Share

Bab 8. Ingkar Janji

Penulis: Faiz bellzz
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-02 14:42:25

Tiba di kantor, semua orang yang berada di loby langsung tertuju pada Bara dan Indah. Jelas hal itu karena gosip tentang Indah yang berkirim pesan dengan Bara sudah menyebar luas. Ditambah dengan sekarang, mereka berangkat ke kantor bersama. Jelas perbincangan itu semakin senter terdengar.

"Kata Papa jangan dengarkan mereka yang sedang membicarakan kita," bisik Bara ketika mereka sedang berdiri di depan lift.

Indah hanya mampu menunduk. Tidak mengindahkan ucapan Bara barusan. 

"Kenapa diam?" 

Dengan pelan Indah menggeleng. Bara mendesah pelan, lalu tiba-tiba ia menarik dagu Indah agar kepalanya tegak.

"Jangan menunduk terus, nanti leher kamu sakit."

Jelas tindakan Bara di depan umum membuat kasak-kusuk semakin menjadi. Mereka tidak mengira jika Bara bisa melakukannya secara terang-terangan. Tidak jauh berbeda dengan perasaan Indah sekarang.

"P-pak, mohon maaf. Jangan seperti ini," pinta Indah sambil menepis tangan Bara dari dagunya.

"Kenapa?" 

Belum sempat menjawab, pintu lift terbuka. Segera Indah melangkah masuk untuk menghindari pertanyaan. Namun, bukan Bara namanya jika menyerah. Setelah berhasil menyusul Indah, Bara mendesaknya untuk menjawab pertanyaan.

"Kenapa aku tidak bisa melakukannya? Bukankah kita akan menikah?"

Indah memijat pelipisnya. Bara terlalu terang-terangan, padahal di dalam lift bukan hanya ada mereka. Jelas orang-orang yang ada di dalam lift terkejut dengan ucapan Bara barusan.

"Penyelamat hidup," tegur Bara yang tidak Indah dengarkan.

Pintu lift terbuka, orang-orang mulai keluar dari sana. Sehingga yang tersisa hanya ada Indah dan Bara.

"Pak, bisakah Anda tidak berbicara sembarangan?" Setelah hanya ada mereka berdua, Indah mulai menyerukan kekesalannya.

"Kenapa? Kita memang akan menikah." 

"Saya belum memutuskan, Pak."

"Kamu lupa sama apa yang tadi aku bilang?"

"Sudahlah, lebih baik jangan membahas hal seperti itu di kantor, Pak." Indah menghela napas panjang.

Lelah juga berhadapan dengan Bara. Rasanya Indah ingin sekali berteriak kalau dirinya tidak tahan. Andai tidak membutuhkan pekerjaan, mungkin Indah sudah melarikan diri dari bosnya yang menyebalkan!

Pintu terbuka, tanpa menunggu lama Indah langsung keluar.

"Penyelamat hidupku! Kenapa meninggalkanku?" seru Bara seraya mengikuti Indah.

"Ini enggak benar," cetus Bara ketika ia merasa tidak dianggap oleh Indah. 

Indah sontak langsung diam. Ia menoleh ke arah Bara.

"Aku atasanmu di sini," keluh Bara. 

Tersadar jika yang dilakukan sudah kelewatan, Indah tersenyum rikuh. "Mohon maaf, Pak."

"Enggak apa-apa, tapi lain kali jangan tinggalin aku." Sorot mata Bara terlihat memohon.

"Selamat pagi, Tuan, Indah." Zulfi tiba-tiba hadir di antara mereka lalu menyapa.

"Pagi juga, Zulfi." Bara yang membalas, sedangkan Indah hanya tersenyum tipis.

Zulfi membukakan pintu ruangan untuk Bara. Begitu Bara masuk, Zulfi mulai menjelaskan perkerjaan yang harus Bara kerjakan. Bagaimanapun Zulfi yang memegang perusahaan selama Bara koma.

"Indah, mari ikuti saya."

Bara melebarkan mata begitu mendengar ajakan Zulfi kepada Indah. "Kamu mau mengajaknya ke mana?" 

