Carter tidak sendirian, dia membawa beberapa teman-temannya. Dia jadi semakin takut akan bertemu dengan Carter. “Astaga, ayahmu sungguh tidak menyerah mencarimu. Aku sudah meminta satpam kampus agar mengusirnya,” gerutu Joy, lalu menatap wajah Candra yang memucat. “Maaf Candra, aku tidak memberitahumu karena aku takut kamu khawatir.” Jantung Candra berdegup kencang, wajahnya menjadi pucat pasi. Dia menggelengkan kepala memaksakan senyum di wajahnya. “Tidak apa-apa.” “Kamu tidak boleh keluar sendiri Candra. Harus ada seseorang yang menemanimu,” kata Lorcan mengingatkan Candra. “Ya, terima kasih sudah memberitahuku,” kata Candra lemah. Lorcan dan Joy saling pandangan dengan eksprsi prihatin. “Kamu akan ke mana? Apa kamu akan ke asrama?” tanya Lorcan. “Ya, aku harus membereskan barang-barangku di asrama karena aku tidak akan tinggal di sana lagi.” “Biar aku bantu. Mari kita mengadakan pesta untuk perpisahan di asrama kalian. Aku akan mengajak beberapa teman sekelas kita yang la
Tubuh Candra di lempar ke lantai kotor gudang yang tidak terpakai. Tangan dan kakinya terikat. Air mata Candra mengalir memandang orang yang masih menjadi ayah kandungnya.Carter berjongkok di depannya dan melepaskan kain yang disumpal di mulut putrinya.“Nah, sekarang Candra. Ayah akan meminta sekali lagi, apa kamu punya uang 10 juta dolar? Siapa keluarga kaya yang menampungmu? Kamu harus meminta uang darinya.”Candra menggertakkan gigi memandang ayahnya. “Mengapa kamu melakukan ini padaku? Aku putrimu. Mengapa Ayah tega melakukan ini padaku!” Dia menjerit keras.Carter menampar wajahnya. “Berisik. Biar aku katakan yang sebenarnya, kamu sama sekali bukan putri kandungku.”Mata Candra melebar mendengar ucapan Carter. “A-apa ... apa maksudmu? Aku ... aku bukan putri kandungmu? Lalu Marcus juga?”Lalu siapa ayahnya?Carter menyeringai. “Tentu saja kamu dan Marcus bukan anak kandungku. Ibumu adalah wanita paling cantik yang pernah aku temui. Dia memohon padaku agar menikahinya saat dia
Hugo berjalan cepat di lobi hotel. dia baru selesai mengadakan pertemuan kerja sama dengan pihak perusahaan asing.“Tidak ada agenda lagi?” Hugo bertanya pada Andrew yang berjalan di sisinya.Andrew berdeham. “Sebenarnya ada Tuan. Tuan Krum dari K Corporatian mengubah jadwal mereka mendadak tadi sore jadi malam ini jam 10 di Night Star Club.”Hugo menggeram. “Mereka seenaknya saja. Batalkan. Aku tidak akan datang,” ujar Hugo melonggarkan ikatan dasinya. Dia hampir tidak bisa beristirahat hari ini karena rapat dan agenda dengan pihak investor.Hugo ingin beristirahat dan menemui Candra. Beberapa hari ini membuatnya sibuk hingga dia tidak memiliki waktu untuk menemui kekasihnya.Pihak dari perusahaan keluarga Walton tidak terima karena Hugo memutuskan perjodohan dengan Liera Walton hingga menyerang bisnis WLT Group dan menyebabkan saham perusahaan turun namun tidak berdampak serius. Akan tetapi anggota dewan tidak puas dengan Hugo yang menyebabkan putusnya kerja sama dengan perusahaan W
Hugo mengemudikan mobilnya mengikuti lokasi gps yang dikirim Carter. Malam semakin larut membuat kecemasan Hugo terus meningkat. Dia mengemudi hampir keluar kota dan berhenti di sebuah bekas paprik kosong.Dia berhenti sejenak untuk menarik napas dalam-dalam dan menelepon Carter melalui nomor ponsel Candra.“Aku sudah di lokasi, di mana Candra?” ujarnya dengan suara teramat dingin memandang paprik kosong di depan mobil. pagar yang tertutup membuatnya tidak bisa menerobos dengan mobilnya.“Apa kamu membawa uangnya?”“Ya.”“Apa kamu melihat gudang dengan pintu biru?”Hugo mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan menemukan gudang dengan pintu biru berada tak jauh di depannya. Tempat itu kosong dan pintu gudang tertutup, tidak ada tanda-tanda seseorang berada di dalam.“Aku lihat. Di mana kamu?”“Kamu harus turun dari mobil dan keluarkan uangmu,” perintah Carter.Hugo menggeram. “Kamu harus memperlihatkan Candra padaku?”Terdengar tanggapan Carter mendengus. Tak lama kemudian pintu guda
