Setelah lahir, anak itu dipaksa berpisah dengan ibunya, serta tidak pedulikan oleh ayah kandungnya. Candra tahu bagaimana rasanya tumbuh tanpa kehadiran sosok ibu dan seorang ayah yang tidak pernah peduli.Sebagai anak yatim piatu, hati Candra sangat sensitif dan peka jika ada anak lain bernasib seperti dirinya.Candra akan menjadi orang yang egois memisahkan seorang anak dari ibunya dan mengambil kasih sayang ibunya. “Apa kamu peduli dengan anak itu? Jika begitu, kita bisa bersama membesarkannya.”Hugo tahu tidak nyaman jika kekasihnya mengetahui dia memiliki anak dari wanita lain, karena itu berusaha terlihat tidak peduli di depan Candra.Candra menggigit bibir tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanya. “Paman terlalu menganggap semua ini sepele. Apa kamu tidak peduli perasaan semua orang yang terlibat?”Sikap Hugo seolah menganggampakan semua masalah ini. Dia egois dan tidak peduli dengan orang lain, pikir Candra masam. Bagaimana dia bisa mencintai orang yang seperti itu?Hugo
Candra mengikuti Hugo ke rumah sakit. Itu adalah rumah sakit persalinan terbaik di negara ini.Dia berhenti memandang gedung rumah sakit persalinan dengan wajah tanpa ekspresi. Dia menduga bahwa Tiffany di rawat di rumah sakit ini.Candra menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya memasuki gedung rumah sakit. Dia kehillangan jejak Hugo dan menanyakan kamar Tiffany di meja resepsionis. Rupanya Tiffany di rawat di kamar VVIP dengan perawatan dokter terbaik menunjukkan betapa Hugo dan keluarga Wallington menghargai anak di perutnya.Plak!Candra tiba-tiba berhenti dan berkedip terkejut melihat sosok Hugo yang ditampar oleh seorang pria yang terlihat sangat tua. Dia segera bersembunyi di vas hias besar.“Apa kamu bilang? Katakan sekali lagi!” bentak Alphard menunjuk Hugo marah.Lily cemas menahan lengan suaminya agar tidak memukul Hugo. “Hugo, apa kamu lakukan? Cepat minta maaf pada ayahmu,” ujarnya cemas.Hugo memalingkan wajah menatap sang Ayah tanpa ekspresi. “Aku tidak akan menikah
“Aku tidak akan membiarkan kamu mengacaukan hidupmu lagi. Jika kamu menolak menikah dengan Liera dan tidak memberi anakmu status anak sah, siap-siap saja aku akan menghancur hidup Candra Claus! Selamanya kamu tidak akan bisa melihatnya!” “Ayah jangan berani kamu menyentuhnya!” desis Hugo mengancam. “Kamu mengancam ayahmu?” Wajah Alphard memutih karena marah. Dia tiba-tiba memegang belakang kepalanya dan mengerang. “Sayang!” “Ayah!” Alphard bersandar di dinding dan menepis tangan putranya. Dia menarik napas dalam-dalam dan menenangkan dirinya. Lily hampir menangis melihat wajah suaminya yang pucat pasi. Dia menghadap Hugo dan menampar putranya. “Mau sampai kapan kamu terus menentang ayahmu dan keras! Kamu egois, apa kamu tidak melihat ayahmu sedang tidak sehat? Kamu ingin ibu dan ayahmu mati demi anak yatim itu!” Hugo menunduk dan menggertak gigi. Dia tidak menanggapi ucapan Lily. Candra tidak perlu mendengar lagi. nasibnya sudah diputuskan. Dia tidak akan pernah bisa bersama
Carter tidak sendirian, dia membawa beberapa teman-temannya. Dia jadi semakin takut akan bertemu dengan Carter. “Astaga, ayahmu sungguh tidak menyerah mencarimu. Aku sudah meminta satpam kampus agar mengusirnya,” gerutu Joy, lalu menatap wajah Candra yang memucat. “Maaf Candra, aku tidak memberitahumu karena aku takut kamu khawatir.” Jantung Candra berdegup kencang, wajahnya menjadi pucat pasi. Dia menggelengkan kepala memaksakan senyum di wajahnya. “Tidak apa-apa.” “Kamu tidak boleh keluar sendiri Candra. Harus ada seseorang yang menemanimu,” kata Lorcan mengingatkan Candra. “Ya, terima kasih sudah memberitahuku,” kata Candra lemah. Lorcan dan Joy saling pandangan dengan eksprsi prihatin. “Kamu akan ke mana? Apa kamu akan ke asrama?” tanya Lorcan. “Ya, aku harus membereskan barang-barangku di asrama karena aku tidak akan tinggal di sana lagi.” “Biar aku bantu. Mari kita mengadakan pesta untuk perpisahan di asrama kalian. Aku akan mengajak beberapa teman sekelas kita yang la
