Siapa itu? Iris panik membuka matanya dengan lebar dan mendorong dada pria itu menjauh darinya. Karena kegelapan kamar membuatnya tidak bisa melihat orang di atasnya. Pria itu menangkap kedua tangan Iris di dadanya dan menekan pergelangan tangan wanita itu di atas kepalanya. Bibirnya mencium bibir mungil Iris dengan penuh nafsu. Iris membuka membuka mulutnya ingin berteriak, namun hal itu dimanfaatkan oleh pria itu untuk memasukkan lidahnya di dalam mulutnya. Dia terus menciumnya dengan panas. Iris mengerang sambil memejamkan matanya mencoba menenangkan dirinya. Tidak ada pria asing yang bisa masuk ke kamarnya karena ini rumahnya. Saat kepanikannya mereda, dia mencium aroma khas Aiden yang bercampur dengan alkohol. Iris membuka mata yang perlahan mulai beradaptasi dengan cahaya minim lampu tidur. Wajah Aiden terlihat jelas di depannya, menciumnya dengan penuh nafsu. Pria itu akhirnya pulang. Tapi hati Iris penuh dengan kekecewaan dan sakit hati. Dia membuka mulutnya dan menggigit
“Engh ....” Iris mengerang sambil mengucek kelopak matanya yang berat.Dia merenggangkan tubuhnya di bawah selimut sebelum akhirnya membuka matanya. Tangannya terangkat menghalangi silau cahaya matahari dari jendela.Iris mengantuk melirik jam weker di meja samping ranjang. Matanya langsung melebar melihat jam menunjukkan pukul sembilan pagi.Pada saat yang sama pintu kamarnya diketuk.“Nyonya, sekretarismu ada di sini mencarimu.”Suara Bibi Lina terdengar dari luar kamarnya. Iris langsung bangun dan duduk di tempat tidur.“Sebentar, suruh Lisa menunggu di ruang tamu! Aku akan segera keluar,” perintah Iris menarik selimut untuk menutup tubuh polosnya panik.“Baik Nyonya,” balas Bibi Lina dari luar dan meninggalkan kamar Iris.Iris mengusap wajahnya kusut melihat ke sekeliling kamar. Kamarnya masih berantakan, gaun tidur dan pakaian dalamanya berserakan di lantai. Tapi Iris tidak menemukan jejak satu pun pakaian Aiden seolah kejadian semalam hanya mimpi.Tapi rasa sakit dan pegal di tu
“Nah, bisa kamu jelaskan mengapa kamu menorobos ke kantorku?” Hugo berkata memandang wanita yang cemberut di depannya.“Mengapa kamu menghentikan aku dari pekerjaanku?”“Proyek Big island hanya proyek kecil yang tidak membutuhkan perhatian penuh dari seorang direktur utama. Kamu harus kembali dan mengurus pekerjaan utama di perusahan pusat.”“Tapi aku bertanggung jawab pada proyek Big island. Aku akan tinggal sampai proyek ini selesai.”“Apa Lisa tidak menjelaskan padamu? Proyek Big Island sudah setengah jalan dan stabil yang sekarang tidak membutuhkan perhatianmu. Serahkan pekerjaan itu pada orang lain.” Hugo berhenti sejenak memandang Iris sebelum melanjutkan kalimatnya.“Sebagai direktur utama, kamu tidak bisa meninggalkan pekerjaanmu lebih lama di perusahaan. Atau ....” Dia menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi. “Atau kamu berniat meninggalkan pekerjaan Direktur utama dan menetap di sini menjadi ibu rumah tangga?”Mata Iris berkaca-kaca. “Mengapa kamu melakukan ini padaku? Apa ka
Felicia melirik Aiden yang duduk di sebelahnya dan menarik kain lengannya di bawah meja.“Aiden ....” bisiknya memanggil Aiden.Aiden mengerjap tersadar. Dia melihat dua klien penting di depannya memandangnya bingung.Aiden berdeham dengan wajah tanpa ekspresi.“Baik, RDY Group akan mempertimbangkan kerja sama ini setelah aku meninjau proposal kalian di rapat dewan. Aku akan mengundang kalian untuk membicarakan kerja sama di kantorku besok,” ujarnya dengan suara tenang seolah tidak melamun tadi. Aiden sudah membaca proposal mereka dengan cermat jauh sebelum pertemuan.Dua klien di depanya terlihat puas dengan jawab Aiden dan mengangguk. “Baik, kami akan menunggu jawabanmu Tuan Ridley.” Salah klien berdiri dan mengulurkan tangannya ke depan.Aiden berdiri dan menyambut uluran tangannya. “Sekretarisku akan menghubungi kalian nanti.”Kemudian mereka berpisah dan meninggalkan ruang privat restoran setelah mengatur waktu. Aiden meninggalkan tempat itu dengan langkah cepat. Felicia meng