"Saya akan mengantarkan Indah ke mejanya, Tuan. Sekalian untuk serah terima dengan sekretaris yang dulu."

Karena ini menyangkut pekerjaan, Bara tidak bisa melarang. Bara pun mengizinkan, lagi pula ia harus mulai fokus pada pekerjaan. "Jangan macam-macam dengan calon istriku!"

Zulfi sontak menoleh ke arah Indah. Sementara Indah hanya bisa tersenyum rikuh.

"Em ... bisa antar saya sekarang, Pak?" 

"Ah, iya. Baik mari ikuti saya." 

Saat Indah akan melangkah, dengan cepat Bara menahan lengannya. "Jika ada apa-apa, lapor padaku."

"Baik, Pak."

***

"Indah, kamu benaran mau nikah sama Pak Bara?" Rosi terlihat antusias menanyakan hal itu.

Jika ditanya dari mana Rosi mengetahuinya, tentu saja karena ucapan Bara saat di dalam lift tadi pagi sudah menyebar luas!

Suara Rosi cukup kencang--membuat para karyawan yang sedang mengantri kotak makan siang pun langsung melihat ke arah Indah. Bisik-bisik kembali terdengar di telinga Indah. Indah hanya mampu mendengus karena temannya tidak bisa mengontrol suara.

"Indah," tegur Rosi.

"Udah jangan dibahas di sini," pinta Indah dengan suara pelan.

Rosi mengangguk. "Ya udah."

Setelah mendapatkan kotak makan siang, mereka memilih duduk di meja paling pojok. 

"Jadi, gosip itu beneran?" Kali ini Rosi berbicara dengan suara yang jauh lebih rendah.

"Cuman gosip, Si."

"Tapi katanya yang bilang Pak Bara langsung. Kok bisa gitu?"

Indah mengedikan bahunya. "Udahlah, mending makan jangan bahas itu. Aku malas."

"Hemm, kerjaan kamu gimana?"

Kali ini Indah mau menjawabnya karena itu soal perkerjaan. "Aku cukup kesulitan, banyak yang belum aku ngerti."

"Enggak apa-apa, nanti juga terbiasa. Ini 'kan baru hari pertama, wajar kalau kamu belum paham semua."

Indah cukup terkejut dengan kalimat Rosi yang bijak. Biasanya ....

Ketika mereka mulai khusyuk makan, tiba-tiba kantin beribah ricuh. Para karyawan yang ada di sana ramai-ramai memberikan hormat kepada sosok pria gagah yang tengah berjalan melewati.

"Indah, kamu ingkar janji!"

"Hah?"

Bab terkait

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 9. Kenapa Marah?

    Indah mengerjap beberapa kali--bahkan sendok yang sedang dipegangnya hampir jatuh saat melihat Bara sudah berdiri di hadapannya. "Kenapa diam?" tanya Bara karena Indah tidak juga berdiri, padahal ia sudah mengulurkan tangan. Tersadar saat kakinya ditendang Rosi dari bawah meja, Indah tersenyum canggung. "Maksud Bapak, apa?" "Ck! Kamu udah janji enggak akan ninggalin aku. Tapi malah makan di sini sama teman kamu." "Ini 'kan jam makan siang, Pak!" "Harusnya kamu makan sama aku!" Tanpa ada yang mengira, Bara malah menarik satu kursi lalu duduk di samping Indah. "Aku makan di sini." Zulfi yang sejak tadi berdiri di belakang Bara mengangguk. "Kalau begitu saya pesankan dulu, Tuan." "Hemm." Karena tidak mau menganggu, Rosi yang sejak tadi diam memilih berdiri. Ia mengambil kotak makan yang masih tersisa banyak. "Aku duluan, Indah." Indah menatap Rosi penuh harap agar Rosi mau tetap tinggal. Namun, tatapan itu Rosi abaikan. Bagaimanapun Rosi masih membutuhakan perkerjaan, ia tid