Tubuh Candra di lempar ke lantai kotor gudang yang tidak terpakai. Tangan dan kakinya terikat. Air mata Candra mengalir memandang orang yang masih menjadi ayah kandungnya.Carter berjongkok di depannya dan melepaskan kain yang disumpal di mulut putrinya.“Nah, sekarang Candra. Ayah akan meminta sekali lagi, apa kamu punya uang 10 juta dolar? Siapa keluarga kaya yang menampungmu? Kamu harus meminta uang darinya.”Candra menggertakkan gigi memandang ayahnya. “Mengapa kamu melakukan ini padaku? Aku putrimu. Mengapa Ayah tega melakukan ini padaku!” Dia menjerit keras.Carter menampar wajahnya. “Berisik. Biar aku katakan yang sebenarnya, kamu sama sekali bukan putri kandungku.”Mata Candra melebar mendengar ucapan Carter. “A-apa ... apa maksudmu? Aku ... aku bukan putri kandungmu? Lalu Marcus juga?”Lalu siapa ayahnya?Carter menyeringai. “Tentu saja kamu dan Marcus bukan anak kandungku. Ibumu adalah wanita paling cantik yang pernah aku temui. Dia memohon padaku agar menikahinya saat dia
Hugo berjalan cepat di lobi hotel. dia baru selesai mengadakan pertemuan kerja sama dengan pihak perusahaan asing.“Tidak ada agenda lagi?” Hugo bertanya pada Andrew yang berjalan di sisinya.Andrew berdeham. “Sebenarnya ada Tuan. Tuan Krum dari K Corporatian mengubah jadwal mereka mendadak tadi sore jadi malam ini jam 10 di Night Star Club.”Hugo menggeram. “Mereka seenaknya saja. Batalkan. Aku tidak akan datang,” ujar Hugo melonggarkan ikatan dasinya. Dia hampir tidak bisa beristirahat hari ini karena rapat dan agenda dengan pihak investor.Hugo ingin beristirahat dan menemui Candra. Beberapa hari ini membuatnya sibuk hingga dia tidak memiliki waktu untuk menemui kekasihnya.Pihak dari perusahaan keluarga Walton tidak terima karena Hugo memutuskan perjodohan dengan Liera Walton hingga menyerang bisnis WLT Group dan menyebabkan saham perusahaan turun namun tidak berdampak serius. Akan tetapi anggota dewan tidak puas dengan Hugo yang menyebabkan putusnya kerja sama dengan perusahaan W
Hugo mengemudikan mobilnya mengikuti lokasi gps yang dikirim Carter. Malam semakin larut membuat kecemasan Hugo terus meningkat. Dia mengemudi hampir keluar kota dan berhenti di sebuah bekas paprik kosong.Dia berhenti sejenak untuk menarik napas dalam-dalam dan menelepon Carter melalui nomor ponsel Candra.“Aku sudah di lokasi, di mana Candra?” ujarnya dengan suara teramat dingin memandang paprik kosong di depan mobil. pagar yang tertutup membuatnya tidak bisa menerobos dengan mobilnya.“Apa kamu membawa uangnya?”“Ya.”“Apa kamu melihat gudang dengan pintu biru?”Hugo mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan menemukan gudang dengan pintu biru berada tak jauh di depannya. Tempat itu kosong dan pintu gudang tertutup, tidak ada tanda-tanda seseorang berada di dalam.“Aku lihat. Di mana kamu?”“Kamu harus turun dari mobil dan keluarkan uangmu,” perintah Carter.Hugo menggeram. “Kamu harus memperlihatkan Candra padaku?”Terdengar tanggapan Carter mendengus. Tak lama kemudian pintu guda
Hugo memelototinya dan tetap dia di tempatnya. Dia mengawasi pisau di leher Candra dengan hati.Rekan Carter segera memeriksa uang di dalam tas dan melihat semuanya asli memenuhi tas itu.“Ini benar-benar uang!” serunya yang disambut teriakan oleh rekan-rekan di belakangnya.Carter menyeringai serakah. “Bawa tas itu, cepat!”“Lepaskan Candra lebih dulu!” geram Hugo menahan salah satu tas yang hendak dibawa pergi.Carter mendengus. “Tidak, kita harus mendapatkannya dulu,” balasnya menyeringai lalu memberi isyarat pada rekannya.Rekannya mengangguk dan menarik paksa tas itu dari tangan Hugo.Hugo menggertakkan gigi tidak mencegah saat pria itu membawa dua itu pergi.“Lepaskan Candra,” desisnya menatap Carter dingin. Tangannya gatal ingin mengambil pistol di belakangnya.Carter menyeringai lalu mendorong Candra ke samping dan menerjang ke depan. Pisaunya menusuk perut Hugo dalam sekejap. “Tidak mungkin. Aku tidak akan menyerahkan putriku yang cantik. Dia pelacur yang manis, bukan?” Dia t