dari rentenir? Maya? Memakai pakaian itu? Tidak mungkin. Aish, siap bisa-bisa gila aku," ucap Kitty yang menebak-nebak siapa yang ada di luar. Saat Kitty melamun, pintu diketuk
Drama pernikahan sudah terjadi, sekarang saatnya Arya, Kitty dan Maya duduk saling memandang satu sama lain. Para warga sudah kembali ke rumah masing-masing. "Hah, eike mau katakan apa dengan Ayang nanti. Desek pasti kecewa dan yakin dia akan bertanya kepada tetangga kenapa you berdua bisa seperti ini. Aish, eike masih bingung bagaimana mau jelasinnya, mana kita diusir lagi, kemana eike dan you tinggal Kitty," ucap Maya wajah sendu karena mereka diusir dari rumah Ayang. "Mana aku tau, paling aku balik ke rumah sakit. Aku katakan saja kalau aku rindu alm. Ibu dan aku ke sini untuk obatin rindu, bohong dikit lah nggak apa," sahut Kitty dengan wajah lesu. Arya terus mendengar percakapan random kedua teman dari istri tuannya. Dia hanya diam dan tidak bicara. Karena sudah lelah akhirnya, Arya angkat bicara. "Ikut dengan aku ke rumahku. Kalian bisa tinggal di sana nanti dibicarakan lagi, ayo cepat kemasin barang kalian. Aku sudah lelah mau istirahat karena besok aku harus pergi kerja, c
Pintu terbuka, terlihat pemandangan yang membuat orang yang membuka pintu kamar tersebut menjerit manja. "Akh, jahara ye berdua. Kalau mau berbuat seperti itu, lebih baik ye berdua tutup pintu, menyebalkan, ayo bangun eike sudah masak dan sebentar lagi Ayang dan kulkas satunya datang, eike sudah kabari desek," ucap Maya berbalik ke luar dan meminta kepada keduanya untuk bangun. Maya masih mengomel, karena melihat keintiman pasangan pengantin tersebut. Arya dan Kitty saling memandang satu sama lain. Arya yang belum pacaran dan belum pernah dekat dengan wanita kini dia harus dekat malah saat ini keduanya saling tatapan intens. "Kita lanjutkan?" tanya Arya yang sudah tidak tahan karena dibawahnya tidak mau tidur dan dia benar-benar ingin menuntaskannya paling tidak tidur jika tidak maka dia akan uring-uringan. "Ta-tapi, Maya sudah meminta kita untuk pergi dan Ayang akan ke sini dengan suaminya. Lagipula, kita nikah hanya siri, jadi kita tidak bisa melakukan itu," jawab Kitty. Bukan
Barra menjawab panggilan telpon yang masuk. Dia terlihat tenang tidak ada raut wajah ketakutan untuk menjawab panggilan telpon. Ayang melirik sekilas Barra dan raut wajahnya terlihat lembut. Siapa yang menghubungi dia? Wajahnya langsung berubah damai dan lembut. "Iya, Sayang. Ada apa?" tanya Barra tanpa peduli jika Ayang ada di sampingnya. Mata dan Kitty mendengar Barra memanggil sayang langsung mengalihkan pandangan kepada Ayang yang seketika terdiam. Dia mau marah? Dia cemburu? Jawabanya tidak tau, karena dari awal menikah mereka sudah membuat kesepakatan dan tidak akan mungkin dia marah. Ayang hanya tersenyum kecil saat keduanya memandangnya. Cukup lama Barra menjawab panggilan telpon dari istri pertama dan setelah selesai, Barra segera berdiri. Arya yang melihat tuannya berdiri ikut berdiri. "Kamu mau ikut pulang atau tidak?" tanya Barra. "Aku di sini saja, Mas. Nanti aku pulang sendiri, tidak apa 'kan, aku pulang sendiri?" tanya Ayang. Barra menggelengkan kepala, dia sege
Barra sudah geram karena dia tidak bisa menahan kekecewaan dalam dirinya. Bukan tanpa alasan dia marah kepada Zanna. Dulu saat dia ingin jadi publik figur Zanna melarang dirinya. Dan dia selalu diminta dibelakang layar dan apapun yang Zanna minta selalu dituruti sampai tidak memiliki anak pun dia turuti hingga dia harus bersitegang dengan ibunya yang meminta dia untuk berpisah karena istrinya ini tidak ingin anak. "Kenapa kamu marah padaku? Apa kamu tidak sayang lagi padaku? Apa benar yang dikatakan temanku, kalau kamu selingkuh? Apa benar itu?" tanya Zanna menumpahkan kekesalannya yang membuat Barra terdiam. Dirinya tidak menyangka kalau Zanna mengatakan itu. Dia heran teman Zanna yang mana mengatakan dia selingkuh? Dan, apakah pernah bertemu dengan dia dengan Ayang. Tapi, dimana? Barra berusaha tenang dan tidak sedikitpun menunjukan kebenaran atas tuduhan yang Zanna lempar ke dirinya. "Jawab! Kenapa kamu diam!" teriak Zanna dengan kencang. Zanna ingin memastikan kembali apakah
Barra yang emosi segera melayangkan pukulan. Dia melampiaskan kemarahannya dengan begitu hebat. Arya yang melihat bagaimana Tuannya itu melampiaskan kemarahannya, membuat dirinya segera menarik Barra agar tuannya itu menjauh dan tentu saja itu membuat Barra marah semakin marah. Barra balik memukul Arya, dia tidak suka dirinya ditahan. Arya tidak peduli jika dia dipukul, Barra tetap melampiaskan amarahnya akan tetapi, beberapa menit kemudian Barra menyadari jika dia salah dan dia segera menghentikan pukulannya dan teriak kencang. Anak buah Barra dan Arya mendekati Arya mereka khawatir dengan kondisi Arya. Akan tetapi Arya mengangkat tangannya agar mereka tidak mendekati dia dan Tuannya. Dengan gelengan kepala, Arya mengintruksikan kepada anak buahnya untuk tidak mendekat. Mereka yang mengerti pun menganggukkan kepala dan segera mundur agar tidak menjadi bulan-bulanan tuannya. "Maaf," ucap Barra dengan napas yang tersengal.Dirinya benar-benar merasa bersalah karena Arya jadi pelamp
Barra membuat Ayang semakin melayang. Terlebih lagi pengakuan dari Barra kalau dia mencintai dirinya. Salahkah dia balik merespon cinta Barra? Barra mulai mengatur posisinya dan dia bergerak dengan gerakkan yang pelan. Setelah posisi benar, Barra perlahan mendekati adik kecilnya ke inti kenikmatan Ayang dan dirinya masuk dengan perlahan. Rasa sempit membuat Barra makin melayang. Dia tidak tau kenapa bisa sesempit ini, padahal dia melakukannya lebih dari sekali, tapi ini masih saja sempit. "Sayang, aku suka sekali, kamu masih sempit," ucap Barra dengan suara serak. Ayang tersipu malu saat Barra mengatakan hal itu dan dia benar-benar tidak tau apa yang harus dia katakan. Barra mencoba membuat dirinya tenang karena saat adiknya sempurna masuk membuat Barra merasakan getaran hebat. Setelah tenang, barulah dia bergerak awalnya pelan tapi lama kelamaan, Barra mempercepat laju pinggulnya dan tentu saja pergerakan Barra yang semakin cepat dan bergairah membuat Ayang mengikuti gerakkan Ba