Ayesha sedang menunggui Adam yang bermain di halaman samping bersama pengasuhnya. Thalita yang jemu di dalam menghampiri mereka.
“Apa kau sudah lebih baik?” tanya Ayesha pada Thalita yang datang menghampirinya.
“Iya, terima kasih, Sha!” Thalita tersenyum. Kemudian melihat bayi yang sudah mulai berdiri itu dia jadi ingat Vivian. Anaknya dengan Rahman.
Hal itu membuat rasa sakit hatinya kembali memuncak. Namun, Thalita harus menahannya. Dia akan membalaskan dendam pada pria busuk itu, yang sudah menghinanya dengan lebih membela pengasuhnya daripada dirinya yang merupakan istrinya sendiri.
“Berapa usia Adam sekarang?” tanya Tahlita membuka obrolan.
“Sembilan bulan, Tha. Aku ingat, kau juga punya bayi ‘kan?” tanya Ayesha balik setelah menjawab pertanyaan Thalita.
Thalita tidak perlu bertanya dari mana Ayesha tahu kalau dirinya memiliki anak. Hilbram pasti sudah menceritakannya.
&
“Ada apa, Sha?” Hilbram keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang masih basah dengan handuk. Dia melihat istrinya yang gusar di samping tempat tidur sambil memegang sesuatu.“Mas habis belanja?” tanya Ayesha.Hilbram melirik tangan yang memegang kertas kecil itu lalu mengambilnya.“Kau pasti mau tanya tentang ini?” ujarnya menunjukkan kertas struk belanja itu.“Aku minta maaf harus menanyakannya, tapi di sana hanya ada satu barang dan barang itu adalah...” Ayesha tidak perlu melanjutkannya. Hilbram sudah bisa membacanya. Dia yang membeli barang itu. pasti sudah tahu apa yang dimaksud Ayesha.Hilbram meremas barang itu dan membuangnya di tempat sampah. Meruntuki kenapa dirinya seceroboh itu malah memasukannya ke dalam kantong saku kemejanya. Masalahnya bisa panjang kalau Ayesha berpikir yang macam-macam.“Ada hal yang mungkin kelihatannya akan membuatmu salah paham, tapi sebenarnya tidak begitu adanya, Sha!”“Kenapa berbelit-belit. Mas tinggal menjelaskan untuk apa Mas
Ayesha sudah mendandani Adam dengan rapi. Hari ini dia dijadwalkan akan mengunjungi Yayasan Al Faruq untuk acara ulang tahun yayasan.Ayesha akan memamerkan Adam yang sudah sedikit-sedikit bisa berjalan itu. Dia merasa bangga putranya sehat dan aktif.Hanin pernah mengatakan bahwa isu perpisahan dirinya dan Hilbram beberapa waktu yang lalu sudah menjadi perbincangan di kalangan pendidik Yayasan Al Faruq.Karenanya, menghadiri acara ulang tahun yayasan dengan mengajak Adam adalah salah satu caranya untuk membantah isu yang sempat mereka perbincangkan. Walau sebenarnya mereka memang pernah ada dalam posisi berpisah.“Kau mau aku menemanimu?” Hilbram yang juga sudah rapi menghampiri istri dan jagoan kecilnya itu.“Bukannya waktu itu Mas sendiri yang bilang tidak bisa hadir karena bersamaan dengan acara di perusahaan?” Ayesha mengingatkan Hilbram. Sikapnya masih tampak enggan pada suaminya itu.“Be
“Astaga, kemana saja Mas Bram?” Gerutu Ayesha yang belum berhasil menghubungi suaminya. Selalu nada sibuk.Ayesha kembali terusik. Apakah mereka benar-benar sedang pergi bersama?Apa ada yang sengaja disembunyikan dari dirinya?Ayesha jadi kesal dan tidak mungkin bisa menerima jika ternyata selama ini suaminya membohongi dirinya. Dia pasti akan menyesali keputusannya kembali pada Hilbram secepat ini, sementara pria itu malah menyimpan skandal dengan sepupunya.Ayesha bingung, bagaimana bisa semudah itu mempercayai ucapan pria itu. Dirinya memang benar-benar lemah terhadap perasaannya pada Hilbram. “Kira-kira mereka janjian kemana?” gumam Ayesha yang tidak berhenti resah.“Sha, tadi Tian bilang, suamimu gak bisa janji datang. Soalnya mendadak ada meeting dengan perusahaannya di luar negri dan tidak bisa dia tinggalkan,” ujar Hanin yang sudah menyelesaikan formalitas acara dan kini sudah
“Sebenarnya Mas dari mana saja tadi?” Ayesha tidak menahan untuk menanyakan hal itu. Dia bukan remaja yang sedang bucin hingga harus menahan diri untuk tidak mencoba menanyakan apa yang mengganggu pikirannya, hanya karena tidak ingin melihat sang pria yang dicintainya tidak nyaman. “Kenapa masih menanyakan itu, Sha? Aku kerja seperti biasa.” Hilbram sepertinya memang banyak pikiran dan sedang suntuk. Tapi saat menemui istrinya, dia sudah mencoba bermuka manis. Namun, kalau Ayesha masih juga menanyakan hal yang sekiranya membuatnya terganggu, Hilbram juga bisa menampakan raut kesalnya. “Bukan itu ‘kan Mas yang aku maksudkan?” Ayesha menandaskan. Dia juga tahu kalau sauminya itu big bos sebuah perusahaan besar dan setiap hari sibuk mengurus bisnisnya itu. Namun, Ayesha ingin Hilbram memahami keresahannya. “Astaga, Sha. Yang kamu maksud itu aku pergi sama Thalita?” Hilbram sudah bisa menebaknya. “Itu tahu ‘kan?” “Aku sudah bilang tadi jangan mikir yang bukan-bukan!” “Mas ‘kan
