Candra mengikuti Hugo ke rumah sakit. Itu adalah rumah sakit persalinan terbaik di negara ini.Dia berhenti memandang gedung rumah sakit persalinan dengan wajah tanpa ekspresi. Dia menduga bahwa Tiffany di rawat di rumah sakit ini.Candra menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya memasuki gedung rumah sakit. Dia kehillangan jejak Hugo dan menanyakan kamar Tiffany di meja resepsionis. Rupanya Tiffany di rawat di kamar VVIP dengan perawatan dokter terbaik menunjukkan betapa Hugo dan keluarga Wallington menghargai anak di perutnya.Plak!Candra tiba-tiba berhenti dan berkedip terkejut melihat sosok Hugo yang ditampar oleh seorang pria yang terlihat sangat tua. Dia segera bersembunyi di vas hias besar.“Apa kamu bilang? Katakan sekali lagi!” bentak Alphard menunjuk Hugo marah.Lily cemas menahan lengan suaminya agar tidak memukul Hugo. “Hugo, apa kamu lakukan? Cepat minta maaf pada ayahmu,” ujarnya cemas.Hugo memalingkan wajah menatap sang Ayah tanpa ekspresi. “Aku tidak akan menikah
“Aku tidak akan membiarkan kamu mengacaukan hidupmu lagi. Jika kamu menolak menikah dengan Liera dan tidak memberi anakmu status anak sah, siap-siap saja aku akan menghancur hidup Candra Claus! Selamanya kamu tidak akan bisa melihatnya!” “Ayah jangan berani kamu menyentuhnya!” desis Hugo mengancam. “Kamu mengancam ayahmu?” Wajah Alphard memutih karena marah. Dia tiba-tiba memegang belakang kepalanya dan mengerang. “Sayang!” “Ayah!” Alphard bersandar di dinding dan menepis tangan putranya. Dia menarik napas dalam-dalam dan menenangkan dirinya. Lily hampir menangis melihat wajah suaminya yang pucat pasi. Dia menghadap Hugo dan menampar putranya. “Mau sampai kapan kamu terus menentang ayahmu dan keras! Kamu egois, apa kamu tidak melihat ayahmu sedang tidak sehat? Kamu ingin ibu dan ayahmu mati demi anak yatim itu!” Hugo menunduk dan menggertak gigi. Dia tidak menanggapi ucapan Lily. Candra tidak perlu mendengar lagi. nasibnya sudah diputuskan. Dia tidak akan pernah bisa bersama
Carter tidak sendirian, dia membawa beberapa teman-temannya. Dia jadi semakin takut akan bertemu dengan Carter. “Astaga, ayahmu sungguh tidak menyerah mencarimu. Aku sudah meminta satpam kampus agar mengusirnya,” gerutu Joy, lalu menatap wajah Candra yang memucat. “Maaf Candra, aku tidak memberitahumu karena aku takut kamu khawatir.” Jantung Candra berdegup kencang, wajahnya menjadi pucat pasi. Dia menggelengkan kepala memaksakan senyum di wajahnya. “Tidak apa-apa.” “Kamu tidak boleh keluar sendiri Candra. Harus ada seseorang yang menemanimu,” kata Lorcan mengingatkan Candra. “Ya, terima kasih sudah memberitahuku,” kata Candra lemah. Lorcan dan Joy saling pandangan dengan eksprsi prihatin. “Kamu akan ke mana? Apa kamu akan ke asrama?” tanya Lorcan. “Ya, aku harus membereskan barang-barangku di asrama karena aku tidak akan tinggal di sana lagi.” “Biar aku bantu. Mari kita mengadakan pesta untuk perpisahan di asrama kalian. Aku akan mengajak beberapa teman sekelas kita yang la
