Share

Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda
Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda
Author: Rira Faradina

Bab 1

Author: Rira Faradina
last update Last Updated: 2024-04-04 21:26:10

"Gadis jelek itu, dandanannya ... iih, sama sekali bukan tipeku." Aku merutuk dalam hati.

"Rei, kenalkan ini Aluna," ucap mama memperkenalkan kami.

"Tuh, benar kan," cibirku dalam hati dengan wajah cemberut.

Wajah gadis itu menunduk malu ketika pertama kali kami bertemu, matanya mengerjab beberapa kali saat mama mengenalkannya padaku. Sungguh, tak kusangka jika akhirnya aku menerima perjodohan ini. Perjodohan konyol dan tak masuk akal.

Namanya Aluna, gadis yang baru berusia sembilan belas tahun, yang rencananya akan dinikahkan papa denganku.

Yah, denganku. Reshwara Anindra Sastrodirjo. Pemuda tampan dan mapan di usia yang hampir menginjak tiga puluh tahun. Pemuda yang banyak diimpikan setiap wanita ini, malah akan menikahi seorang gadis yang masih remaja.

Hei ... tidak! jangan mengira aku tidak laku karena belum juga menikah, tapi karena aku memang menginginkan seorang wanita yang cantik dan sempurna untuk mendampingiku.

Tapi, gadis ini? apa kata orang jika mereka mengetahui gadis bau kencur ini yang akan mendampingiku kelak? Bagaimana pikiran para karyawanku bila melihatku yang cerdas dan berwibawa ini bersanding dengannya. Lalu, mau taruh di mana harga diriku ini?

Ah, rasanya aku tak sanggup ditertawakan jika mereka tahu bahwa Reshwara, seorang direktur utama sebuah perusahaan besar, putra dari seorang pengusaha sukses dan ternama negeri ini tiba tiba menikahi seorang anak kecil yang masih remaja. Benar benar bisa hancur hidupku kelak.

"Rei, bagaimana, Luna manis, kan?" tanya mama meminta pendapatku.

Aku menatap malas ke arahnya. Gadis itu cukup manis meski tanpa polesan make-up tebal di wajahnya, hanya bedak tipis saja yang kulihat. Sangat berbeda dengan para wanita yang mengelilingiku selama ini. Cantik, modis dan tentunya berkelas.

"Rei, ditanya kok malah bengong?"

"Iya, dia manis," jawabku datar.

"Cuma begitu saja," cibir mama.

"Lalu, aku harus bagaimana, Ma? Kan, ini hanya perkenalan saja," Protesku.

Mama memang aneh. Masa aku harus tersenyum, membuatnya merasa senang begitu atau langsung mengajaknya keluar untuk berkencan. No way. Itu tak mungkin kulakukan. Karena hal bodoh seperti itu hanya dilakukan oleh para wanita yang selalu mengejarku selama ini.

"Aluna akan menjadi istrimu, Rei. Bersikap baiklah padanya. Papa dan mama juga sudah menetapkan hari dan tanggal pernikahan kalian, tanggal delapan bulan depan, bagaimana menurutmu?"

Kerongkonganku langsung tercekat begitu mendengarnya. Tanggal delapan, itu tak sampai sebulan lagi.

Mama gi la!

"Kenapa baru memberi tahuku? Tak bisakah kalian mendiskusikannya dulu denganku, bahkan tanggalnya pun sudah kalian tetapkan?" Aku memprotes, memberikan perlawanan.

Sungguh aku tak bisa mempercayai semua ini. Bisa-bisanya orang tuaku melakukan hal menyedihkan ini padaku. Pada seorang Reshwara yang tampan ini.

"Lho, mengapa kau terkejut seperti itu, Sayang? Bukankah lebih cepat lebih baik. Pacaran setelah menikah, kan lebih nikmat. Tak perlu khawatir jika kalian mau langsung punya anak," bujuk mama.

"Anak!"

Hii ... tubuhku langsung bergidik.