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 10. Berdebar

    Indah mengabaikan pertanyaan Bara. Perempuan itu terus melangkah meninggalkan kantin.Tidak tinggal diam, Bara mengejar Indah. "Indah, jangan tinggalin aku!" Terus melangkah, Indah masuk ke dalam lift yang kebetulan tengah terbuka. Segera Bara mengulurkan tangannya ketika pintu lift akan tertutup dengan sempurna. "Indah," lirih Bara dengan napas yang terengah-engah karena mengejar Indah. Bara menatap Indah yang memalingkan wajah. Pria itu mendesah lalu memilih diam. Sepertinya Bara mengerti jika Indah tidak nyaman dengan sikapnya yang berlebihan. Tiba di lantai 12--tempat ruangan Bara berada, Indah melangkah menuju mejanya. Baru saja Indah akan duduk, tiba-tiba lengannya ditarik Bara. "Ikut aku!" Indah yang tidak siap sedikit terhuyung, sehingga tidak bisa melawan ketika Bara terus menarik menuju ruangannya. "Pak! Sakit," lirih Indah ketika pintu ruangan Bara sudah ditutup. Sontak Bara melepaskan cekalannya. Bara melihat pergelangan Indah yang merah akibat cekalannya yang terl

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 11. Tiga hari

    "Indah, ada apa?" Mega yang melihat anaknya merenung pun menghampiri. Indah tersenyum tipis. "Enggak ada apa-apa, Bun."Mega mengusap pundak Indah lalu berkata, "Bunda tahu kamu sedang menyembunyikan sesuatu. Apa ini ada hubungannya dengan kamu yang tadi berangkat ke rumah Pak Bara?" Terdiam, Indah bimbang antara memberitahu atau tidak tentang permintaan Dona dan Roki. "Indah," tegur Mega karena Indah hanya diam saja. "Kayaknya emang susah kalau nyembuyiin sesuatu sama, Bunda.""Ya, bagaimanapun ibu dan anak memiliki ikatan yang kuat." Indah mengangguk mengerti. "Em ... tapi Indah belum bisa cerita, Bunda enggak apa-apa 'kan?" "Iya, enggak apa-apa. Kalau belum bisa jangan dipaksa, tapi ingat ... Bunda akan selalu ada buat kamu." "Iya, Bun. Makasih." Karena malam yang semakin larut, Indah putuskan untuk masuk ke kamarnya. Perempuan itu merebahkan tubuhnya setelah melepaskan kerudung instan yang tadi dikenakan. "Apa aku harus terima? Tapi bagaimana dengan Mas Dirga?" ***Hari

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 12. Diharapkan

    Indah mengerjap ketika mendengar jika Bara akan menjemputnya setiap hari. "Kenapa diam saja? Ayo kita berangkat," tegur Bara. "Sa-saya pamit dulu sama Bunda." Indah berdiri lalu berniat masuk ke dalam rumah untuk berpamitan. Namun, Bara dengan cepat menahannya. "Ada apa, Pak?" "Aku juga harus pamitan sama mertua." Ucapan Bara jelas membuat Indah terkejut. "Maksud, Bapak?" "Kita akan segera menikah, yang aku tahu orang tua kamu jadi orang tuaku juga." Mata Indah memincing. "Aku liat dari ponsel," ujar Bara menjelaskan. Indah mendesah lirih. Memang dari mana lagi Bara akan mengetahui hal seperti itu jika bukan dari ponsel? "Tapi saya belum memutuskan, Pak." "Tinggal dua hari aku akan dengar kamu terima aku." Tidak bisa berkata-kata, Indah memilih melongos masuk ke rumah. Segera Bara mengikuti dari belakang. "Bun, Indah pergi dulu ya." Indah berpamitan setelah memanggil Mega yang ada di dapur.Mega sontak mengerutkan dahi ketika melihat pria tinggi nan gagah yang berada di b

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-05
  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 13. Menerima