Tubuh Candra di lempar ke lantai kotor gudang yang tidak terpakai. Tangan dan kakinya terikat. Air mata Candra mengalir memandang orang yang masih menjadi ayah kandungnya.Carter berjongkok di depannya dan melepaskan kain yang disumpal di mulut putrinya.“Nah, sekarang Candra. Ayah akan meminta sekali lagi, apa kamu punya uang 10 juta dolar? Siapa keluarga kaya yang menampungmu? Kamu harus meminta uang darinya.”Candra menggertakkan gigi memandang ayahnya. “Mengapa kamu melakukan ini padaku? Aku putrimu. Mengapa Ayah tega melakukan ini padaku!” Dia menjerit keras.Carter menampar wajahnya. “Berisik. Biar aku katakan yang sebenarnya, kamu sama sekali bukan putri kandungku.”Mata Candra melebar mendengar ucapan Carter. “A-apa ... apa maksudmu? Aku ... aku bukan putri kandungmu? Lalu Marcus juga?”Lalu siapa ayahnya?Carter menyeringai. “Tentu saja kamu dan Marcus bukan anak kandungku. Ibumu adalah wanita paling cantik yang pernah aku temui. Dia memohon padaku agar menikahinya saat dia
Hugo berjalan cepat di lobi hotel. dia baru selesai mengadakan pertemuan kerja sama dengan pihak perusahaan asing.“Tidak ada agenda lagi?” Hugo bertanya pada Andrew yang berjalan di sisinya.Andrew berdeham. “Sebenarnya ada Tuan. Tuan Krum dari K Corporatian mengubah jadwal mereka mendadak tadi sore jadi malam ini jam 10 di Night Star Club.”Hugo menggeram. “Mereka seenaknya saja. Batalkan. Aku tidak akan datang,” ujar Hugo melonggarkan ikatan dasinya. Dia hampir tidak bisa beristirahat hari ini karena rapat dan agenda dengan pihak investor.Hugo ingin beristirahat dan menemui Candra. Beberapa hari ini membuatnya sibuk hingga dia tidak memiliki waktu untuk menemui kekasihnya.Pihak dari perusahaan keluarga Walton tidak terima karena Hugo memutuskan perjodohan dengan Liera Walton hingga menyerang bisnis WLT Group dan menyebabkan saham perusahaan turun namun tidak berdampak serius. Akan tetapi anggota dewan tidak puas dengan Hugo yang menyebabkan putusnya kerja sama dengan perusahaan W
Hugo mengemudikan mobilnya mengikuti lokasi gps yang dikirim Carter. Malam semakin larut membuat kecemasan Hugo terus meningkat. Dia mengemudi hampir keluar kota dan berhenti di sebuah bekas paprik kosong.Dia berhenti sejenak untuk menarik napas dalam-dalam dan menelepon Carter melalui nomor ponsel Candra.“Aku sudah di lokasi, di mana Candra?” ujarnya dengan suara teramat dingin memandang paprik kosong di depan mobil. pagar yang tertutup membuatnya tidak bisa menerobos dengan mobilnya.“Apa kamu membawa uangnya?”“Ya.”“Apa kamu melihat gudang dengan pintu biru?”Hugo mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan menemukan gudang dengan pintu biru berada tak jauh di depannya. Tempat itu kosong dan pintu gudang tertutup, tidak ada tanda-tanda seseorang berada di dalam.“Aku lihat. Di mana kamu?”“Kamu harus turun dari mobil dan keluarkan uangmu,” perintah Carter.Hugo menggeram. “Kamu harus memperlihatkan Candra padaku?”Terdengar tanggapan Carter mendengus. Tak lama kemudian pintu guda
Hugo memelototinya dan tetap dia di tempatnya. Dia mengawasi pisau di leher Candra dengan hati.Rekan Carter segera memeriksa uang di dalam tas dan melihat semuanya asli memenuhi tas itu.“Ini benar-benar uang!” serunya yang disambut teriakan oleh rekan-rekan di belakangnya.Carter menyeringai serakah. “Bawa tas itu, cepat!”“Lepaskan Candra lebih dulu!” geram Hugo menahan salah satu tas yang hendak dibawa pergi.Carter mendengus. “Tidak, kita harus mendapatkannya dulu,” balasnya menyeringai lalu memberi isyarat pada rekannya.Rekannya mengangguk dan menarik paksa tas itu dari tangan Hugo.Hugo menggertakkan gigi tidak mencegah saat pria itu membawa dua itu pergi.“Lepaskan Candra,” desisnya menatap Carter dingin. Tangannya gatal ingin mengambil pistol di belakangnya.Carter menyeringai lalu mendorong Candra ke samping dan menerjang ke depan. Pisaunya menusuk perut Hugo dalam sekejap. “Tidak mungkin. Aku tidak akan menyerahkan putriku yang cantik. Dia pelacur yang manis, bukan?” Dia t
