Mata Andrew seketika melebar. “Dia adalah ayah kandungmu? Bagaimana bisa?”Candra menundukkan kepala dan meremas tangannya di atas paha.“Aku minta maaf, selama ini aku berbohong. Ayahku tidak meninggal. Dia seorang pemabuk dan suka berjudi. Ketika kecil, aku dan Marcus melarikan diri saat dia hendak menjualku untuk membayar hutang judinya. Aku tidak pernah bertemu dengannya selama bertahun-tahun dan tidak tahu apa yang terjadi padanya. Aku berharap tidak akan pernah bertemu dengannya dan menganggapnya sudah mati. Maafkan aku sudah berbohong selama ini,” bisiknya menundukkan kepalanyaAndrew menghela napas mengelus rambut Candra. Dia tidak menyalahkan gadis itu. gadis itu sudah menjalani masa kecil yang pahit dan hampir dijual untuk melunasi hutang judi ayahnya.“Jangan khawatir, dia dan rekan-rekan penjahatnya sudah ditangkap polisi. Mereka mungkin tidak akan bebas,” ujarnya berhenti sejenak dan bergumam dengan kening berkerut. “Bagaimana bisa ada ayah yang seperti itu. Menjual dan
Andrew tersenyum. “Kamu harus berterima kasih pada Tuan Hugo. Dia mengeluarkan uang 100 juta dolar untuk menebus Candra dan serta membawa polisi menangkap ayah kalian....” dia berhenti sejenak untuk menatap Marcus saat menyebutkan Carter.Raut wajah Marcus sesaat terkejut. “Dia berada di balik semua ini? Dasar bajingan tua !” Suaranya terdengar keras menarik perhatian perawat dan pasien yang berada di ruangan itu.Andrew mengangkat alis menatap pemuda itu. kata-kata Marcus agak kasar terhadap ayahnya sendiri. Tapi mengingat cerita Candra, dia tidak heran lagi. Carter memang bukan ayah baik dan dibenci oleh anak-anaknya.“Ya, dia sudah ditangkap dan berada di kantor polisi. Kamu menemuinya jika kamu mau,” kata Andrew.Marcus tidak menanggapi, tapi rahangnya mengeras.Andrew menghela napas dan menepuk pundak Marcus sekali lagi. “Baiklah aku akan meninggalkan kalian berdua.” Dia berjalan pergi meninggalkan kedua kakak beradik.“Kakak ....” Candra menarik lengan baju Marcus lemah. “Apa ka
Ekspresi Marcus terlihat tidak puas. Itu tidak cukup untuk melampiaskan amarahnya. Candra juga tidak ingin Marcus berkelahi. Lagi pula Carter sudah ditangkap. “Aku ingin pulang,” gumamnya. Dia sangat lelah hari ini. Lily dan Liera juga tidak akan membiarkannya kembali ke ruang operasi Hugo atau menemui Paman Hugo. Candra tidak tahu bagaimana kabar Hugo sekarang. Dia ingin tidur dan beristirahat agar memiliki tenaga berurusan dengan ketidaksukaan Lily dan Liera yang licik. Raut wajah Marcus berubah lembut melihat ekspresi lelah di wajah adiknya. memar parah di wajahnya membuatnya merasa sakit sendiri. "Apa kamu tidak ingin beristirahat di rumah sakit? Bagaimana jika kamu terluka di bagiann lain? Apa dokter sudah memeriksamu,” ujarnya cemas memeriksa tubuh Candra. Candra juga mungkin menderita trauma karena kejadian hari ini. Marcus tidak sabar ingin membawanya agar diperiksa ke dokter. “Aku baik-baik saja, aku ingin beristirahat di kamarku sendiri.” Candra kemudian turun dari te