Jangankan untuk berpikir punya anak darinya. Berdekatan dengannya saja aku malas. Pikiran mama terlalu jauh.

Aku membuang muka, kulirik gadis itu masih menunduk. Hmm, kelihatannya gadis yang penurut. Mungkin pikiranku saja yang terlalu negatif. Sudahlah, jika nanti aku tak nyaman dengan pernikahan ini. Kan, bisa kuceraikan saja dia. Bukankah papa hanya memintaku untuk menikahinya saja?

***

Keesokan harinya.

Seharian ini pikiranku kacau. Ditambah dengan beberapa tumpukan laporan yang salah dikerjakan oleh para karyawan membuatku begitu kesal. Ini semua pasti karena gadis itu. Gadis yang akan membuat hidupku menuju derita dan kesengsaraan.

Bukan tak ingin menolak, tapi karena aku tak punya kuasa untuk menolaknya. Papa mengancam akan mencoret namaku dari daftar penerima harta warisannya. Jika aku ditendang oleh keluarga Sastrodirjo, maka habislah semua. Tak akan ada lagi kenyamanan, kemewahan dan rasa hormat orang- orang padaku.

Aluna, gadis yang akan ku nikahi hanyalah seorang gadis biasa saja. Meskipun aku tak begitu banyak tahu tentang latar belakangnya, aku yakin tak ada sesuatu yang istimewa dari gadis yang hanya tamatan SMA seperti dirinya. Selain postur tubuhnya yang ramping dan tinggi, yang lain semuanya tampak biasa saja. Sangat jauh berbeda dengan Saskia, supermodel papan atas yang saat ini sedang ku kencani.

Hanya karena sebuah hutang budi aku diminta papa menikahinya. Hutang budi papa pada Alm. Bapaknya yang telah meninggal tiga bulan lalu. Sungguh, kadang orang tua memang aneh. Mereka yang berhutang, tapi anak mereka yang disuruh membayarnya. Mau dikemanakan wajah tampan ini jika akhirnya tetap saja menikahi gadis jelek itu.

Benar benar konyol.

Ketukan pintu terdengar, tampak wajah Sarah, sekretarisku yang cantik dan bahenol, menyembul dari balik pintu.

"Masuk!" Perintahku yang langsung dituruti olehnya, tampak ditangannya setumpuk dokumen yang kuminta.

"Ini laporan yang bapak minta," lapor Sarah.

"Letakkan saja di sana. Nanti akan kuperiksa," Titahku.

"Baik, Pak."

"Ehm ... " ucapnya ragu.

"Ada apa lagi?"

"Di luar ada Mbak Saskia, Pak."

"Saskia? Suruh masuk!" Perintahku cepat.

"Baik pak."

Ah, Saskia benar benar sosok kekasih idaman. Ia seakan tahu jika hatiku sedang gundah. Selama ini jika melihat wajah cantiknya selalu mampu membuatku merasa sempurna. Wanita berkelas yang cocok denganku, Reshwara yang tampan dan mapan.

"Sayang!" panggilnya manja begitu melangkah masuk kedalam ruang kerjaku.

"Hai, cantik."

Ia langsung duduk di pangkuanku, oh tuhan, bibirnya begitu merah menggoda. Ditambah pakaian yang dikenakannya cukup ketat yang mampu mencetak beberapa bagian tubuhnya. Membuat naluri lelakiku tiba tiba bergairah.

Tangan Saskia mulai bermain di wajahku, membuat fokus pandanganku pada layar monitor ini terganggu. Wangi parfumnya yang kusukai begitu menggoda seakan membuatku ingin segera melahapnya.

"Sayang!"

Suara Saskia terdengar begitu menggoda. Sial, pikiranku kini mulai bercabang. Senyum manis yang diperlihatkannya membuatku menelan ludah.

Aku benar kan!

Reshwara. Seorang pria tampan dan mapan, bisa mendapatkan wanita manapun yang disukainya. Kini lihatlah. Seorang supermodel cantik kelas atas negeri ini sedang mencari cara agar bisa merayuku.

