Ekspresi Marcus terlihat tidak puas. Itu tidak cukup untuk melampiaskan amarahnya. Candra juga tidak ingin Marcus berkelahi. Lagi pula Carter sudah ditangkap. “Aku ingin pulang,” gumamnya. Dia sangat lelah hari ini. Lily dan Liera juga tidak akan membiarkannya kembali ke ruang operasi Hugo atau menemui Paman Hugo. Candra tidak tahu bagaimana kabar Hugo sekarang. Dia ingin tidur dan beristirahat agar memiliki tenaga berurusan dengan ketidaksukaan Lily dan Liera yang licik. Raut wajah Marcus berubah lembut melihat ekspresi lelah di wajah adiknya. memar parah di wajahnya membuatnya merasa sakit sendiri. "Apa kamu tidak ingin beristirahat di rumah sakit? Bagaimana jika kamu terluka di bagiann lain? Apa dokter sudah memeriksamu,” ujarnya cemas memeriksa tubuh Candra. Candra juga mungkin menderita trauma karena kejadian hari ini. Marcus tidak sabar ingin membawanya agar diperiksa ke dokter. “Aku baik-baik saja, aku ingin beristirahat di kamarku sendiri.” Candra kemudian turun dari te
“Terus kenapa kamu masih di sini? Jika sebelumnya kamu sudah meninggalkan Negara ini, kejadian ini tidak akan terjadi,” potong Lily tajam.“Ada hal yang harus aku urus,” balas Candra menatap Lily memohon. “Aku akan meninggalkan negara ini, tapi aku ingin bersama Paman Hugo hanya sebentar saja.”Liera tertawa dingin. “Sangat tidak tahu malu. Beraninya kamu masih bertemu dengan pria yang sebentar lagi akan menikah. Diusia begitu muda, kamu sangat tidak tahu malu. Apa orang tuamu tidak pernah mengajarimu sesuatu?”Candra mengepalkan tangannya dengan mata memerah. Mengapa mereka terus mengejeknya tentang orang tuanya?Lily diam tidak menyela Liera.“Aku tidak punya orang tua, aku tidak pernah diajar,” balas Candra memelototi Liera.Liera menyeringai. “Benarkah? Aku dengar ayahmu sering mendatangi kampusmu dan mencarimu. Orang-orang di kampus sudah tahu tentang itu.”Mata Lily menyipit mendengar ucapan Liera. Dia menoleh menatapnya, “Ayahnya? Bukankah dia yatim piatu?"Wajah Candra memucat
Candra tidak bisa berkata mendengar kata-kata pria tua itu. Bagaimana dia memiliki seorang kakek yang tidak dikenal? Penampilan kakek itu bahkan tidak biasa. Dia terlihat seperti seorang ... dari anggota mafia. Candra bergidik melihat dua pengawal berwajah sangar di belakang pria tua itu. Yang satunya memiliki bekas luka mengerikan dan satunya memiliki tato yang mencolok berbentuk naga di sepanjang lehernya sampai ke dalam bajunya. Bahkan orang mengaku sebagai ‘kakek’nya sangat tinggi dan gagah, dia mengenakan pakaian serba hitam, tidak terlihat seperti kakek-kakek biasa. Hanya rambutnya saja putih. “Kamu kakek mereka? Bagaimana bisa? Apa kamu juga sama-sama berbohong dan menipu bersama mereka?” balas Lily menyipitkan matanya tajam dan ragu. Penampilan pria yang hampir seusia dengan suaminya terlihat megah dan glamor. Pengawalnya di belakangnya tampak tidak biasa. Apa mereka mengatur ini untuk menggertaknya? Pikir Lily menepis rasa takut di hatinya karena aura pria itu terlihat kej
Gregory bukan kakek yang baik baginya. Marcus telah merasakannya selama di keluarga Achilleo. “Candra tidak perlu kembali ke keluarga Achilleo, biarkan dia memilih hidupnya sendiri,” ujar Marcus. Raut wajah Gregory terlihat muram. “Apa kamu ingin tetap terus mengemis ke keluarga Wallington atau Hugo Wallington itu? Dia seorang bajingan yang menghamili seorang pelacur dan memiliki calon istri. Aku tidak akan membiarkan anggota keluarga Achilleo direndahkan,” ujarnya menggertakkan gigi. “Candra jika kamu tidak menurut, aku akan menghancurkan keluarga Wallington dan Hugo Wallington itu,” ancam Gregory dingin. Mata Lily melebar. “Apa kamu gila?!” Keluarga Wallington tidak bisa dibandingkan dengan keluarga Achilleo yang memiliki geng mafia. Candra tak kalah cemas. dia tidak tahu identitas ‘kakek’nya ini, tapi dia sepertinya orang yang berkuasa hingga berani mengancam untuk menghancurkan keluarga Wallington. Dia memandang Marcus memohon. “Kakak, apa kakek itu sungguh serius?” Ekspre