“Apa Hugo terluka karena kamu?” Tubuh Candra bergetar dan terisak. Kepalanya tertunduk dan tidak berani menjawab Lily. Lily meraih kerah bajunya geram. “Itu pasti kamu, kan? Kamu menyebabkan anakku terluka!” “Nyonya, tenanglah ….” Andrew buru-buru memisahkan Lily dari Candra dan melindungi gadis itu. Alphard juga meraih istrinya dan meremas bahunya menenangkan lalu menatap Andrew tenang. “Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Hugo bisa terluka?” “Ini ….” Andrew terlihat ragu-ragu untuk menjawab. Dia melirik Candra yang gemetar di belakang. Suara isakannya terdengar samar-samar. Reaksi Lily terlihat sangat jelas bahwa dia takan marah dan tidak terima Hugo terluka karena Candra. Andrew tidak bisa melindungi gadis itu dari amukan keluarga Wallington jika tahu berita yang sebenarnya, apalagi mendengar uang tebusan 100 juta dolar untuk menebus Candra yang diculik. “Mari kita tunggu sampai Tuan Hugo selesai di operasi,” ujarnya menatap orang tua Hugo di depannya. “Tidak jel
Mereka pun telah selesai makan malam bersama. Lily dan Candra melangkah menuju ke arah ruang tamu. Sementara itu Aurelio sudah terlelap di kamarnya. Candra sengaja menemani putra tunggal Hugo hingga ia terlelap agar dirinya bisa pergi meninggalkan Aurelio tanpa merasa terbebani oleh rasa bersalah, karena sang putra tak ingin melepaskannya. “Candra apakah kamu yakin tetap balik hotel malam ini? Sudah larut malam Candra, apa tidak sebaiknya besok pagi-pagi sekali kamu kembali ke hotel. Kurasa belum terlambat jika kamu memang akan kembali besok ke Italia.” Ucap Lily seraya melangkah di sisi Candra. “Sekali lagi aku minta maaf Bibi Lily. Aku harus kembali malam ini ke hotel, jika aku harus menginap malam ini di sini dan kembali pagi harinya ke hotel, rasanya aku tak punya banyak waktu untuk berberes-beres barang-barangku yang berada di hotel, karena besok pagi aku harus segera berangkat ke Italia.” Jelas Candra menanggapi tawaran dari nyonya Wallington. “Ya sudah. Jika memang demikian,
Lily mengerucutkan bibirnya melihat sikap dingin Hugo. Dia menatap Candra dan menepuk lengannya menenangkan.“Jangan berkecil hati. Hugo selalu seperti ini.”Candra mengangguk, dia tidak mengambil sikap dingin Hugo, apalagi setelah mendengar kata-kata Aurelio bahwa Hugo menyimpan foto dirinya.Lily menyruh pelayan menyiapkan camilan ringan dan menghabiskan waktu mengobrol bersama Candra dan bermain dengan Aurelio.Sepanjang hari itu Hugo tidak turun dan berada di ruang kerjanya. Entah dia sengaja untuk menghindari Candra atau pria itu memang seperti itu. Candra tidak terlalu memikirkannya. Dia menikmati bermain dengan Aurelio. Candra tampak bahagia ia menikmati kebersamaannya bersama Aurelio di rumah Hugo Wallington. Meskipun Hugo terlihat cuek tak mengacuhkannya, namun Candra tidak mempedulikannya.Ia justru semakin akrab dan dekat dengan putra tunggal CEO berwajah tampan tersebut.Lily menyukai Candra, setelah melihat ketika Candra begitu pintar mengambil hati cucunya. Ini peluang te