"Ayolah, aku sedang kerja. Jangan menggangguku dulu."

"Apa kau yakin tidak ingin menghabiskan waktu bersama denganku?" Ia mulai menggoda.

"Nanti saja, aku benar benar harus mengerjakan laporan ini." Aku mencari- cari alasan. Sebenarnya sih bisa saja kutinggalkan, tapi aku tak mungkin menyerah begitu saja. Ini harga diri seorang Reshwara yang dipertaruhkan. Aku tak mau begitu mudah jatuh dalam pelukannya. Seperti kata teman temanku yang lain, Wanita akan semakin mendekat bila kita jual mahal. Mereka akan semakin tertarik pada pria yang diam dan tak terlalu banyak bicara.

Tangan Saskia kembali menyentuh wajahku. Dan sungguh, ia membuat konsentrasi buyar. Kucoba untuk tenang dan memperlihatkan wajah datar padanya.

"Oh ayolah baby. Come on! Matikan dulu komputermu dan lihat aku," Ia mulai mengeluarkan jurus rayuannya.

Kalian bisa lihat kan, betapa inginnya para wanita ini untuk bisa menghabiskan waktu bersama denganku. Bahkan berusaha keras merayuku.

"Reshwara. Kau memang beruntung. Tentu saja, karena aku begitu tampan dan mapan." Aku berbisik pelan, memuji diri sendiri.

Tetapi, mengapa tiba-tiba wajah polos Aluna berkelebat tepat di saat wajah Saskia kini hanya beberapa centimeter saja dariku. Merusak moodku yang tadi begitu menggebu.

"Ada apa?"

Tanya Saskia yang terkejut karena tiba tiba tubuhnya kudorong ke belakang.

"Tidak. Tiba tiba saja aku ingin ke toilet," Aku mencari alasan.

Aku bangkit dan berjalan menuju kamar kecil yang berada di dekat pintu masuk. Entah mengapa, gairah yang tadi begitu menggebu seketika menghilang begitu wajah gadis polos itu melintas.

Rasanya begitu kesal.

Mungkinkah seorang Reshwara yang tampan dan mapan ini kalah dengan pesona gadis sederhana itu? Tidak mungkin. Aku tak akan membiarkan hal itu terjadi.

Gadis itu yang harus bertekuk lutut padaku!

Related chapters

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 2

    Aku melangkah malas ke ruang keluarga. Papa bilang ingin membicarakan sesuatu padaku. Ah, aku yakin, pasti pembicaraan tentang pernikahanku yang tentunya akan membuatku bosan.Aku masih tak mengerti dengan jalan pikiran papa. Apa untungnya menikahkanku dengan Aluna? Bukankah masih banyak gadis lain yang lebih baik darinya. Kenapa tidak memilih salah satu anak perawan dari kolega bisnis papa, seperti anak Pak Handoko yang baru saja lulus dari luar negeri itu? Entahlah. Pikiran papa terkadang kampungan."Kau sudah datang, Rei? Ayo sini duduk dulu," Papa menyapa ketika melihatku yang baru saja tiba.Aku memasang wajah datar, lalu mengambil posisi duduk yang nyaman di sofa, tak hanya papa, ada mama dan Raina disana."Minggir," usirku pada Raina, adik perempuan semata wayangku."Apaan sih, mas. Kan bisa duduk disana. Aku sudah lebih dulu duduk di sini," Ketus Raina sambil memonyongkan bibirnya. "Aku maunya disini," Dengan terpaksa, adikku itu menggeser tubuhnya."Kau benar-benar menyeba

    Last Updated : 2024-04-04
  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 3