Ayesha tidak menolak. Dia segera mempersiapkan dirinya untuk bisa sarapan bersama suaminya. Mudah-mudahan setelah melewati banyak waktu bersama, Ayesha akan belajar untuk tidak selalu memikirkan sikap orang-orang di sekitarnya.Seperti sikap Thalita, tentunya. Yang sepertinya selalu berusaha membuatnya cemburu. Sebenarnya apa yang diinginkan wanita itu.“Mas, aku minta maaf ya, kalau akan sering membahas ini.” ujar Ayesha menyelesaikan sarapan mereka. Saat ini sudah duduk berdua di sebuah villa menikmati pemandangan yang sejuk.Hilbram tahu apa yang akan istrinya itu perbincangkan. Sepertinya harus menebalkan telinganya kalau wanita ini cemburu lagi. Bisa saja hanya karena melihat Thalita pagi tadi Ayesha langsung ill feel.“Mas tidak suka, ya?” Ayesha sudah menangkap ekspresi wajah Hilbram. Dia jadi sedih, suaminya itu pasti sangat tidak menyukainya mencemburui Thalita.Tapi bagaimana lagi? Kalau dia tidak membicarakannya, setiap hari wanita itu selalu makan hati.“Bukannya tidak su
Adam berteriak-teriak saat melihat sang mama datang. Dia merangkak dengan cepat untuk menghampiri Ayesha dan bergelanyut di kakinya.“Anak Mama sudah bobok siang?” tanya Ayesha mengangkat Adam sambil menciuminya.“Yang...yang!” Adam mencoba menyampaikan kalau dia sudah bobok siang tadi.“Oh, bagus, anak pintar!” Ayesha menggendong Adam dan mengajaknya ke kamar. Namun anak itu menunjuk-nunjuk halaman samping sebagai kode ingin bermain dengan sang mama di halaman samping. Adam suka mengejar kupu-kupu di sana.“Sini sama Sus saja, Dek!” tukas Nur mencoba membujuk Adam. Nyonya-nya baru datang, pasti masih lelah.“Oh, tidak apa Nur. Tolong taruh tasku di kamar, ya?” ujar Ayesha menyodorkan tasnya pada Nur sementara dirinya sendiri berjalan keluar untuk memenuhi keinginan sang anak.Adam langsung melorot minta diturunkan. Dia ingin dibimbing berjalan dengan dua tangann
Adam segera mendapat pertolongan seketika sampai di rumah sakit. Dokter sudah mengatakan bahwa jenis ular yang menggigit Adam bukanlah ular berbisa. Jadi tidak ada yang perlu dirisaukan. Apalagi Adam sudah mendapat perawatan.Meski demikian, Ayesha belum bisa tenang. Sejak tadi Adam tidak berhenti menangis. Mungkin mengeluhkan kakinya yang terasa masih sakit karena digigit ular.“Tenang, Nyonya. Rasa sakitnya akan segera menghilang,” ujar dokter yang menangani Adam.Ayesha mengelus-elus sang anak untuk menenangkannya. Dicobanya tidak menangis dan tenang. Lalu Ayesha menghibur putranya itu.“Sayang, kalau Adam terus teriak mama jadi takut!” tukas Ayesha sambil menatap putranya dengan puppy eyesnya. Adam lalu terhenti menangis dan menatap sang mama.“Jangan nangis ya, mama jadi sedih lho...”“No...”“No nangis ya?”“Tit...” keluh Adam menunjuk kakinya yang sakit.“Mama cium ya biar tidak sakit?” Ayesha mencium lembut kaki anaknya itu. Dia menjadi lebih tenang karena Adam juga sudah mul
Hilbram melenguh karena lagi-lagi Ayesha membahas tentang Thalita. Dia mengendurkan ikatan dasinya dan duduk di kursi depan ruang rawat Adam. Nampak lelah sekali dengan hal-hal yang akhir-akhir ini membebani pikirannya.“Aku minta maaf, Sha. Jangan marah padaku, ya?” Hilbram akhirnya mengalah dan merendahkan hatinya untuk meminta maaf pada istrinya itu. Dia tidak suka melihat istrinya terus menjauhinya.Adam sudah tidur, begitu pun pengasuhnya. Melihat suaminya datang dan merasa bersalah, Ayesha tidak sampai hati menolaknya.“Kita bicara di luar saja, Mas. Adam baru saja tidur.” Ayesha bangkit berjalan keluar. Hilbram membuntutinya.Mereka memilih duduk di taman rumah sakit yang tidak jauh dari ruang rawat inap Adam. Di sini, Ayesha tidak harus menahan suaranya kalau saja tiba-tiba nanti harus berdebat dengan suaminya itu. Karena, Ayesha ingin menanyakan apa yang sudah dikatakan Thalita tadi siang padanya.Taher datang membawakan roti dan minuman untuk tuan dan nyonya-nya. Melihat it