Aiden pernah bertanya dua hari yang lalu tapi wanita itu menjawab dengan ketus kalau dia tidak hamil. Tapi Aiden justru mendengar kehamilan istrinya dari pria lain yang dekat dengan Iris.Mustahil Iris tidak mengetahui kehamilannya sebelum Aiden bertanya. Wanita itu hanya tidak ingin Aiden mengetahui kehamilannya.Tapi mengapa? Mengapa istrinya tidak memberitahunya? Mengapa orang lain lebih tahu daripada dia?Mungkinkan ... itu bukan anaknya?Aiden mengepalkan tangannya merasakan amarah di dadanya. Iris berselingkuh darinya?Siapa ayah dari anak itu?! Hugo Wallington? Jack Bilson?! Beraninya wanita itu berselingkuh darinya!Ekspresi Aiden menjadi semakin gelap saat dia tiba-tiba mencengkeram kerah kemeja Jack dan menekan pria itu ke dinding.“Apa itu kamu?!” Aiden memelototinya dengan kejam.“Aiden!” Felicia kaget melihat Aiden tiba-tiba mendorong Jack ke dinding.“Aiden, apa yang kamu lakukan?” Felicia berusaha menarik Aiden menjauh dari Jack.Aiden memelototi Jack dengan ganas. “Ja
Tiga hari setelah Aiden meninggalkan rumah, pria itu sulit dihubungi dan menolak kunjungan Iris di kantornya benar-benar membuatnya frustasi. Iris tidak fokus di tempat kerjanya. Dia harus menghindari Hugo agar sepupunya tidak mengetahui masalah rumah tangganya dan membuat masalahnya bertambah besar.Di dalam toilet wanita.Iris menyalakan keran air dan mencuci wajahnya. Dia melihat bayangan dirinya di dalam cermin. Wajah pucat dan lesu. Masalah belakangan ini, membuatnya benar-benar stres.Apa ini hukuman karena keegoisannya?“Nyonya, pakai tisu ini.”Iris melirik refleksi Lisa di dalam cermin yang sedang menyodorkan sebuah tisu basah padanya.“Terima kasih Lisa,” ujarnya menerima tisu dari sekretarisnya.“Nyonya, apa kamu baik-baik saja?” tanya Lisa memandang Iris dengan tatapan prihatin melihat wajah pucat Iris di cermin.Iris mengangguk sambil tersenyum lemah. “Ini hanya mual biasa. Hal biasa yang selalu dialami setiap ibu hamil.”“Beristirahatlah Nyonya. Kamu terlihat tidak sehat
“Nyonya Ridley, kamu baik-baik saja?” Jack bertanya dengan hati-hati.Iris menatap pria itu sambil menggigit bibir bawahnya agar tidak memaki pria itu.“Aku baik-baik saja,” ujarnya memaksakan senyum di wajahnya.“Aku minta maaf jika sudah membuat masalah padamu,” ujar Jack dengan penuh penyesalan dan tulus. dia sedikit merendahkan tubuhnya ketika dia meminta maaf membuat Iris tidak bisa marah pada pria itu.Iris menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.“Tidak apa-apa. lanjutkan kegiatanmu, aku harus berangkat kerja,” ujarnya sopan pada Jack.Tiba-tiba ponselnya berdering. Iris menunduk dan mengambil ponselnya dari dalam tas. Dia melihat Bibi Marry meneleponnya, segera mengangkat teleponnya sambil berbalik membelakangi Jack.“Halo Bibi Marry, ada apa?”“Nyonya! Tuan Muda jatuh sakit! Dia tiba-tiba demam! Suhu tubuhnya sangat tinggi!” suara Bibi Marry terdengar di telepon.Iris menegang dan ikut panik.“Apa yang terjadi pada Dimitri? Mengapa dia tiba-tiba demam?! Jelaskan a
Jack melirik Iris, terlihat ingin mengatakan sesuatu namun di tahannya.“Apa yang ingin kamu katakan, katakan saja,” ujar Iris tanpa menatap pria itu. “Ehmm ... aku tahu ini bukan urusanku, tapi aku penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi pada Tuan Ridley? Aku merasa aneh sejak kita bertemu di hotel itu. apa sesuatu terjadi padanya?” tanya Jack melirik Iris hati-hati.Iris hanya tersenyum memandang taman di depannya.“Kamu ingat tengah bulan lalu suamiku di rawat di rumah sakit?”“Ya.”“Dia amnesia. Dia tidak ingat bagaimana hubungan kami. Dia hanya mengingat saat umurnya 25 tahun.”“Ah, begitu, itu menjelaskan mengapa Tuan Ridley salah paham saat mendengar berita kehamilanmu. Apa kamu baik-baik saja dengan Tuan Ridley?”Iris menoleh memandang Jack dan mengangguk dengan senyum palsu. “Ya, kami baik-baik saja. Terima kasih sudah mengantar dan menemaniku di rumah sakit.”Jack balas tersenyum. “Senang bisa membantumu. Bagaimana pun kamu putri Bibi Lilian. Sebelum pergi, Bibi Lilian berp