    Angin sepoi-sepoi mengiringi kepergian kami. Hembusan angin juga nampak membelai lembut rambut panjang Luna yang diikat ke belakang. Penampilannya sederhana dengan make up tipis dan poni yang disisir menyamping, tetap saja tak membuatku terpesona.Aku sengaja membukakan pintu mobil untuknya, karena menyadari tatapan mata mama yang masih memperhatikan kami. Kulakukan ini karena malas akan mendengar siraman rohani dari mama bila tidak memperlakukan calon menantu kesayangannya dengan baik. Meski semua sikap baik ini penuh kepalsuan dan kepura-puraan, tetap saja ada rasa emosi dan kesal dalam dada karena biasanya para wanita yang seharusnya memanjakanku.Perlahan, mobil yang ku kendarai bergerak menjauh meninggalkan rumah. Kulirik, gadis ini masih diam dan menatap keluar jendela, seakan-akan aku adalah sopir pribadinya. Aku membiarkannya saja, sepanjang perjalanan kami hanya diam. Aku sengaja fokus menyetir tak mengajaknya bicara. Lagipula, aku tak tahu apa yang bisa dibicarakan dengan g

    Last Updated : 2024-04-04
  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 4

    "Halo semua! maaf, terlambat. Biasa, macet di jalan," sapa Ayu pada kami.Ayu masih cantik seperti dulu, bahkan semakin cantik. Dengan mengenakan dress selutut berwarna maroon, ditambah riasan wajah yang flawless, membuat siapapun tak akan berkedip menatapnya.Ia mengambil posisi duduk tepat di sebelah kananku. Ada rasa bangga ketika melihat ia lebih memilih duduk di dekatku dari pada di kursi kosong yang ada di antara Alex dan Agung."Kau semakin tampan saja, Rei." Sapaannya membuatku menegakkan punggung."Ah, biasa saja." Aku melempar senyum bangga."Sudah sukses sekarang ya, itu mobilmu ya?" tanyanya sambil menunjuk ke arah mobil kesayanganku."Tentu saja," jawabku sambil menyilang kan kaki. Ah, lihatlah. Pandangan mata Ayu nampak begitu terpukau saat melihat mobil kesayanganku. Aku yakin saat ini ia juga mulai terpesona denganku. Pada Reshwara yang tampan dan mapan ini.Ah, mengapa aku sangat menikmati tatapan mata itu."Kudengar kau sudah menikah?" Tanyaku kemudian."Iya, tapi p

    Last Updated : 2024-04-04
  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 5

    (5)Keesokan harinya,"Bagaimana menurutmu, Rei? Apakah masih ada yang belum masuk?" Tanya mama begitu baru saja menghempas bobot tubuh ini ke sofa. Lalu menyodorkan lembaran kertas bertulis nama-nama orang."Apaan ini, Ma? lagipula apa nya yang belum masuk?" tanyaku sambil memperhatikan nama yang tertulis."Itu daftar para tamu yang akan diundang ke acara akad nikah kalian," Jawab mama enteng."Daftar para tamu undangan?""Akad nikah?"Iya, sayang. Pernikahanmu kan tinggal dua minggu lagi, jadi kita harus mempersiapkannya dari sekarang.""Kan cuma ngucapin akad saja, ma. Tak perlu lah pesta mewah, akhir bulan aku sibuk dengan rapat dan laporan bulanan," tolakku sambil mencari cari alasan.Tentu saja aku tak ingin pernikahan ini diselenggarakan meriah, setidaknya untuk sekarang, aku tak ingin orang tahu jika sebentar lagi aku akan menikah. Bagaimana nanti wibawaku jika mereka tahu istriku hanya seorang remaja yang hanya lulusan SMA. Ah, membayangkannya saja sudah membuatku pusing.Se

    Last Updated : 2024-04-04
  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 6

