Gregory bukan kakek yang baik baginya. Marcus telah merasakannya selama di keluarga Achilleo. “Candra tidak perlu kembali ke keluarga Achilleo, biarkan dia memilih hidupnya sendiri,” ujar Marcus. Raut wajah Gregory terlihat muram. “Apa kamu ingin tetap terus mengemis ke keluarga Wallington atau Hugo Wallington itu? Dia seorang bajingan yang menghamili seorang pelacur dan memiliki calon istri. Aku tidak akan membiarkan anggota keluarga Achilleo direndahkan,” ujarnya menggertakkan gigi. “Candra jika kamu tidak menurut, aku akan menghancurkan keluarga Wallington dan Hugo Wallington itu,” ancam Gregory dingin. Mata Lily melebar. “Apa kamu gila?!” Keluarga Wallington tidak bisa dibandingkan dengan keluarga Achilleo yang memiliki geng mafia. Candra tak kalah cemas. dia tidak tahu identitas ‘kakek’nya ini, tapi dia sepertinya orang yang berkuasa hingga berani mengancam untuk menghancurkan keluarga Wallington. Dia memandang Marcus memohon. “Kakak, apa kakek itu sungguh serius?” Ekspre
Hugo tidak melepaskan tangannya. “Aku ingin mandi. Panggil dokter nanti saja. Ini tidak serius,” kata Hugo dengan nada yang tidak bisa dibantah.Candra ingin membantah tapu Hugo menatapnya tajam.Dia menghela napas dan melepaskan tangan Hugo yang menahan lengannya.“Baiklah, aku akan memanggil perawat.”“Untuk apa memanggil perawat?” Hugo menahan tangannya, tidak ingin dia pergi memanggil perawat.“Paman bilang ingin mandi, tentu saja aku memanggil perawat untuk membantu Paman,” balas Candra dengan bingung.Hugo menatapnya tajam. “Kamu ingin perawat memandikan aku dan melihat tubuhku?”Candra menatapnya bingung. “Bukankah itu sudah perawat?”Selama Hugo di rumah sakit perawat juga yang membantunya mandi, kan?Hugo mendesah melihat tatapan bingung gadis muda di depannya. Tidak bisakah dia mengerti bahwa Hugo hanya ingin Candra membantunya mandi?“Perawat belum pernah memandikan aku. Aku sudah tiga hari tidak mandi.”Candra terdiam, tidak tahu bagaimana menanggapinya. “Jadi apa yang har
Candra balas menatap tajam. Untunglah dia yang memandikan Hugo lebih awal sebelum perawat itu datang. Memikirkan perawat itu memandikan dan menggosok Hugo membuatnya cemburu dan kesal.Perawat itu tidak profesional. Dia terlihat jelas ingin menggoda Hugo.Perawat itu mengalihkan pandangannya dan berdehem. “Kalau begitu aku akan menggantikan perbanmu Tuan Hugo.”“Tidak perlu, panggilkan dokter. Aku ingin berbicara dengan dokter,” balas Hugo acuh tak acuh.Perawat itu terlihat kecewa tapi tidak membantah permintaan Hugo. Dia segera keluar dan memanggil dokter.Candra berdiri di sisi ranjang Hugo dan bertanya. “Di mana Nyonya dan Tuan Wallington?”Sejak dia datang, Candra tidak melihat keberadaan Lily dan suaminya, terutama Liera. Biasanya kedua wanita itu selalu memantau kondisi Hugo, atau berjaga-jaga agar Candra tidak menemuinya.“Aku menyuruh mereka pulang untuk beristirahat,” balas Hugo.Candra tidak bertanya lagi lalu mengambil termos berisi bubur yang di bawa. Dia menuangkan bubur
“Tidak,” balas Candra serak dan menundukkan kepala agar Hugo tidak melihat dia menangis.“Benarkah?” Hugo meraih dagu gadis agar mendongak menatapnya. Dia melihat mata Candra berkaca-kaca dan basah. “Kamu menangis? Mengapa kamu menangis?” tanyanya dengan kening berkerut.Candra menggelengkan kepala. “Tidak, aku hanya mengantuk kok.”Candra mengusap matanya dan berpura-pura menguap. “Aku tidak tidur nyenyak semalam dan bangun pagi-pagi sekali untuk membuat bubur.”Hugo menatapnya lekat-lekat seolah mencari kebohongan dari mata gadis itu.Candra menguap hingga air matanya keluar. “Aku mengantuk. Bangunkan aku jika makan malam sudah selesai ....” Lalu dia dengan hati-hati memeluk pinggang Hugo agar menekan luka di perutnya dan bersandar di dada Hugo. Matanya terpenjam, dalam hitungan beberapa menit, dia sudah tertidur.Hugo mengamati gadis yang tertidur itu dan mendesah memeluk kepalanya di dadanya. Dia mencium kepala Candra dan memejamkan mata mencoba untuk tidur.Satu jam kemudian, Hug