“Tidak kok nyonya. Aku tidak memikirkan apapun, dan aku baik-baik saja kok nyonya,” ucapnya kembali berbohong menutupi jika sesungguhnya pikirannya justru melayang ke arah Hugo berada.“Candra. Aku minta maaf, jika selama ini sikapku sudah sangat keterlaluan padamu. Aku sadar, seharusnya aku tak memperlakukanmu seperti itu, hingga akhirnya kamu pergi meninggalkan putraku Hugo. Aku berharap kamu bisa memaafkanku Candra, meskipun aku akui kesalahanku mungkin sudah terlalu besar terhadapmu.”Candra tak menyangka, jika nyonya Wallington bisa berkata demikian padanya. Mengakui kesalahannya dan meminta maaf atas kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap Candra.Candra menyentuh tangan nyonya Wallington, seraya menganggukkan kepalanya pelan. Candra tersenyum begitu juga dengan nyonya Wallington.“Iya nyonya. Aku sudah memaafkanmu nyonya, jauh sebelum nyonya minta maaf padaku,” jawab Candra seketika membuat nyonya Wallington berbinar-binar wajahnya.“Sungguhkah? Kamu memaafkanku Candra..? Kam
"Ya, ibu bantu cari pengasuh yang lebih kompenten.”“Kamu tidak butuh pengasuh untuk Aurelio, tapi seorang ibu untuk anakmu,” ujar Lily melirik Hugo dengan hati-hati.“Ibu ....” Hugo menatap ibunya tidak suka topik itu di bahas lagi.“Kamu tidak berniat mencari ibu untuk Aurelio? Apa karena kamu tidak bisa melupakan Candra?”Hugo terdiam, pikirannya kembali memikirkan Candra. Wanita itu memperlakukan Aurelio dengan baik saat itu dan dia pula yang menemukan putranya.Hugo menggelengkan kepala mengusir bayangan gadis itu dan berpura-pura mengetik sesuatu di laptop. "Aku sibuk, tolong tinggalkan aku, Bu.”Lily mendesah pasrah dan meninggalkan Hugo untuk mengurus pekerjaannya.....Beberapa hari kemudian sejak pertemuannya dengan Paman Hugo, Candra masih tidak memiliki keberanian mencari pria itu.Gadis berparas manis itu, bolak-balik tak jelas dan gelisah di ruang tamu kamar hotelnya seolah-olah mengukur ruang luas di kamar hotel tempat ia menginap selama berada di kota tersebut. Pikira
Candra merasa sedih atas sikap Hugo Wallington bersikap dingin dan mengabaikannya. Dia meninggalkan taman hiburan dan kembali ke hotel tempat dia menginap. Candra gelisah terus memikirkan pertemuannya dengan Hugo. Dia berusaha menahan diri untuk tidak mencari tahu tentang pria itu selama lima tahun sejak dia meninggalkannya. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan keinginannya dan menelepon seorang asisten yang mengurus semua keperluannya. Dia menyuruh asistennya mencari tahu tentang Hugo selama lima tahun ini. Setelah itu Candra menunggu informasi dari asistennya semalaman. Beberapa jam kemudian asistennya datang ke kamar hotelnya. “Bagaimana, Vivi?” Candra bertanya gelisah meraih tangan wanita itu. “Nona muda, Tuan Wallington tidak pernah menikah, tapi dia memiliki seorang anak yang sampai saat ini masih dia sembunyikan dari mata publik. Ibu dari anak itu, mantan pelacur Tuan Wallington meninggal saat melahirkan.” Mata Candra melebar, jantung berdegup kencang merasa senang karena
“Kamu tidak usah takut dengan kakak. Kakak tidak jahat kok, jadi adik kecil jangan menangis lagi ya. Tenang saja, Kakak akan bantuin kamu kok.” Candra terus mengajak anak kecil tersebut berbicara, meskipun ia tetap bungkam tak mau bicara sepatah kata pun.“Ayo sini..! Ikut dengan kakak. Kita cari keberadaan orang tua kamu ya,” ujar Candra mengulurkan tangannya pada anak kecil itu.Anak itu seolah mengerti dan menghapus air matanya. dia mengulurkan tangan kecilnya meraih tangan wanita di depannya.Candra tersenyum hangat meremas tangan kecilnya. Dia pun menggendong dan mengajaknya menuju ke arah ruangan bagian informasi. Candra berpikir jika anak tersebut adalah anak hilang, mungkin dengan bantuan bagian informasi dapat mempertemukan kembali anak kecil yang terpisah dari orang tuanya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.Anak kecil tersebut saat ini berada dalam gendongan Candra tidak menangis dan memeluk leher Candra saat dibawa masuk ke pusat informasi taman hiburan.Candra mendeka