“Terus kenapa kamu masih di sini? Jika sebelumnya kamu sudah meninggalkan Negara ini, kejadian ini tidak akan terjadi,” potong Lily tajam.“Ada hal yang harus aku urus,” balas Candra menatap Lily memohon. “Aku akan meninggalkan negara ini, tapi aku ingin bersama Paman Hugo hanya sebentar saja.”Liera tertawa dingin. “Sangat tidak tahu malu. Beraninya kamu masih bertemu dengan pria yang sebentar lagi akan menikah. Diusia begitu muda, kamu sangat tidak tahu malu. Apa orang tuamu tidak pernah mengajarimu sesuatu?”Candra mengepalkan tangannya dengan mata memerah. Mengapa mereka terus mengejeknya tentang orang tuanya?Lily diam tidak menyela Liera.“Aku tidak punya orang tua, aku tidak pernah diajar,” balas Candra memelototi Liera.Liera menyeringai. “Benarkah? Aku dengar ayahmu sering mendatangi kampusmu dan mencarimu. Orang-orang di kampus sudah tahu tentang itu.”Mata Lily menyipit mendengar ucapan Liera. Dia menoleh menatapnya, “Ayahnya? Bukankah dia yatim piatu?"Wajah Candra memucat
Candra tidak bisa berkata mendengar kata-kata pria tua itu. Bagaimana dia memiliki seorang kakek yang tidak dikenal? Penampilan kakek itu bahkan tidak biasa. Dia terlihat seperti seorang ... dari anggota mafia. Candra bergidik melihat dua pengawal berwajah sangar di belakang pria tua itu. Yang satunya memiliki bekas luka mengerikan dan satunya memiliki tato yang mencolok berbentuk naga di sepanjang lehernya sampai ke dalam bajunya. Bahkan orang mengaku sebagai ‘kakek’nya sangat tinggi dan gagah, dia mengenakan pakaian serba hitam, tidak terlihat seperti kakek-kakek biasa. Hanya rambutnya saja putih. “Kamu kakek mereka? Bagaimana bisa? Apa kamu juga sama-sama berbohong dan menipu bersama mereka?” balas Lily menyipitkan matanya tajam dan ragu. Penampilan pria yang hampir seusia dengan suaminya terlihat megah dan glamor. Pengawalnya di belakangnya tampak tidak biasa. Apa mereka mengatur ini untuk menggertaknya? Pikir Lily menepis rasa takut di hatinya karena aura pria itu terlihat kej
Gregory bukan kakek yang baik baginya. Marcus telah merasakannya selama di keluarga Achilleo. “Candra tidak perlu kembali ke keluarga Achilleo, biarkan dia memilih hidupnya sendiri,” ujar Marcus. Raut wajah Gregory terlihat muram. “Apa kamu ingin tetap terus mengemis ke keluarga Wallington atau Hugo Wallington itu? Dia seorang bajingan yang menghamili seorang pelacur dan memiliki calon istri. Aku tidak akan membiarkan anggota keluarga Achilleo direndahkan,” ujarnya menggertakkan gigi. “Candra jika kamu tidak menurut, aku akan menghancurkan keluarga Wallington dan Hugo Wallington itu,” ancam Gregory dingin. Mata Lily melebar. “Apa kamu gila?!” Keluarga Wallington tidak bisa dibandingkan dengan keluarga Achilleo yang memiliki geng mafia. Candra tak kalah cemas. dia tidak tahu identitas ‘kakek’nya ini, tapi dia sepertinya orang yang berkuasa hingga berani mengancam untuk menghancurkan keluarga Wallington. Dia memandang Marcus memohon. “Kakak, apa kakek itu sungguh serius?” Ekspre
Hugo tidak melepaskan tangannya. “Aku ingin mandi. Panggil dokter nanti saja. Ini tidak serius,” kata Hugo dengan nada yang tidak bisa dibantah.Candra ingin membantah tapu Hugo menatapnya tajam.Dia menghela napas dan melepaskan tangan Hugo yang menahan lengannya.“Baiklah, aku akan memanggil perawat.”“Untuk apa memanggil perawat?” Hugo menahan tangannya, tidak ingin dia pergi memanggil perawat.“Paman bilang ingin mandi, tentu saja aku memanggil perawat untuk membantu Paman,” balas Candra dengan bingung.Hugo menatapnya tajam. “Kamu ingin perawat memandikan aku dan melihat tubuhku?”Candra menatapnya bingung. “Bukankah itu sudah perawat?”Selama Hugo di rumah sakit perawat juga yang membantunya mandi, kan?Hugo mendesah melihat tatapan bingung gadis muda di depannya. Tidak bisakah dia mengerti bahwa Hugo hanya ingin Candra membantunya mandi?“Perawat belum pernah memandikan aku. Aku sudah tiga hari tidak mandi.”Candra terdiam, tidak tahu bagaimana menanggapinya. “Jadi apa yang har