Candra tidak menjawab, dia menatap bibir tipis Hugo sebelum menundukkan kepala mencium bibirnya. Ciumannya agak grogi dan gugup. Hugo merasa terkejut. Sudah lama sekali Candra tidak mengambil inisitif menciumnya. Tapi dia tidak membalas ciuman Candra dan menahan keinginannya untuk melumat bibirnya menggoda. Dia harus memberinya pelajaran hari ini. Merasa Hugo tidak membalas ciumannya membuat Candra agak cemas dan malu. Tapi Hugo tidak mendoronya. Candra agak berani memperdalam ciumannya, bibir menghisap bibir bawah pria itu dan menyapu lidahnya di sepanjang bibir Hugo. Hugo mengerang pelan dalam bibirnya, tangannya mencengkeram pinggang ramping gadis itu. Candra semakin berani menyelipkan lidahnya menggoda bibir Hugo, tanganya mengusap-ngusap dada pria itu dengan gerakan menggodanya. Pinggulnya mengosok pangkal paha Hugo, menggoda ‘junior’ pria itu. Napas Hugo semakin dalam, dia mengcengkeram pinggang gadis itu semakin erat. Salah satu tangannya meremas pantat Candra di balik cel
Lima tahun kemudian.Langit biru cerah dan angin bertiup lembut. Taman hiburan tampak hidup dan meriah.Gadis itu memandang langit musim panas dan memejamkan mata menikmati sinar matahari bersinar cukup cerah.Dia cantik berada di usia muda 25 tahun, kecantikannya mekar dengan indah. Jejak naif dan polos seorang gadis memudar dengan kecantikan wanita dewasa. Dia menarik perhatian beberapa pria yang lewat.Candra memuka mata, memperlihat matanya yang cerah dan cemerlang, namun menyimpan jejak kesedihan.Lima tahun telah berlalu, kota ini tak begitu banyak perubahannya. Kerinduannya begitu besar terhadap kota ini, begitu banyak kenangan yang tak mudah dilupakan di sini. Candra telah kembali ke kota di mana dulu ia memiliki story dan kenangan yang begitu membekas untuk dirinya.Bagaimana kabarnya kamu paman Hugo?Pasti saat ini dia sudah bahagia menikah dengan perempuan itu.Candra mendesah. Tak ada gunanya lagi mengingat semuanya jika saat ini paman Hugo sudah menjadi milik perempua
“Kamu tidak usah takut dengan kakak. Kakak tidak jahat kok, jadi adik kecil jangan menangis lagi ya. Tenang saja, Kakak akan bantuin kamu kok.” Candra terus mengajak anak kecil tersebut berbicara, meskipun ia tetap bungkam tak mau bicara sepatah kata pun.“Ayo sini..! Ikut dengan kakak. Kita cari keberadaan orang tua kamu ya,” ujar Candra mengulurkan tangannya pada anak kecil itu.Anak itu seolah mengerti dan menghapus air matanya. dia mengulurkan tangan kecilnya meraih tangan wanita di depannya.Candra tersenyum hangat meremas tangan kecilnya. Dia pun menggendong dan mengajaknya menuju ke arah ruangan bagian informasi. Candra berpikir jika anak tersebut adalah anak hilang, mungkin dengan bantuan bagian informasi dapat mempertemukan kembali anak kecil yang terpisah dari orang tuanya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.Anak kecil tersebut saat ini berada dalam gendongan Candra tidak menangis dan memeluk leher Candra saat dibawa masuk ke pusat informasi taman hiburan.Candra mendeka
Candra merasa sedih atas sikap Hugo Wallington bersikap dingin dan mengabaikannya. Dia meninggalkan taman hiburan dan kembali ke hotel tempat dia menginap. Candra gelisah terus memikirkan pertemuannya dengan Hugo. Dia berusaha menahan diri untuk tidak mencari tahu tentang pria itu selama lima tahun sejak dia meninggalkannya. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan keinginannya dan menelepon seorang asisten yang mengurus semua keperluannya. Dia menyuruh asistennya mencari tahu tentang Hugo selama lima tahun ini. Setelah itu Candra menunggu informasi dari asistennya semalaman. Beberapa jam kemudian asistennya datang ke kamar hotelnya. “Bagaimana, Vivi?” Candra bertanya gelisah meraih tangan wanita itu. “Nona muda, Tuan Wallington tidak pernah menikah, tapi dia memiliki seorang anak yang sampai saat ini masih dia sembunyikan dari mata publik. Ibu dari anak itu, mantan pelacur Tuan Wallington meninggal saat melahirkan.” Mata Candra melebar, jantung berdegup kencang merasa senang karena