    "Indah, bagaimana? Apa kamu sudah membuat keputusan?" Indah baru saja duduk di mobil bagian belakang, tetapi sudah ditodong pertanyaan oleh Bara yang baru saja masuk. "Indah, kenapa enggak jawab? Ini udah tiga hari dari hari yang kamu janjikan." Bara menegur ketika Indah hanya diam saja. Tidak langsung menjawab, Indah menatap Bara sejenak. Helaan napas panjang terdengar sebelum akhirnya Indah menjawab, "Bismillahirrahmanirrahim, saya terima Bapak."Mata Bara melebar dengan sempurna. Untuk beberapa saat Bara diam--mencerna ucapan Indah. Ketika sudah mencerna, tanpa aba-aba Bara menarik Indah ke dalam pelukannya.Jelas Indah yang sedang menunduk--terperanjat dengan tindakan Bara. "P-pak, mohon lepaskan saya." "Sebentar aja Indah, aku terlalu senang. Akhirnya kamu mau menikah sama aku." Bara masih memeluk Indah. Rasanya nyaman, membuat Bara betah dan tidak ingin melepaskan. Sangat berbeda dengan Indah yang merasa risih dan ingin segera menjauh. Hanya saja, Bara terlalu erat memelukn

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 14. Bersemangat

    "Indah, apa Ayah kamu tidak bisa pulang dulu?" Untuk yang kesekian kalinya Indah mendengar pertanyaan seperti itu dari Bara. Rasanya cukup kesal, tetapi Indah berusaha untuk bersikap biasa saja. "Tidak bisa, Pak." "Aku udah enggak sabar. Kenapa waktu rasanya lama banget?" Bara terus saja mengeluh karena menunggu ayah Indah pulang. Pria itu sudah tidak sabar untuk melamar Indah lalu meminangnya. "Tinggal empat hari lagi, Pak." "Empat hari itu lama, Indah.""Lama kalau Bapaknya enggak sabar. Sabarnya harus ditambah, Pak." "Emang bisa?" Bara antusias. "Bisa kalau lebih sabar."Terdengar dengusan pelan dari hidung mancung Bara. "Kalau itu aku enggak bisa!" Indah menggeleng pelan dan memilih tidak menanggapi. Perempuan itu melihat ke arah jendela. Mereka sedang dalam perjalanan pulang. Bara tidak kehabisan akal--pria itu menggeser tubuhnya agar mepet kepada Indah. Jelas hal itu membuat Indah kurang nyaman. "Pak, jangan mepet-mepet! Masih ada ruang sebelah sana.""Aku maunya deke

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09
  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 15. Melamar

    Dodi terkekeh mendengar Bara yang sudah tidak sabar. Karena tidak ingin membuang waktu, pria paruh baya itu mengajak Bara untuk berdiskusi. Tentu Bara tidak akan menolak. Sementara Indah hanya bisa menggeleng pelan. Perempuan itu memilih masuk ke kamarnya. "Aku harap ini yang terbaik." Ketika Indah baru saja membuka kerudungnya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Sosok Mega berjalan menghampiri. Membuat Indah yang akan rebahan mengurungkan niatnya. "Bunda," ucap Indah. Mega tersenyum tipis lalu duduk di samping Indah. Ia mengusap paha Indah dengan sayang. "Apa kamu sudah yakin dengan pilihanmu, Indah?" "Hemm, iya." Indah menjawab ragu. "Bagaimana dengan Dirga?" Raut wajah Indah berubah sendu. Dirga--sosok yang sedang ia tunggu. Hanya saja, Indah tidak mungkin terus menunggu sesuatu yang tidak pasti. Lagi pula Indah menerima Bara karena ingin menolong. Iya, karena permintaan Dona dan Roki yang membuat Indah mempertimbangkan menerima Bara. Meski begitu, Indah berharap pernikahan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-11
  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 16. Kenangan indah