Candra balas menatap tajam. Untunglah dia yang memandikan Hugo lebih awal sebelum perawat itu datang. Memikirkan perawat itu memandikan dan menggosok Hugo membuatnya cemburu dan kesal.Perawat itu tidak profesional. Dia terlihat jelas ingin menggoda Hugo.Perawat itu mengalihkan pandangannya dan berdehem. “Kalau begitu aku akan menggantikan perbanmu Tuan Hugo.”“Tidak perlu, panggilkan dokter. Aku ingin berbicara dengan dokter,” balas Hugo acuh tak acuh.Perawat itu terlihat kecewa tapi tidak membantah permintaan Hugo. Dia segera keluar dan memanggil dokter.Candra berdiri di sisi ranjang Hugo dan bertanya. “Di mana Nyonya dan Tuan Wallington?”Sejak dia datang, Candra tidak melihat keberadaan Lily dan suaminya, terutama Liera. Biasanya kedua wanita itu selalu memantau kondisi Hugo, atau berjaga-jaga agar Candra tidak menemuinya.“Aku menyuruh mereka pulang untuk beristirahat,” balas Hugo.Candra tidak bertanya lagi lalu mengambil termos berisi bubur yang di bawa. Dia menuangkan bubur
Mereka pun telah selesai makan malam bersama. Lily dan Candra melangkah menuju ke arah ruang tamu. Sementara itu Aurelio sudah terlelap di kamarnya. Candra sengaja menemani putra tunggal Hugo hingga ia terlelap agar dirinya bisa pergi meninggalkan Aurelio tanpa merasa terbebani oleh rasa bersalah, karena sang putra tak ingin melepaskannya. “Candra apakah kamu yakin tetap balik hotel malam ini? Sudah larut malam Candra, apa tidak sebaiknya besok pagi-pagi sekali kamu kembali ke hotel. Kurasa belum terlambat jika kamu memang akan kembali besok ke Italia.” Ucap Lily seraya melangkah di sisi Candra. “Sekali lagi aku minta maaf Bibi Lily. Aku harus kembali malam ini ke hotel, jika aku harus menginap malam ini di sini dan kembali pagi harinya ke hotel, rasanya aku tak punya banyak waktu untuk berberes-beres barang-barangku yang berada di hotel, karena besok pagi aku harus segera berangkat ke Italia.” Jelas Candra menanggapi tawaran dari nyonya Wallington. “Ya sudah. Jika memang demikian,
Lily mengerucutkan bibirnya melihat sikap dingin Hugo. Dia menatap Candra dan menepuk lengannya menenangkan.“Jangan berkecil hati. Hugo selalu seperti ini.”Candra mengangguk, dia tidak mengambil sikap dingin Hugo, apalagi setelah mendengar kata-kata Aurelio bahwa Hugo menyimpan foto dirinya.Lily menyruh pelayan menyiapkan camilan ringan dan menghabiskan waktu mengobrol bersama Candra dan bermain dengan Aurelio.Sepanjang hari itu Hugo tidak turun dan berada di ruang kerjanya. Entah dia sengaja untuk menghindari Candra atau pria itu memang seperti itu. Candra tidak terlalu memikirkannya. Dia menikmati bermain dengan Aurelio. Candra tampak bahagia ia menikmati kebersamaannya bersama Aurelio di rumah Hugo Wallington. Meskipun Hugo terlihat cuek tak mengacuhkannya, namun Candra tidak mempedulikannya.Ia justru semakin akrab dan dekat dengan putra tunggal CEO berwajah tampan tersebut.Lily menyukai Candra, setelah melihat ketika Candra begitu pintar mengambil hati cucunya. Ini peluang te