Hugo tidak melepaskan tangannya. “Aku ingin mandi. Panggil dokter nanti saja. Ini tidak serius,” kata Hugo dengan nada yang tidak bisa dibantah.Candra ingin membantah tapu Hugo menatapnya tajam.Dia menghela napas dan melepaskan tangan Hugo yang menahan lengannya.“Baiklah, aku akan memanggil perawat.”“Untuk apa memanggil perawat?” Hugo menahan tangannya, tidak ingin dia pergi memanggil perawat.“Paman bilang ingin mandi, tentu saja aku memanggil perawat untuk membantu Paman,” balas Candra dengan bingung.Hugo menatapnya tajam. “Kamu ingin perawat memandikan aku dan melihat tubuhku?”Candra menatapnya bingung. “Bukankah itu sudah perawat?”Selama Hugo di rumah sakit perawat juga yang membantunya mandi, kan?Hugo mendesah melihat tatapan bingung gadis muda di depannya. Tidak bisakah dia mengerti bahwa Hugo hanya ingin Candra membantunya mandi?“Perawat belum pernah memandikan aku. Aku sudah tiga hari tidak mandi.”Candra terdiam, tidak tahu bagaimana menanggapinya. “Jadi apa yang har
Candra balas menatap tajam. Untunglah dia yang memandikan Hugo lebih awal sebelum perawat itu datang. Memikirkan perawat itu memandikan dan menggosok Hugo membuatnya cemburu dan kesal.Perawat itu tidak profesional. Dia terlihat jelas ingin menggoda Hugo.Perawat itu mengalihkan pandangannya dan berdehem. “Kalau begitu aku akan menggantikan perbanmu Tuan Hugo.”“Tidak perlu, panggilkan dokter. Aku ingin berbicara dengan dokter,” balas Hugo acuh tak acuh.Perawat itu terlihat kecewa tapi tidak membantah permintaan Hugo. Dia segera keluar dan memanggil dokter.Candra berdiri di sisi ranjang Hugo dan bertanya. “Di mana Nyonya dan Tuan Wallington?”Sejak dia datang, Candra tidak melihat keberadaan Lily dan suaminya, terutama Liera. Biasanya kedua wanita itu selalu memantau kondisi Hugo, atau berjaga-jaga agar Candra tidak menemuinya.“Aku menyuruh mereka pulang untuk beristirahat,” balas Hugo.Candra tidak bertanya lagi lalu mengambil termos berisi bubur yang di bawa. Dia menuangkan bubur
“Tidak,” balas Candra serak dan menundukkan kepala agar Hugo tidak melihat dia menangis.“Benarkah?” Hugo meraih dagu gadis agar mendongak menatapnya. Dia melihat mata Candra berkaca-kaca dan basah. “Kamu menangis? Mengapa kamu menangis?” tanyanya dengan kening berkerut.Candra menggelengkan kepala. “Tidak, aku hanya mengantuk kok.”Candra mengusap matanya dan berpura-pura menguap. “Aku tidak tidur nyenyak semalam dan bangun pagi-pagi sekali untuk membuat bubur.”Hugo menatapnya lekat-lekat seolah mencari kebohongan dari mata gadis itu.Candra menguap hingga air matanya keluar. “Aku mengantuk. Bangunkan aku jika makan malam sudah selesai ....” Lalu dia dengan hati-hati memeluk pinggang Hugo agar menekan luka di perutnya dan bersandar di dada Hugo. Matanya terpenjam, dalam hitungan beberapa menit, dia sudah tertidur.Hugo mengamati gadis yang tertidur itu dan mendesah memeluk kepalanya di dadanya. Dia mencium kepala Candra dan memejamkan mata mencoba untuk tidur.Satu jam kemudian, Hug
Candra tidak menjawab, dia menatap bibir tipis Hugo sebelum menundukkan kepala mencium bibirnya. Ciumannya agak grogi dan gugup. Hugo merasa terkejut. Sudah lama sekali Candra tidak mengambil inisitif menciumnya. Tapi dia tidak membalas ciuman Candra dan menahan keinginannya untuk melumat bibirnya menggoda. Dia harus memberinya pelajaran hari ini. Merasa Hugo tidak membalas ciumannya membuat Candra agak cemas dan malu. Tapi Hugo tidak mendoronya. Candra agak berani memperdalam ciumannya, bibir menghisap bibir bawah pria itu dan menyapu lidahnya di sepanjang bibir Hugo. Hugo mengerang pelan dalam bibirnya, tangannya mencengkeram pinggang ramping gadis itu. Candra semakin berani menyelipkan lidahnya menggoda bibir Hugo, tanganya mengusap-ngusap dada pria itu dengan gerakan menggodanya. Pinggulnya mengosok pangkal paha Hugo, menggoda ‘junior’ pria itu. Napas Hugo semakin dalam, dia mengcengkeram pinggang gadis itu semakin erat. Salah satu tangannya meremas pantat Candra di balik cel