    [Indah, besok enggak usah kerja. Aku sama Mama, Papa mau ke rumah buat lamar kamu.] Sebuah pesan yang Indah terima dari Bara saat ia akan tertidur--membuatnya mengurungkan niat. Indah gelisah membaca pesan tersebut. Entah kenapa hatinya menjadi tidak tenang dan Indah merasa ragu dengan keputusannya. "Ada apa ini? Kenapa perasaanku enggak enak?" Indah bergumam sambil bangkit dari tidurannya. Dalam hati Indah terus meyakinkan jika keputusannya sudah tepat. [Indah, kenapa cuman dibaca doang pesannya?] Kembali Bara mengirim pesan. Indah hanya membacanya saja. Jelas hal itu membuat Bara yang ada di sudut kamarnya heran."Apa Indah baik-baik aja?" gumam Bara sambil menatap layar ponselnya. Tanpa pikir panjang Bara langsung menghubungi Indah. "Ayo angkat, Indah." Sementara Indah yang dihubungi Bara hanya menatap layar ponselnya dengan perasaan gamang. Ragu-ragu Indah menerima panggilan telepon tersebut. "Halo, assalamu'alaikum, Pak." "Indah, kenapa pesanku cuman dibaca aja?" "Pak,

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-12

Bab terbaru

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 111. Maafkan aku

    “Mohon maaf, Pak, tapi keinginan Anda tidak bisa saya lakukan,” ujar Dokter Kristi yang membuat Bara murka.“Kenapa tidak bisa? Bukankah teknologi semakin maju!” “Itu karena akan membahayakan janin dan ibunya, Pak. Terlebih dengan kondisi Nona Indah yang kurang baik.” Dokter Kristi mencoba memberi pengertian agar Bara tidak memaksakan kehendak.“Aku tidak peduli! Lakukan atau karirmu hancur,” cetus Bara membuat Dokter Kristi ketakutan.Bagaimanapun bagi Bara akan mudah menghancurkan karirnya. “Pak, tolong pertimbangkan kembali,” ujarnya mulai goyah. “Tidak, keputusanku sudah bulat!”Mendengar perdebatan suaminya dengan Dokter Kristi membuat Indah kecewa. Perempuan yang sejak tadi hanya diam itu bangkit membuat Bara dan Dokter Kristi langsung menoleh ke arahnya. “Mau ke mana kamu?” tanya Bara.“Sudah cukup, Mas. Kalau memang kamu tidak mempercayai aku hamil anakmu tidak apa-apa. Anggap saja aku memang melakukan seperti apa yang kamu pikirkan, Mas.” Terang saja ucapan Indah memancing

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 110. Buktikan!

    Berita tentang Mawar dan Zulfi yang dibawa oleh polisi sudah menyebar di kalangan karyawan dan kolega bisnis Bara, termasuk kedua orang tuanya. Karena itulah kini Bara dimintai Roki untuk datang ke rumahnya.“Apa yang sebenarnya terjadi? Coba jelaskan,” pinta Riko dan Diana.Tidak langsung menjawab, Bara lantas mengembuskan napas dengan kasar terlebih dahulu. “Sebenarnya ingatanku sudah kembali,” ujar Bara membuat kedua orang tuanya kaget bukan main.“Jadi kamu sudah mengingat semuanya, Bara?”“Iya, Mam.” “Lalu kenapa tidak menceritakannya kepada kami?” Roki menuntut penjelasan lebih.“Karena aku ingin mengungkap lebih dulu pelaku dibalik kecelakaan yang kualami.”“Artinya kamu kembali bersama Mawar itu juga bagian dari rencana?” “Iya, Pap.” Bara mengangguk membenarkan membuat Roki mengusap wajahnya kasar. “Kamu keterlaluan, Bara!”Bentakan dari Roki membuat Bara terkejut. Ia pikir pria paruh baya itu akan senang karena ingatannya sudah kembali.“Keterlaluan bagaimana?” “Kamu sud