    Wangi shampoo menguar begitu Luna keluar dari kamar mandi. Rambut basahnya yang terbungkus handuk dengan wajah yang masih terlihat basah karena tetesan air, ditambah bi birnya yang begitu ranum merekah, membuat desiran di dada bahkan sesuatu di bawah juga ikut berdenyut.Mataku menjelajah, membayangkan semua bagian tubuhnya di balik kimono merah yang dipakainya. Namun, begitu membayangkan bagaimana kuatnya Luna memb4nting pencopet waktu itu, seketika membuatku menelan ludah.Ini adalah malam pertama kami setelah tadi siang mengucapkan ijab kabul. Aku masih duduk di kursi berpura-pura memainkan ponsel sambil melirik dan mencuri pandang ke arahnya, memperhatikan apa yang sedang dilakukannya sekarang.Ia menarik handuk kecil yang membungkus rambutnya lalu menggosokkan dengan tujuan untuk mengeringkan sisa air yang masih ada di sana. Tak lama, ia lalu melangkah menuju ke sebelah lemari, mengeluarkan sebuah koper dan menarik resletingnya, mengeluarkan sebuah setelan piyama bercorak hijau f

    Last Updated : 2024-04-04
  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 7

    Mata mama masih melihatku dengan penuh curiga. Aku lupa jika gadis itu menantu kesayangannya. Lagipula, ada di mana gadis itu? menyusahkankanku saja.Di tengah kebingunganku, tiba-tiba pintu kamar mandi berderit, tak lama, kemudian terbuka lebar. Tampak keluar dari sana Luna yang sudah rapi, lalu menyambut kedatangan mama dengan sopan."Mama," sapa Luna sembari mencium punggung tangan mama."Ah, syukurlah. Mama pikir kau di usir Rei tadi malam. Mama hanya khawatir, untunglah sepertinya Rei tidak menganggumu," balas Mama sambil tersenyum manis pada menantu kesayangannya itu."Wah, rambutnya masih basah, berarti terjadi sesuatu dong semalam, pantas si bu4ya comberan itu nampak kesal dibangunkan, rupanya sudah belah duren toh," Ledek Raina terkikik."Iya-iya, aduh mama lupa jika kalian baru saja menikah." "Mama lupa atau sengaja pura pura lupa?" sindirku."Sengaja." Raina menjawabnya sambil nyengir kuda."Hei sudahlah! Mama kesini mau ajak Luna sarapan. Kau pasti belum sarapan, kan? Rei

    Last Updated : 2024-04-04
  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 8

    Rumah berlantai dua dengan model Mediterania klasik ini langsung terlihat begitu mobilku berbelok, rumah yang dibeli papa sebulan sebelum pernikahanku seakan menjadi ungkapan kebahagiaannya.Mobil yang kukemudikan kini berhenti tepat sempurna di depan pintu masuk utama rumah ini. Ku pindai pandangan ke sekeliling bangunan, mengagumi keindahan eksterior rumah ini.Sebuah Pohon Flamboyan merah terlihat begitu kokoh di sudut kanan, pohon dengan rantingnya yang lebat dan bunganya yang berwarna kemerahan itu seolah ingin memberikan kesan indah dan berbeda. Aku memuji selera dan pilihan papa. Dalam sekali lihat, aku sudah menyukai rumah baruku ini.Reshwara, harusnya kau tahu jika papa sangat menyayangimu. Yang harus kau lakukan adalah menjalani pernikahan ini saja, jika nantinya memang tidak ada kecocokan antara kalian, bukankah itu alasan yang bagus untuk menceraikannya?Lagipula, hanya sedikit orang saja yang tahu jika kau sudah menikah. Tentu itu sangat baik untuk kepopuleranku. Dengan

    Last Updated : 2024-05-08
  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 9