“Tidak kok nyonya. Aku tidak memikirkan apapun, dan aku baik-baik saja kok nyonya,” ucapnya kembali berbohong menutupi jika sesungguhnya pikirannya justru melayang ke arah Hugo berada.“Candra. Aku minta maaf, jika selama ini sikapku sudah sangat keterlaluan padamu. Aku sadar, seharusnya aku tak memperlakukanmu seperti itu, hingga akhirnya kamu pergi meninggalkan putraku Hugo. Aku berharap kamu bisa memaafkanku Candra, meskipun aku akui kesalahanku mungkin sudah terlalu besar terhadapmu.”Candra tak menyangka, jika nyonya Wallington bisa berkata demikian padanya. Mengakui kesalahannya dan meminta maaf atas kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap Candra.Candra menyentuh tangan nyonya Wallington, seraya menganggukkan kepalanya pelan. Candra tersenyum begitu juga dengan nyonya Wallington.“Iya nyonya. Aku sudah memaafkanmu nyonya, jauh sebelum nyonya minta maaf padaku,” jawab Candra seketika membuat nyonya Wallington berbinar-binar wajahnya.“Sungguhkah? Kamu memaafkanku Candra..? Kam
"Ya, ibu bantu cari pengasuh yang lebih kompenten.”“Kamu tidak butuh pengasuh untuk Aurelio, tapi seorang ibu untuk anakmu,” ujar Lily melirik Hugo dengan hati-hati.“Ibu ....” Hugo menatap ibunya tidak suka topik itu di bahas lagi.“Kamu tidak berniat mencari ibu untuk Aurelio? Apa karena kamu tidak bisa melupakan Candra?”Hugo terdiam, pikirannya kembali memikirkan Candra. Wanita itu memperlakukan Aurelio dengan baik saat itu dan dia pula yang menemukan putranya.Hugo menggelengkan kepala mengusir bayangan gadis itu dan berpura-pura mengetik sesuatu di laptop. "Aku sibuk, tolong tinggalkan aku, Bu.”Lily mendesah pasrah dan meninggalkan Hugo untuk mengurus pekerjaannya.....Beberapa hari kemudian sejak pertemuannya dengan Paman Hugo, Candra masih tidak memiliki keberanian mencari pria itu.Gadis berparas manis itu, bolak-balik tak jelas dan gelisah di ruang tamu kamar hotelnya seolah-olah mengukur ruang luas di kamar hotel tempat ia menginap selama berada di kota tersebut. Pikira
Candra merasa sedih atas sikap Hugo Wallington bersikap dingin dan mengabaikannya. Dia meninggalkan taman hiburan dan kembali ke hotel tempat dia menginap. Candra gelisah terus memikirkan pertemuannya dengan Hugo. Dia berusaha menahan diri untuk tidak mencari tahu tentang pria itu selama lima tahun sejak dia meninggalkannya. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan keinginannya dan menelepon seorang asisten yang mengurus semua keperluannya. Dia menyuruh asistennya mencari tahu tentang Hugo selama lima tahun ini. Setelah itu Candra menunggu informasi dari asistennya semalaman. Beberapa jam kemudian asistennya datang ke kamar hotelnya. “Bagaimana, Vivi?” Candra bertanya gelisah meraih tangan wanita itu. “Nona muda, Tuan Wallington tidak pernah menikah, tapi dia memiliki seorang anak yang sampai saat ini masih dia sembunyikan dari mata publik. Ibu dari anak itu, mantan pelacur Tuan Wallington meninggal saat melahirkan.” Mata Candra melebar, jantung berdegup kencang merasa senang karena
“Kamu tidak usah takut dengan kakak. Kakak tidak jahat kok, jadi adik kecil jangan menangis lagi ya. Tenang saja, Kakak akan bantuin kamu kok.” Candra terus mengajak anak kecil tersebut berbicara, meskipun ia tetap bungkam tak mau bicara sepatah kata pun.“Ayo sini..! Ikut dengan kakak. Kita cari keberadaan orang tua kamu ya,” ujar Candra mengulurkan tangannya pada anak kecil itu.Anak itu seolah mengerti dan menghapus air matanya. dia mengulurkan tangan kecilnya meraih tangan wanita di depannya.Candra tersenyum hangat meremas tangan kecilnya. Dia pun menggendong dan mengajaknya menuju ke arah ruangan bagian informasi. Candra berpikir jika anak tersebut adalah anak hilang, mungkin dengan bantuan bagian informasi dapat mempertemukan kembali anak kecil yang terpisah dari orang tuanya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.Anak kecil tersebut saat ini berada dalam gendongan Candra tidak menangis dan memeluk leher Candra saat dibawa masuk ke pusat informasi taman hiburan.Candra mendeka