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 109. Tangkap dia

    Bara pulang dalam keadaan mabuk parah, membuat Indah yang sedang terlelap tersentak ketika tiba-tiba Bara menjatuhkan diri di sampingnya. “Mas, Bara,” ucap Indah lantas bangkit.Bau menyengat yang menguar dari tubuh Bara membuat Indah mual. Meski begitu, Indah tetap membantu Bara melepaskan sepatu juga jas yang masih melekat di tubuh tegap suaminya. “Kenapa senang sekali minum minuman terlarang?” gumam Indah.*** Mata setajam elang itu mengerjap beberapa kali hingga akhirnya dibuka dengan sempurna. Bara mengedarkan pandangannya dan mendapati jika dirinya sudah berada di kamar. Ia bangkit sambil memegang kepalanya yang terasa pening. “Mas, Bara,” ucap Indah yang baru saja masuk kamar.Bara lantas menoleh sebentar lalu membuang muka ketika ingatannya kembali pada saat kemarin ia mendapati Indah di mushola bersama Dirga. “Kau, dari mana kemarin?” tanyanya.Pria itu sudah tidak tahan lagi dengan praduganya selama ini. Pria itu menatap Indah nyalang. Membuat Indah menelan ludahnya kasar

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 108. Di balik wajah lugu

    Bara mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, menyalip kendaraan lain yang sekiranya menghalangi jalan bagi dirinya. Pria itu bahkan mengabaikan protes yang dilakukan oleh pengguna jalan lain. Tidak peduli klaksonan atau pun umpatan yang terdengar. Dalam pikirannya ia hanya ingin melampiaskan kekesalannya karena Indah dengan tega melakukan hal tercela di kantor dengan pria lain. Sungguh, pria itu tidak menyangka jika Indah sampai hati melakukan hal tersebut. Padahal ia pernah berpikir jika perempuan yang menjadi penyelamat hidupnya merupakan perempuan baik-baik. “Haha … hahaha ….” Pria itu tertawa seperti kesetanan. Ia merasa bodoh karena berhasil dibodohi oleh wajah polos Indah. Ternyata di balik wajah lugu Indah tersimpan sebuah kenyataan yang membuat Bara tidak habis pikir. Bagaimana bisa? Hanya itu yang ada dalam benak Bara sekarang. Pertanyaan mengenai Indah yang bisa-bisanya malah melakukan hal seperti itu terus berputar di pikiran Bara. Sampai pria itu tidak sadar ji

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 107. Kejam

    Bara yang berjalan tergesa tentu menjadi pusat perhatian semua orang. Meski begitu tidak ada yang berani bertanya atau sekedar menyapa. Semuanya memilih menyingkir–memberikan jalan untuk pria tersebut. Sampai akhirnya Bara tiba di ruangannya. Dengan keras ia membuka pintu kemudian menutupnya kembali. Sehingga Mawar yang berniat masuk untuk menyusul pun mengurungkan niat kala ia akan masuk, tetapi pintu dengan keras tertutup. Wanita itu hanya mampu berdiri mematung sambil memegang dadanya dengan kedua tangan. Sementara matanya melebar dengan napas yang terengah akibat berlari menyusul Bara. Dengan kasar ia mendengus kemudian berbalik–berniat ke meja kerjanya. Namun, Mawar malah dikagetkan dengan kehadiran Zulfi yang sudah ada di belakangnya entah sejak kapan. “Sepertinya ada hal penting yang sedang dilakukan Pak Bara,” ujar Zulfi yang dibalas delikan oleh Mawar. “Hemm, aku tau! Tapi entah apa itu. Bisakah kamu menyeledikinya?” Permintaan itu ditanggapi Zulfi dengan mengangkat satu

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 106. Sean

    Tiba di rumah Indah lantas turun dari mobil setelah membayar ongkosnya. Perempuan itu berjalan dengan langkah gontai menuju gerbang yang menjulang tinggi. Tidak perlu banyak bicara, penjaga rumah pun sudah mengetahui jika Indah adalah nyonya di rumah tersebut. Sehingga dengan sedikit keheranan karena tidak biasanya Indah pulang sangat cepat pun membukakan gerbang. “Siang, Nyonya,” sapa Pak satpam yang berjaga. Dengan seulas senyum yang sangat tipis Indah membalas sapaan satpam tersebut. Bukan karena ia tidak ramah, tetapi ia yang lelah membuat Indah ingin segera tiba di kamar. Setelahnya Indah masuk rumah kemudian menaiki anak tangga untuk tiba di kamar.Begitu tiba, Indah membuka kerudung yang sejak tadi menutupi kepalanya. Lantas setelahnya ia merebahkan diri di atas ranjang. Meringkuk sambil menutup tubuhnya dengan selimut. Sementara di tempat lain, Bara sedang melakukan pertemuan dengan lawan bisnisnya di salah satu restoran. Mereka melakukannya di sana sekalian untuk makan sia