    Aku masih terpaku menatapnya, Ia masih di sana terlihat menoleh terus ke sisi kirinya, tak lama, sebuah taksi on-line berhenti di dekatnya.Tanpa menoleh, gadis itu langsung naik ke dalam taksi tersebut. Sejenak aku merasa kesal, mengapa ia tak mencoba meminta tumpangan padaku. Bukankah, kampusnya dan kantorku searah?Baru kali ini ada seorang gadis yang membuang pandangan dariku, seolah tak tertarik dengan pesona seorang Reshwara yang tampan dan mapan. Tak tahukah gadis itu, jika seharusnya ia banyak bersyukur karena bisa menikah denganku.Ah, pagi ini suasana hatiku seketika buruk.Taksi yang ditumpangi Luna sudah bergerak menjauh meninggalkan rumah ini. Segera, ku letakkan kasar tas kerjaku dan mulai menyalakan mobilnya. Seperti biasa, Sekretarisku Sarah, langsung menyapa begitu tiba di kantor. Tubuh seksi dan senyumannya yang menggoda selalu bisa membuat suasana hatiku membaik. Setidaknya, dengan begini, rasa kesalku bisa sedikit terlupakan. "Selamat atas pernikahannya, Pak," uj

    Last Updated : 2024-05-08

Latest chapter

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 50

    Aaww! Teriakku cukup keras saat Luna menekan kasar bagian memar di bagian pelipisku, seperti di lakukannya dengan sengaja. Ah, mengapa aku sampai lupa jika ia adalah Mak lampir. "Dasar Mak lampir, kau sengaja melakukannya untuk membunuhku, ya?" Ucapku yang tanpa sadar kelepasan bicara. "Apa? Kau mengataiku Mak lampir?" Mata Luna melotot padaku. "Ah, itu ... Hehe! lagipula kau memang seperti Mak Lampir." Kupaksakan bibirku tersenyum. "Kau mau memar-mu ini kutambah, mas?" ancam Luna cemberut, ah, mengapa aku baru sadar jika ia ternyata semanis ini. "Iya, Jika kau yang melakukannya, aku tak akan menolak," ujarku dengan cepat menarik tubuhnya ke dalam pelukanku. "Kau tahu, sepertinya aku telah jatuh cinta pada seorang mak lampir yang cantik," bisikku di telinganya. "Mulai sekarang, maukah kau menerima pria bodoh ini menjadi suamimu?" Lanjutku lalu mengurai sedikit pelukanku dan memandangnya. Luna terdiam sesaat. tak lama kulihat kepalanya mengangguk. entah mengapa membu

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 49

    "Maaf, karena telah menyakiti hatimu," ucapku pelan lalu kembali mengusap bibirku yang masih terasa nyeri. Saskia menatapku nanar, seolah tak percaya ungkapan itu berasal dari mulutku. Tak lama, ia kembali bicara. "Lebih baik sekarang kau pergi dari sini mas, sebelum aku meminta pihak keamanan untuk mengusirmu," Suaranya terdengar bergetar disertai dengan jari telunjuk yang mengarah ke arah pintu. "Iya, aku akan keluar dari sini. Sekali lagi aku minta maaf karena telah membohongimu." Yah, memang seharusnya aku meminta maaf padanya karena bagaimanapun ia berkata benar, akulah orang pertama yang mengkhianati hubungan kami, akulah orang yang telah berbohong padanya karena menyembunyikan status pernikahanku darinya. Setidaknya aku bisa sedikit mengerti alasan mengapa ia bertindak senekat ini. Mungkin ini juga bentuk hukuman dari tuhan padaku karena telah berbohong dan mengabaikan keberadaan Luna selama ini. Ah, mengapa aku semakin merindukan istri kecilku itu? Akuilah Reshwara jika

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Ba 48

    "Melihat lelaki ini ada di apartemenmu, sudah cukup menjadi jawabannya. Aku tak menyangka jika ternyata kau juga menjalin hubungan lain di belakangku, benar -benar perempuan murahan." Cih! "Ya, aku yang melakukannya. Mengapa? Kau kesal, marah, kecewa?" Suara Saskia terdengar lantang, seakan mewakili kemarahannya. Kupalingkan wajah dan menatapnya yang saat ini tengah melempar tatapan tajam padaku. "Kau bener sekali, aku yang membocorkannya. Bagaimana rasanya di khianati? Sakit?" Desis Saskia. "Kau ...!" Geramku padanya dengan tangan terkepal. Andai ia bukan seorang perempuan, sudah ku hajar ia sekarang. Atmosfir ruangan ini kini berubah panas, mata itu masih melempar tatapan menghujam padaku, seakan sedang melepaskan semua kemarahannya padaku. "Aku tidak menyangka jika kau bisa mengkhianatiku, Saskia." "Tentu saja bisa, kau tahu mengapa aku melakukannya?" Bibir itu mengulas senyum sinis padaku. "Karena kau yang lebih dulu mengkhianatiku. Apa kau pikir aku tidak tahu jika terny