Lima tahun kemudian.Langit biru cerah dan angin bertiup lembut. Taman hiburan tampak hidup dan meriah.Gadis itu memandang langit musim panas dan memejamkan mata menikmati sinar matahari bersinar cukup cerah.Dia cantik berada di usia muda 25 tahun, kecantikannya mekar dengan indah. Jejak naif dan polos seorang gadis memudar dengan kecantikan wanita dewasa. Dia menarik perhatian beberapa pria yang lewat.Candra memuka mata, memperlihat matanya yang cerah dan cemerlang, namun menyimpan jejak kesedihan.Lima tahun telah berlalu, kota ini tak begitu banyak perubahannya. Kerinduannya begitu besar terhadap kota ini, begitu banyak kenangan yang tak mudah dilupakan di sini. Candra telah kembali ke kota di mana dulu ia memiliki story dan kenangan yang begitu membekas untuk dirinya.Bagaimana kabarnya kamu paman Hugo?Pasti saat ini dia sudah bahagia menikah dengan perempuan itu.Candra mendesah. Tak ada gunanya lagi mengingat semuanya jika saat ini paman Hugo sudah menjadi milik perempua
Candra tidak menjawab, dia menatap bibir tipis Hugo sebelum menundukkan kepala mencium bibirnya. Ciumannya agak grogi dan gugup. Hugo merasa terkejut. Sudah lama sekali Candra tidak mengambil inisitif menciumnya. Tapi dia tidak membalas ciuman Candra dan menahan keinginannya untuk melumat bibirnya menggoda. Dia harus memberinya pelajaran hari ini. Merasa Hugo tidak membalas ciumannya membuat Candra agak cemas dan malu. Tapi Hugo tidak mendoronya. Candra agak berani memperdalam ciumannya, bibir menghisap bibir bawah pria itu dan menyapu lidahnya di sepanjang bibir Hugo. Hugo mengerang pelan dalam bibirnya, tangannya mencengkeram pinggang ramping gadis itu. Candra semakin berani menyelipkan lidahnya menggoda bibir Hugo, tanganya mengusap-ngusap dada pria itu dengan gerakan menggodanya. Pinggulnya mengosok pangkal paha Hugo, menggoda ‘junior’ pria itu. Napas Hugo semakin dalam, dia mengcengkeram pinggang gadis itu semakin erat. Salah satu tangannya meremas pantat Candra di balik cel
“Tidak,” balas Candra serak dan menundukkan kepala agar Hugo tidak melihat dia menangis.“Benarkah?” Hugo meraih dagu gadis agar mendongak menatapnya. Dia melihat mata Candra berkaca-kaca dan basah. “Kamu menangis? Mengapa kamu menangis?” tanyanya dengan kening berkerut.Candra menggelengkan kepala. “Tidak, aku hanya mengantuk kok.”Candra mengusap matanya dan berpura-pura menguap. “Aku tidak tidur nyenyak semalam dan bangun pagi-pagi sekali untuk membuat bubur.”Hugo menatapnya lekat-lekat seolah mencari kebohongan dari mata gadis itu.Candra menguap hingga air matanya keluar. “Aku mengantuk. Bangunkan aku jika makan malam sudah selesai ....” Lalu dia dengan hati-hati memeluk pinggang Hugo agar menekan luka di perutnya dan bersandar di dada Hugo. Matanya terpenjam, dalam hitungan beberapa menit, dia sudah tertidur.Hugo mengamati gadis yang tertidur itu dan mendesah memeluk kepalanya di dadanya. Dia mencium kepala Candra dan memejamkan mata mencoba untuk tidur.Satu jam kemudian, Hug