Hugo memelototinya dan tetap dia di tempatnya. Dia mengawasi pisau di leher Candra dengan hati.Rekan Carter segera memeriksa uang di dalam tas dan melihat semuanya asli memenuhi tas itu.“Ini benar-benar uang!” serunya yang disambut teriakan oleh rekan-rekan di belakangnya.Carter menyeringai serakah. “Bawa tas itu, cepat!”“Lepaskan Candra lebih dulu!” geram Hugo menahan salah satu tas yang hendak dibawa pergi.Carter mendengus. “Tidak, kita harus mendapatkannya dulu,” balasnya menyeringai lalu memberi isyarat pada rekannya.Rekannya mengangguk dan menarik paksa tas itu dari tangan Hugo.Hugo menggertakkan gigi tidak mencegah saat pria itu membawa dua itu pergi.“Lepaskan Candra,” desisnya menatap Carter dingin. Tangannya gatal ingin mengambil pistol di belakangnya.Carter menyeringai lalu mendorong Candra ke samping dan menerjang ke depan. Pisaunya menusuk perut Hugo dalam sekejap. “Tidak mungkin. Aku tidak akan menyerahkan putriku yang cantik. Dia pelacur yang manis, bukan?” Dia t
“Apa Hugo terluka karena kamu?” Tubuh Candra bergetar dan terisak. Kepalanya tertunduk dan tidak berani menjawab Lily. Lily meraih kerah bajunya geram. “Itu pasti kamu, kan? Kamu menyebabkan anakku terluka!” “Nyonya, tenanglah ….” Andrew buru-buru memisahkan Lily dari Candra dan melindungi gadis itu. Alphard juga meraih istrinya dan meremas bahunya menenangkan lalu menatap Andrew tenang. “Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Hugo bisa terluka?” “Ini ….” Andrew terlihat ragu-ragu untuk menjawab. Dia melirik Candra yang gemetar di belakang. Suara isakannya terdengar samar-samar. Reaksi Lily terlihat sangat jelas bahwa dia takan marah dan tidak terima Hugo terluka karena Candra. Andrew tidak bisa melindungi gadis itu dari amukan keluarga Wallington jika tahu berita yang sebenarnya, apalagi mendengar uang tebusan 100 juta dolar untuk menebus Candra yang diculik. “Mari kita tunggu sampai Tuan Hugo selesai di operasi,” ujarnya menatap orang tua Hugo di depannya. “Tidak jel
Mata Andrew seketika melebar. “Dia adalah ayah kandungmu? Bagaimana bisa?”Candra menundukkan kepala dan meremas tangannya di atas paha.“Aku minta maaf, selama ini aku berbohong. Ayahku tidak meninggal. Dia seorang pemabuk dan suka berjudi. Ketika kecil, aku dan Marcus melarikan diri saat dia hendak menjualku untuk membayar hutang judinya. Aku tidak pernah bertemu dengannya selama bertahun-tahun dan tidak tahu apa yang terjadi padanya. Aku berharap tidak akan pernah bertemu dengannya dan menganggapnya sudah mati. Maafkan aku sudah berbohong selama ini,” bisiknya menundukkan kepalanyaAndrew menghela napas mengelus rambut Candra. Dia tidak menyalahkan gadis itu. gadis itu sudah menjalani masa kecil yang pahit dan hampir dijual untuk melunasi hutang judi ayahnya.“Jangan khawatir, dia dan rekan-rekan penjahatnya sudah ditangkap polisi. Mereka mungkin tidak akan bebas,” ujarnya berhenti sejenak dan bergumam dengan kening berkerut. “Bagaimana bisa ada ayah yang seperti itu. Menjual dan
Andrew tersenyum. “Kamu harus berterima kasih pada Tuan Hugo. Dia mengeluarkan uang 100 juta dolar untuk menebus Candra dan serta membawa polisi menangkap ayah kalian....” dia berhenti sejenak untuk menatap Marcus saat menyebutkan Carter.Raut wajah Marcus sesaat terkejut. “Dia berada di balik semua ini? Dasar bajingan tua !” Suaranya terdengar keras menarik perhatian perawat dan pasien yang berada di ruangan itu.Andrew mengangkat alis menatap pemuda itu. kata-kata Marcus agak kasar terhadap ayahnya sendiri. Tapi mengingat cerita Candra, dia tidak heran lagi. Carter memang bukan ayah baik dan dibenci oleh anak-anaknya.“Ya, dia sudah ditangkap dan berada di kantor polisi. Kamu menemuinya jika kamu mau,” kata Andrew.Marcus tidak menanggapi, tapi rahangnya mengeras.Andrew menghela napas dan menepuk pundak Marcus sekali lagi. “Baiklah aku akan meninggalkan kalian berdua.” Dia berjalan pergi meninggalkan kedua kakak beradik.“Kakak ....” Candra menarik lengan baju Marcus lemah. “Apa ka