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 47

    "Saat seorang wanita sudah merasa tidak nyaman di rumah suaminya, maka secara naluri ia akan pulang ke rumah orang tuanya, karena ia tahu bahwa rumah orang tuanya adalah satu satunya tempat ternyaman untuknya," ujar Tante Wina ikut bicara. "Begitukah?" ucapku tanpa sadar sambil melirik Raina yang menggeleng kesal. "Makanya mas, cari tahu dulu penyebabnya, jangan bisanya cuma asal tuduh saja. Kalau begini kau juga yang malu kan?" Aku mengulas senyum getir saat mendengarnya. Raina berkata benar, entah mengapa saat ini aku merindukan Luna, merindukan tingkah konyol Mak lampir cantik itu. Ponselku tiba tiba berdering, kulirik arloji di pergelangan tangan yang sudah menunjukkan angka delapan, rasanya masih belum terlalu malam untuk meluncur ke Depok dan menjemput Luna. Namun, sebelum itu, aku akan menjawab panggilan teleponku dulu. Senyumku seketika terbit saat kulihat nama seseorang yang tertera di layar, kelihatannya, aku harus menunda sebentar kepergian ku ke Depok karena masih ada

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 46

    Aku menoleh pada Keenan yang masih menatapku, ada rasa bersalah dalam hati karena telah asal menuduhnya, jika memang itu yang sebenarnya terjadi, maka aku telah melakukan kesalahan yang besar pada Luna. Ah, mengapa aku bisa sampai bertindak se-ceroboh ini, tak biasanya aku melakukan sesuatu hal tanpa rencana, sungguh aku merasa sangat malu saat ini. Papa terlihat menggelengkan kepalanya, sementara mama masih tertawa geli, dan Raina, gadis itu mengulas senyum tipis di wajahnya, senyuman yang entah mengapa terlihat begitu menyebalkan. Tak lama kudengar mama bicara. "Luna adalah gadis yang baik, Rei. Cobalah untuk mengenalnya lebih dekat, kau pasti tahu mengapa mama dan papa memilihnya untuk menjadi pendampingmu." Aku tak menjawabnya, hanya mengangguk lemah. Ucapan Mama mungkin ada benarnya, aku yang salah, karena masih belum sepenuhnya menerima keberadaan dirinya dan juga pernikahan kami. Mungkin karena jarak usia kami yang terpaut cukup jauh, membuatku meremehkannya atau mungkin

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 45

    "Ha ... Ha ... ha" Tawa papa terdengar begitu keras memenuhi seisi ruangan ini sesaat aku selesai menceritakan kecurigaanku tentang hubungan terlarang Keenan dan Luna. Aku melongo melihat papa yang tampak begitu renyah tertawa, tak hanya papa, mama, Raina bahkan Keenan juga tampak tertawa. Hanya Tante Wina yang tampak mengulum senyum seakan ingin menjaga wibawaku. Ini aneh. Apa yang terjadi pada mereka semua? Mengapa tertawa? Bukankah seharusnya mereka marah dan kesal? Aku masih menatap mereka dengan wajah bingung dan tak mengerti, tak lama ku dengar Raina bicara. "Kau memang orang paling lucu yang pernah kukenal, mas." "Lucu sekali," gelak tawa Raina sambil menunjuk padaku. "Aku bicara yang sebenarnya, kenapa kalian semua tertawa?" Ketusku lalu memalingkan wajah. "Tentu saja kami semua tertawa, karena semua tuduhanmu itu tidak benar," balas Raina. "Tidak benar bagaimana, aku serius. Kalian bisa tanyakan sendiri pada Keenan," geramku sambil melirik pada pemuda yang duduk di

