"Oh iya, ada apa kau kemari?"
"Daddy menyuruhku untuk datang ke rumah. Dia bilang ada hal penting yang mau dibicarakan denganmu!""Hal penting? Hal penting apa?"Angel hanya mengangkat tangan dan bahunya yang menandakan kalau dia tidak tau."Ya sudah, nanti siang aku curi-curi waktu untuk datang ke rumahmu. Atau jangan-jangan kau sengaja menyuruh Daddy-mu agar aku datang ke sana." Marcel terkekeh."Marcel!""Sudah, aku mau pulang. Pokonya kau harus datang, Daddy menunggumu di rumah."Angel bangun dari duduknya untuk pulang namun Marcel kembali bicara."Kau yakin mau pulang? Memangnya kau tidak mau ikut dengan kami untuk jalan-jalan?"Dilewatkan juga sayang, akan tetapi rasanya malu jika mendadak dia mau ikut untuk jalan-jalan bersama kakak beradik itu."Jalan-jalan? Jalan-jalan kemana?""Ya kemana aja, ke bukit kayak kemaren?" Angel membelalakkan matanya malu di depan Granella.<"Gimana, kalian sudah siap? Kalau sudah kita berangkat sekarang?"Usai sarapan mereka bertiga keluar untuk jalan-jalan. Marcel sengaja membatalkan semua urusan kantornya demi adiknya mumpung Granella ada di kota itu.Kini saatnya untuk membuat dia senang."Siap, Kak. Aku udah siap! Kita berangkat sekarang!"Sekitar 15 menit lamanya, mereka di perjalanan, Marcel justru membawa mereka ke tempat yang tidak terduga, terutama oleh angel sendiri.Mereka ke sebuah taman di tengah-tengah kota. Pemandangan yang sangat indah serta wahana yang membuat mereka merasa tertantang ingin mencobanya, namun tidak untuk Angel."Astaga, kenapa kau membawaku kemari, Marcel? Memangnya nggak ada tempat lain untuk berlibur? Kita bisa ke Mall atau ke pantai?""Apa yang kau katakan, Kak? Di sini? Kak Angel kau lihat! Di sana ada wahana itu. Bagaimana kalau kita mencobanya?""Apa? Naik? Tidak, tidak, tidak! Aku tidak berani mencobanya."
Kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia susah untuk melakukan aktifitas seperti biasanya. Di klaim oleh dokter kalau Celine memiliki bayi kembar di dalam rahimnya.Zack begitu senang setelah tau kalau calon anaknya kembar, satu pria dan satu wanita setelah mereka tau lewat USG yang di lakukan setiap kali periksa."Zack, lebih baik hari ini kau jangan dulu masuk ke kantor. Hari ini bukankah HPL istrimu, Celine? Aku tidak menyangka kalau Celine memilih melahirkan secara normal!" Veronica bergidik ngeri.Membayangkan wanita yang kesakitan hendak melahirkan normal, tapi itu jalan yang dipilih oleh menantunya.Sengaja Celine memilih persalinan normal supaya dia bisa tau bagaimana rasanya melahirkan secara spontan."Hem, seperti biasanya, Mah. Aku hanya sebentar untuk absen. Setelah itu, aku akan segera pulang. Mana mungkin aku melewatkan detik-detik yang paling berharga untuk'ku!"Wanita hamil itu masih di dalam kamarnya pa
"Aku akan beri mereka nama Eleana dan Evander, mereka cantik dan juga gagah seperti aku." Zack begitu bangganya."Eleana dan Evander? Em, nama yang bagus, aku suka dengan nama itu, Honey." Zack mengecup kening sang istri dengan begitu hikmatnya."Oh, iya kalian belum memberitahu berita bahagia ini pada Marcel dan juga Granella bukan? Biar Mama yang menelepon mereka." Veronica mengambil ponselnya dan menelepon kedua anaknya yang berada di seberang sana.Marcel memicingkan matanya saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya membuat Granella penasaran siapa yang meneleponnya."Siapa yang menelepon-mu, Kak?"Marcel menunjukan ponselnya pada Granella. Mereka berharap tidak ada hal buruk yang menimpa keluarganya di sana, Marcel segera menggeser tombol berwarna hijau hingga panggilan tersambung."Hai Mah, apa Mama baik-baik saja bukan?" Wajah Veronica terlihat di layar ponsel setelah saat melakukan vidio call."Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Oh iya, Marcel,
"Aku yang akan membayar semua biaya rumah sakit ini!"Celine spontan mendongakkan wajahnya saat Zackly Welyoston, CEO di mana papanya bekerja tiba-tiba datang.Di usianya yang lebih dari setengah abad, membuat ayah Celine yang bernama Crush masih bekerja sebagai Cleaning Service di sebuah perusahaan milik Tuan Zack walau dalam kondisi yang sering sakit-sakitan. Terlebih setelah divonis dokter kalau Crush menderita leukimia.Selama ini, Crush memaksakan diri untuk tetap bekerja karena kehidupan mereka yang pas-pasan. Ditambah lagi, pria tua itu masih butuh uang untuk membiayai kuliah Celine dan adiknya yang masih duduk di bangku sekolah.Sebagai anak sulung, keuletan Crush untuk bekerja tentu membuat Celine merasa khawatir dengan kondisi papanya yang semakin hari kian memburuk. Ingin rasanya ia menggantikan posisi ayahnya menjadi tulang punggung.Tapi sayang, ayahnya tidak pernah mengizinkan dengan dalih agar Celine lebih fokus pada pendidikannya lebih dulu."Apa Tuan? Tuan Zack mau mem
"Silahkan kamu tanda tangani surat perjanjian itu! Setelah itu, semua anak buahku akan mengurus pernikahan kita secepatnya!"Zack melempar pulpen yang dia ambil dari saku jasnya di samping kertas itu. Antara yakin atau tidak, dengan ragu tangan Celine mulai mengambil pulpen tersebut dengan dada yang berdegup kencang."Ya Tuhan, bantulah aku! Kuatkan aku dalam menjalani semua ini," gumam Celine dalam hati sambil memejamkan matanya sesaat.Tanpa membuang waktu lama, Celine menandatangani surat itu dengan cepat dan spontan memundurkan langkahnya."Bagus! Biar aku serahkan surat ini pada Jony! Dia yang akan mengurus semuanya.""Jony!" Teriak Zack memanggil anak buahnya.Dia keluar untuk mencari di mana anak buah itu berada. Saat itulah, netra Celine kembali tertuju pada tumpukan kertas berwarna merah yang tergeletak di atas meja kerja Zack.Penasaran, dengan tumpukan kertas tersebut, Celine pun meraih salah satunya dan membaca dengan cepat sebelum aksinya ketahuan oleh pemilik kertas itu.