Lima tahun kemudian.Langit biru cerah dan angin bertiup lembut. Taman hiburan tampak hidup dan meriah.Gadis itu memandang langit musim panas dan memejamkan mata menikmati sinar matahari bersinar cukup cerah.Dia cantik berada di usia muda 25 tahun, kecantikannya mekar dengan indah. Jejak naif dan polos seorang gadis memudar dengan kecantikan wanita dewasa. Dia menarik perhatian beberapa pria yang lewat.Candra memuka mata, memperlihat matanya yang cerah dan cemerlang, namun menyimpan jejak kesedihan.Lima tahun telah berlalu, kota ini tak begitu banyak perubahannya. Kerinduannya begitu besar terhadap kota ini, begitu banyak kenangan yang tak mudah dilupakan di sini. Candra telah kembali ke kota di mana dulu ia memiliki story dan kenangan yang begitu membekas untuk dirinya.Bagaimana kabarnya kamu paman Hugo?Pasti saat ini dia sudah bahagia menikah dengan perempuan itu.Candra mendesah. Tak ada gunanya lagi mengingat semuanya jika saat ini paman Hugo sudah menjadi milik perempua
Candra tidak menjawab, dia menatap bibir tipis Hugo sebelum menundukkan kepala mencium bibirnya. Ciumannya agak grogi dan gugup. Hugo merasa terkejut. Sudah lama sekali Candra tidak mengambil inisitif menciumnya. Tapi dia tidak membalas ciuman Candra dan menahan keinginannya untuk melumat bibirnya menggoda. Dia harus memberinya pelajaran hari ini. Merasa Hugo tidak membalas ciumannya membuat Candra agak cemas dan malu. Tapi Hugo tidak mendoronya. Candra agak berani memperdalam ciumannya, bibir menghisap bibir bawah pria itu dan menyapu lidahnya di sepanjang bibir Hugo. Hugo mengerang pelan dalam bibirnya, tangannya mencengkeram pinggang ramping gadis itu. Candra semakin berani menyelipkan lidahnya menggoda bibir Hugo, tanganya mengusap-ngusap dada pria itu dengan gerakan menggodanya. Pinggulnya mengosok pangkal paha Hugo, menggoda ‘junior’ pria itu. Napas Hugo semakin dalam, dia mengcengkeram pinggang gadis itu semakin erat. Salah satu tangannya meremas pantat Candra di balik cel
“Tidak,” balas Candra serak dan menundukkan kepala agar Hugo tidak melihat dia menangis.“Benarkah?” Hugo meraih dagu gadis agar mendongak menatapnya. Dia melihat mata Candra berkaca-kaca dan basah. “Kamu menangis? Mengapa kamu menangis?” tanyanya dengan kening berkerut.Candra menggelengkan kepala. “Tidak, aku hanya mengantuk kok.”Candra mengusap matanya dan berpura-pura menguap. “Aku tidak tidur nyenyak semalam dan bangun pagi-pagi sekali untuk membuat bubur.”Hugo menatapnya lekat-lekat seolah mencari kebohongan dari mata gadis itu.Candra menguap hingga air matanya keluar. “Aku mengantuk. Bangunkan aku jika makan malam sudah selesai ....” Lalu dia dengan hati-hati memeluk pinggang Hugo agar menekan luka di perutnya dan bersandar di dada Hugo. Matanya terpenjam, dalam hitungan beberapa menit, dia sudah tertidur.Hugo mengamati gadis yang tertidur itu dan mendesah memeluk kepalanya di dadanya. Dia mencium kepala Candra dan memejamkan mata mencoba untuk tidur.Satu jam kemudian, Hug