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 44

    "Lalu untuk apa kau pulang ke sini? Jangan bilang jika ucapan mama tadi pagi benar bahwa kau dan Luna sedang bertengkar," ujar mama dengan mata penuh selidik padaku. mendengarnya, wajahku seketika cemberut. "Tak bisakah mama membiarkanku beristirahat sebentar?" Keluhku yang kesal karena mendadak langsung di serang pertanyaan oleh mama. "Kau ini? entah apa yang ada dalam pikiranmu," geram mama padaku sambil menatap kesal. aneh sekali mengapa Mama tampak kesal padaku. tak hanya mama, tatapan mata papa pun kini terasa menusuk kornea mata kupalingkan wajah sejenak dari mama, rasanya malas di pandanginya dengan tatapan seperti itu. berharap kekesalannya segera hilang karena bisa gawat kalau ia meminta pembelaan dari papa. "Mama sudah telepon Luna? Sudah bertemu dengannya?" Tanyaku beberapa saat kemudian. "Iya, saat mama telepon, Luna bilang kalau ibunya sudah pulang dari rumah sakit, mama juga tidak bertemu Luna saat tadi menjenguk ibunya di sana, jadi belum sempat bicara dengannya

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 43

    "Tentu saja bisa, karena Keenan ..." "Keenan? Kenapa? Apa yang dia bilang?" Potongku cepat, entah kenapa aku selalu tak sabar dan emosi saat mendengar nama itu. "Karena Keenan yang memberi tahu mama jika ibu mertuamu itu sedang dirawat di rumah sakit. Ah, tidak. Jangan bilang pada mama jika Luna tak memberitahumu sebab kalian berdua sedang bertengkar," tebak mama yang lagi-lagi membuat kerongkonganku tercekat. "Itu tidak benar, kami berdua baik-baik saja." "Benarkah? Jika begitu kau pasti tahu keadaan ibu mertuamu, Rei." Untuk kali ini akhirnya aku terdiam. Entah mengapa rasanya ada selalu sulit berkelit pada mama. "Sudahlah, nanti mama telepon Luna atau Keenan saja, bicara denganmu sama saja seperti bicara dengan tembok. Kau selalu saja tidak peka dengan orang di sekelilingmu," ujar mama lalu memutus sambungan teleponnya. "Keenan, kenapa harus selalu dia?" Mendadak hatiku kembali kesal mendengar nama itu. "Apa bagusnya sih anak cengeng itu? Pemuda dua puluh satu tahun yan

  • Istri Polos dari Desa Milik Tuan Muda   Bab 42

    Pagi ini kulihat Luna tampak bergegas keluar rumah dengan membawa travel bag yang cukup besar. Wajahnya yang sendu dengan mata yang sembab begitu jelas terlihat saat tak sengaja pandangan mata kami bertemu. Luna hanya diam, sikapnya tampak datar. Tak lama kulihat ia mengenakan topi di kepalanya, mungkin untuk menutupi jejak tangisan di wajahnya. Sebuah sepeda motor kulihat menepi dan berhenti. Sepeda motor yang sama yang selalu menjemputnya. Tak lama, ia meletakkan travel bag itu di depan sang pengendara, sementara dia sendiri duduk membonceng di belakang. "Ah. Mengapa semua akhirnya kacau seperti ini?" Keluhku lalu mengigit bibir. Aku masih memandang Luna hingga akhirnya sepeda motor itu bergerak perlahan meninggalkan rumah ini. Tak lama, akupun beranjak pergi dari muka pintu ini menuju ke kamarku. Hendak mengambil tas dan kunci mobil. Langkahku tertahan saat melintas depan kamar Luna, entah mengapa mendadak tanganku ingin meraih kenop pintunya, suara cklek terdengar, tak lama p

DMCA.com Protection Status