Hugo berjalan cepat di lobi hotel. dia baru selesai mengadakan pertemuan kerja sama dengan pihak perusahaan asing.“Tidak ada agenda lagi?” Hugo bertanya pada Andrew yang berjalan di sisinya.Andrew berdeham. “Sebenarnya ada Tuan. Tuan Krum dari K Corporatian mengubah jadwal mereka mendadak tadi sore jadi malam ini jam 10 di Night Star Club.”Hugo menggeram. “Mereka seenaknya saja. Batalkan. Aku tidak akan datang,” ujar Hugo melonggarkan ikatan dasinya. Dia hampir tidak bisa beristirahat hari ini karena rapat dan agenda dengan pihak investor.Hugo ingin beristirahat dan menemui Candra. Beberapa hari ini membuatnya sibuk hingga dia tidak memiliki waktu untuk menemui kekasihnya.Pihak dari perusahaan keluarga Walton tidak terima karena Hugo memutuskan perjodohan dengan Liera Walton hingga menyerang bisnis WLT Group dan menyebabkan saham perusahaan turun namun tidak berdampak serius. Akan tetapi anggota dewan tidak puas dengan Hugo yang menyebabkan putusnya kerja sama dengan perusahaan W
Hugo mengemudikan mobilnya mengikuti lokasi gps yang dikirim Carter. Malam semakin larut membuat kecemasan Hugo terus meningkat. Dia mengemudi hampir keluar kota dan berhenti di sebuah bekas paprik kosong.Dia berhenti sejenak untuk menarik napas dalam-dalam dan menelepon Carter melalui nomor ponsel Candra.“Aku sudah di lokasi, di mana Candra?” ujarnya dengan suara teramat dingin memandang paprik kosong di depan mobil. pagar yang tertutup membuatnya tidak bisa menerobos dengan mobilnya.“Apa kamu membawa uangnya?”“Ya.”“Apa kamu melihat gudang dengan pintu biru?”Hugo mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan menemukan gudang dengan pintu biru berada tak jauh di depannya. Tempat itu kosong dan pintu gudang tertutup, tidak ada tanda-tanda seseorang berada di dalam.“Aku lihat. Di mana kamu?”“Kamu harus turun dari mobil dan keluarkan uangmu,” perintah Carter.Hugo menggeram. “Kamu harus memperlihatkan Candra padaku?”Terdengar tanggapan Carter mendengus. Tak lama kemudian pintu guda
Hugo memelototinya dan tetap dia di tempatnya. Dia mengawasi pisau di leher Candra dengan hati.Rekan Carter segera memeriksa uang di dalam tas dan melihat semuanya asli memenuhi tas itu.“Ini benar-benar uang!” serunya yang disambut teriakan oleh rekan-rekan di belakangnya.Carter menyeringai serakah. “Bawa tas itu, cepat!”“Lepaskan Candra lebih dulu!” geram Hugo menahan salah satu tas yang hendak dibawa pergi.Carter mendengus. “Tidak, kita harus mendapatkannya dulu,” balasnya menyeringai lalu memberi isyarat pada rekannya.Rekannya mengangguk dan menarik paksa tas itu dari tangan Hugo.Hugo menggertakkan gigi tidak mencegah saat pria itu membawa dua itu pergi.“Lepaskan Candra,” desisnya menatap Carter dingin. Tangannya gatal ingin mengambil pistol di belakangnya.Carter menyeringai lalu mendorong Candra ke samping dan menerjang ke depan. Pisaunya menusuk perut Hugo dalam sekejap. “Tidak mungkin. Aku tidak akan menyerahkan putriku yang cantik. Dia pelacur yang manis, bukan?” Dia t
“Apa Hugo terluka karena kamu?” Tubuh Candra bergetar dan terisak. Kepalanya tertunduk dan tidak berani menjawab Lily. Lily meraih kerah bajunya geram. “Itu pasti kamu, kan? Kamu menyebabkan anakku terluka!” “Nyonya, tenanglah ….” Andrew buru-buru memisahkan Lily dari Candra dan melindungi gadis itu. Alphard juga meraih istrinya dan meremas bahunya menenangkan lalu menatap Andrew tenang. “Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Hugo bisa terluka?” “Ini ….” Andrew terlihat ragu-ragu untuk menjawab. Dia melirik Candra yang gemetar di belakang. Suara isakannya terdengar samar-samar. Reaksi Lily terlihat sangat jelas bahwa dia takan marah dan tidak terima Hugo terluka karena Candra. Andrew tidak bisa melindungi gadis itu dari amukan keluarga Wallington jika tahu berita yang sebenarnya, apalagi mendengar uang tebusan 100 juta dolar untuk menebus Candra yang diculik. “Mari kita tunggu sampai Tuan Hugo selesai di operasi,” ujarnya menatap orang tua Hugo di depannya. “Tidak jel