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 105. Biodata perusahaan

    Raut wajah Dirga nampak khawatir ketika melihat Indah yang malah melamun. Meski terkejut dan sedikit tidak terima karena perempuan yang ia cintai mengandung anak dari pria lain, tetapi Dirga tetap mengkhawatir andai sesuatu terjadi dengan calon anak Indah. “Apakah kandungannya baik-baik saja?” Pertanyaan itu membuat Indah tersenyum miris. Ia berharap pria yang menanyakan hal itu adalah Bara, bukan Dirga. Namun, ia sadar diri karena Bara belum mengetahui kehamilannya.Lagi pula andai tahu, apakah Bara akan menerimanya? Atau sebaliknya, dan menuduh dirinya yang tidak-tidak karena pernah mendapati sebuah foto yang memperlihatkan dirinya dengan seorang pria pada malam hari. Yang tidak lain adalah Dirga. “Kandungannya baik-baik aja, Mas. Enggak ada yang perlu dikhawatirkan,” jawab Indah dengan seulas senyum untuk menyembunyikan kerisauan dalam dirinya. Mendengar jawaban Indah seharusnya membuat Dirga bisa bernapas lega, tetapi pria itu malah semakin khawatir lantaran melihat dari ekspr

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 104. Istirahat total

    Tiba di rumah sakit Indah diarahkan oleh Dirga untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu di bagian resepsionis. Baru setelahnya mereka menunggu di depan ruang dokter kandung. Agak heran bagi Dirga karena Indah malah memilih dokter kandungan dan bukan dokter umum.“Mas, Kayaknya aku masih lama, apa enggak sebaiknya Mas kembali ke kantor? Aku yakin Ibu Santi sekarang sedang mencari-cari, Mas.” Indah merasa tidak enak lantaran Dirga malah menemaninya di rumah sakit, sedangkan pekerjaan pria itu diabaikan begitu saja. “Enggak masalah, Indah. Aku di sini aja temani kamu,” ujar Dirga yang kukuh ingin menemani Indah. “Tapi–” “Udah, kamu enggak maksa. Di sini aku yang mau, jadi enggak perlu enggak enak.” Dirga dengan cepat menyela ucapan Indah. Sehingga Indah tidak dapat melanjutkan kalimatnya.Karena Indah sedang merasa lemas dan kesakitan, sehingga ia memilih untuk diam dan tidak lagi banyak bicara. Perempuan itu memilih mencoba menghilangkan rasa sakit, meski rasanya mustahil. Sementara D

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 103. Modus

    Selama pertemuan berlangsung di salah satu restoran Bara tidak bisa fokus karena dalam benaknya terus berputar nama Indah yang tidak dapat ia liat di ruangan. Rasanya ingin segera menyelesaikan pertemuan. Namun, sayangnya hal itu tidak bisa dilakukan karena ini merupakan pertemuan penting yang tidak semua orang bisa dapatkan.Semetara di tempat lain, Indah nampak meringkuk di mushola sambil memeluk perutnya yang sakit. Tadi saat perempuan itu ke ruangannya, ia meminta izin kepada Santi untuk beristirahat terlebih dahulu di mushola karena perutnya yang melilit. Tentu saja Santi yang melihat wajah pucat Indah pun memilih membiarkan. “Indah, apa baik-baik saja?” Dirga yang merasa khawatir memilih menyusul Indah untuk memastikan keadaan tambatan hatinya.Perlahan Indah yang memejamkan mata, tetapi tidak tertidur pun membuka matanya. Nampak manik yang biasanya memancarkan keindahan kini terlihat sangat sayu, membuat semua orang yang melihatnya akan merasa iba. “Iya, Mas,” sahutnya pelan.

DMCA.com Protection Status