"Maaf Nona, saya ditugaskan Tuan Zack untuk mengantarkan koper ini pada Anda! Silahkan diterima kopernya, Nona."Celine memicingkan mata penasaran. Apa isi dari koper tersebut, kenapa tiba-tiba Zack mengirimkan hadiah untuknya?Padahal, jika pria itu memang berniat memberinya ‘koper ini’, Zack bisa memberikannya tadi ketika mereka bertemu di kantor."Apa isi koper itu?""Maaf Nona, saya tidak tau! Bukan wewenang saya untuk membuka koper itu. Kalau Nona mau, Nona bisa membuka sendiri dan melihat apa isinya.” Wanita itu mundur selangkah, lalu mengangguk sekilas. “Kalau begitu saya permisi dulu, Nona. Selamat sore!"Selepas kepergian wanita tersebut, justru Sisilia-lah yang paling antusias dan ingin segera Celine untuk membukanya. Mama Celine itu begitu penasaran apa yang dikirimkan oleh calon menantu kaya rayanya itu."Buka Celine, buka! Mamah tidak sabar melihat apa isi dari koper itu."Dengan ragu, Celine mulai membukanya. Gerakannya yang lambat membuat Sisilia tidak sabar.Dia pun akh
"Apa pernikahan ini sudah bisa kita mulai?" kata pendeta yang memimpin jalannya acara pernikahan.Celine seketika sadar dari lamunannya saat pemimpin upacara pernikahan menanyakan kesiapannya.Ditambah, Zack yang tiba-tiba sudah berdiri, menunggu di atas Altar. Pria yang kini mengenakan tuksedo abu-abu, melirik pada Celine seolah bertanya "Apa kau sudah siap?"Dengan ragu Celine perlahan mulai melangkahkan kaki menuju Altar. Dalam tiap langkah, dia terus menguatkan diri, meski pernikahan ini bukanlah pernikahan impiannya, tetapi dia akan melakukannya demi papanya."Ya Tuhan, kuatkanlah aku! Apa yang aku lakukan semua ini hanya demi Papa," gumamnya dalam hati.Pendeta mulai melakukan runtutan acara dari mulai pemberkatan, mengucapkan janji suci pernikahan hingga menyatakan kalau mereka kini resmi menyandang sebagai pasangan suami istri.Tepuk tangan riuh mengiringi pemersatuan mereka, tetapi Zack hanya menyeringai kecil sebelum pergi meninggalkan Celine yang masih sendirian di atas Alta
"Zack tunggu!"Sementara Celine tengah berada di kamarnya, Zack terlihat turun dari mobil dan memasuki rumah.Melihat sang anak, Veronica lantas menghentikan langkah sang putra untuk bicara, berharap kalau Zack mau bicara dari hati ke hati."Maaf Mah, aku tidak punya banyak waktu sekarang!" Zack tahu, kalau mamanya ingin membahas soal wanita itu–Celine.Dia mengira kalau Veronica pasti akan dihakimi perihal meninggalkan sang istri di tempat pernikahan, di kala mertuanya meregang nyawa.Perbuatan anaknya itu di rasa tidak ada sopan santunnya. Apalagi di lihat banyak tamu yang datang.Sebagai orang terpandang tentu Veronica malu dengan sikap putranya."Jadi begitu cara kamu bicara dengan Mama?" Tidak ingin kalah, Veronika bertolak pinggang. Dia menatap tajam Zack, bertitah seolah tidak ingin dibantah. "Duduk! Mama mau bicara sesuatu denganmu."Zack tak punya pilihan lain selain menurut untuk duduk dan siap mendengarkan apa yang akan mamanya ini sampaikan."Sampai kapan kau akan terus sep