Mata Andrew seketika melebar. “Dia adalah ayah kandungmu? Bagaimana bisa?”Candra menundukkan kepala dan meremas tangannya di atas paha.“Aku minta maaf, selama ini aku berbohong. Ayahku tidak meninggal. Dia seorang pemabuk dan suka berjudi. Ketika kecil, aku dan Marcus melarikan diri saat dia hendak menjualku untuk membayar hutang judinya. Aku tidak pernah bertemu dengannya selama bertahun-tahun dan tidak tahu apa yang terjadi padanya. Aku berharap tidak akan pernah bertemu dengannya dan menganggapnya sudah mati. Maafkan aku sudah berbohong selama ini,” bisiknya menundukkan kepalanyaAndrew menghela napas mengelus rambut Candra. Dia tidak menyalahkan gadis itu. gadis itu sudah menjalani masa kecil yang pahit dan hampir dijual untuk melunasi hutang judi ayahnya.“Jangan khawatir, dia dan rekan-rekan penjahatnya sudah ditangkap polisi. Mereka mungkin tidak akan bebas,” ujarnya berhenti sejenak dan bergumam dengan kening berkerut. “Bagaimana bisa ada ayah yang seperti itu. Menjual dan
Andrew tersenyum. “Kamu harus berterima kasih pada Tuan Hugo. Dia mengeluarkan uang 100 juta dolar untuk menebus Candra dan serta membawa polisi menangkap ayah kalian....” dia berhenti sejenak untuk menatap Marcus saat menyebutkan Carter.Raut wajah Marcus sesaat terkejut. “Dia berada di balik semua ini? Dasar bajingan tua !” Suaranya terdengar keras menarik perhatian perawat dan pasien yang berada di ruangan itu.Andrew mengangkat alis menatap pemuda itu. kata-kata Marcus agak kasar terhadap ayahnya sendiri. Tapi mengingat cerita Candra, dia tidak heran lagi. Carter memang bukan ayah baik dan dibenci oleh anak-anaknya.“Ya, dia sudah ditangkap dan berada di kantor polisi. Kamu menemuinya jika kamu mau,” kata Andrew.Marcus tidak menanggapi, tapi rahangnya mengeras.Andrew menghela napas dan menepuk pundak Marcus sekali lagi. “Baiklah aku akan meninggalkan kalian berdua.” Dia berjalan pergi meninggalkan kedua kakak beradik.“Kakak ....” Candra menarik lengan baju Marcus lemah. “Apa ka
Ekspresi Marcus terlihat tidak puas. Itu tidak cukup untuk melampiaskan amarahnya. Candra juga tidak ingin Marcus berkelahi. Lagi pula Carter sudah ditangkap. “Aku ingin pulang,” gumamnya. Dia sangat lelah hari ini. Lily dan Liera juga tidak akan membiarkannya kembali ke ruang operasi Hugo atau menemui Paman Hugo. Candra tidak tahu bagaimana kabar Hugo sekarang. Dia ingin tidur dan beristirahat agar memiliki tenaga berurusan dengan ketidaksukaan Lily dan Liera yang licik. Raut wajah Marcus berubah lembut melihat ekspresi lelah di wajah adiknya. memar parah di wajahnya membuatnya merasa sakit sendiri. "Apa kamu tidak ingin beristirahat di rumah sakit? Bagaimana jika kamu terluka di bagiann lain? Apa dokter sudah memeriksamu,” ujarnya cemas memeriksa tubuh Candra. Candra juga mungkin menderita trauma karena kejadian hari ini. Marcus tidak sabar ingin membawanya agar diperiksa ke dokter. “Aku baik-baik saja, aku ingin beristirahat di kamarku sendiri.” Candra kemudian turun dari te
“Terus kenapa kamu masih di sini? Jika sebelumnya kamu sudah meninggalkan Negara ini, kejadian ini tidak akan terjadi,” potong Lily tajam.“Ada hal yang harus aku urus,” balas Candra menatap Lily memohon. “Aku akan meninggalkan negara ini, tapi aku ingin bersama Paman Hugo hanya sebentar saja.”Liera tertawa dingin. “Sangat tidak tahu malu. Beraninya kamu masih bertemu dengan pria yang sebentar lagi akan menikah. Diusia begitu muda, kamu sangat tidak tahu malu. Apa orang tuamu tidak pernah mengajarimu sesuatu?”Candra mengepalkan tangannya dengan mata memerah. Mengapa mereka terus mengejeknya tentang orang tuanya?Lily diam tidak menyela Liera.“Aku tidak punya orang tua, aku tidak pernah diajar,” balas Candra memelototi Liera.Liera menyeringai. “Benarkah? Aku dengar ayahmu sering mendatangi kampusmu dan mencarimu. Orang-orang di kampus sudah tahu tentang itu.”Mata Lily menyipit mendengar ucapan Liera. Dia menoleh menatapnya, “Ayahnya? Bukankah dia yatim piatu?"Wajah Candra memucat