Ayesha tidak menolak. Dia segera mempersiapkan dirinya untuk bisa sarapan bersama suaminya. Mudah-mudahan setelah melewati banyak waktu bersama, Ayesha akan belajar untuk tidak selalu memikirkan sikap orang-orang di sekitarnya.Seperti sikap Thalita, tentunya. Yang sepertinya selalu berusaha membuatnya cemburu. Sebenarnya apa yang diinginkan wanita itu.“Mas, aku minta maaf ya, kalau akan sering membahas ini.” ujar Ayesha menyelesaikan sarapan mereka. Saat ini sudah duduk berdua di sebuah villa menikmati pemandangan yang sejuk.Hilbram tahu apa yang akan istrinya itu perbincangkan. Sepertinya harus menebalkan telinganya kalau wanita ini cemburu lagi. Bisa saja hanya karena melihat Thalita pagi tadi Ayesha langsung ill feel.“Mas tidak suka, ya?” Ayesha sudah menangkap ekspresi wajah Hilbram. Dia jadi sedih, suaminya itu pasti sangat tidak menyukainya mencemburui Thalita.Tapi bagaimana lagi? Kalau dia tidak membicarakannya, setiap hari wanita itu selalu makan hati.“Bukannya tidak su
Adam berteriak-teriak saat melihat sang mama datang. Dia merangkak dengan cepat untuk menghampiri Ayesha dan bergelanyut di kakinya.“Anak Mama sudah bobok siang?” tanya Ayesha mengangkat Adam sambil menciuminya.“Yang...yang!” Adam mencoba menyampaikan kalau dia sudah bobok siang tadi.“Oh, bagus, anak pintar!” Ayesha menggendong Adam dan mengajaknya ke kamar. Namun anak itu menunjuk-nunjuk halaman samping sebagai kode ingin bermain dengan sang mama di halaman samping. Adam suka mengejar kupu-kupu di sana.“Sini sama Sus saja, Dek!” tukas Nur mencoba membujuk Adam. Nyonya-nya baru datang, pasti masih lelah.“Oh, tidak apa Nur. Tolong taruh tasku di kamar, ya?” ujar Ayesha menyodorkan tasnya pada Nur sementara dirinya sendiri berjalan keluar untuk memenuhi keinginan sang anak.Adam langsung melorot minta diturunkan. Dia ingin dibimbing berjalan dengan dua tangann
Adam segera mendapat pertolongan seketika sampai di rumah sakit. Dokter sudah mengatakan bahwa jenis ular yang menggigit Adam bukanlah ular berbisa. Jadi tidak ada yang perlu dirisaukan. Apalagi Adam sudah mendapat perawatan.Meski demikian, Ayesha belum bisa tenang. Sejak tadi Adam tidak berhenti menangis. Mungkin mengeluhkan kakinya yang terasa masih sakit karena digigit ular.“Tenang, Nyonya. Rasa sakitnya akan segera menghilang,” ujar dokter yang menangani Adam.Ayesha mengelus-elus sang anak untuk menenangkannya. Dicobanya tidak menangis dan tenang. Lalu Ayesha menghibur putranya itu.“Sayang, kalau Adam terus teriak mama jadi takut!” tukas Ayesha sambil menatap putranya dengan puppy eyesnya. Adam lalu terhenti menangis dan menatap sang mama.“Jangan nangis ya, mama jadi sedih lho...”“No...”“No nangis ya?”“Tit...” keluh Adam menunjuk kakinya yang sakit.“Mama cium ya biar tidak sakit?” Ayesha mencium lembut kaki anaknya itu. Dia menjadi lebih tenang karena Adam juga sudah mul
Hilbram melenguh karena lagi-lagi Ayesha membahas tentang Thalita. Dia mengendurkan ikatan dasinya dan duduk di kursi depan ruang rawat Adam. Nampak lelah sekali dengan hal-hal yang akhir-akhir ini membebani pikirannya.“Aku minta maaf, Sha. Jangan marah padaku, ya?” Hilbram akhirnya mengalah dan merendahkan hatinya untuk meminta maaf pada istrinya itu. Dia tidak suka melihat istrinya terus menjauhinya.Adam sudah tidur, begitu pun pengasuhnya. Melihat suaminya datang dan merasa bersalah, Ayesha tidak sampai hati menolaknya.“Kita bicara di luar saja, Mas. Adam baru saja tidur.” Ayesha bangkit berjalan keluar. Hilbram membuntutinya.Mereka memilih duduk di taman rumah sakit yang tidak jauh dari ruang rawat inap Adam. Di sini, Ayesha tidak harus menahan suaranya kalau saja tiba-tiba nanti harus berdebat dengan suaminya itu. Karena, Ayesha ingin menanyakan apa yang sudah dikatakan Thalita tadi siang padanya.Taher datang membawakan roti dan minuman untuk tuan dan nyonya-nya. Melihat it
“Aku boleh keluarin apa saja yang selama ini buat aku tidak terima dan sakit hati, enggak, Mas?” Ayesha masih menggunakan etika untuk meminta izin. Hilbram mengangguk. “Thalita itu suka sama Mas, dia tidak bisa hanya dianggap sepupu biasa. Bahkan Mas pernah menikahinya!” Hilbram hendak protes dengan pengulangan pembahasan itu lagi, namun Ayesha segera mengangkat tangan sebagai kode agar dia diberi waktu untuk menyelesaikan ucapannya. “Sepanjang hari selalu mencoba mengungkit semua hal tentang kedekatan kalian selama ini, sekedar ingin membuatku sakit hati” “Itu kamu tahu kalau dia hanya ingin buat kamu sakit hati. Jangan diladenin!” “Enggak bisa, Mas! Gimana enggak ngeladenin kalau apa yang dikatakannya ternyata benar. Mas sendiri yang terus bilang tidak-tidak pada akhirnya juga mengaku ‘kan?” “Mas bahkan tidak menjelaskan tentang pembalut itu, tentang betapa kau mencemaskannya, tentang dia yang kau biarkan tinggal serumah dengan wanita yang tentu hatinya akan sakit melihat si
“Mas sudah, aku capek lho!” Ayesha menolak kehadiran Hilbram yang tiba-tiba masuk ke kamar mandi dan kembali mencumbuinya di bawah shower.Pria itu tidak membiarkan istrinya membersihkan diri dulu, karena beban di bawah tubuhnya masih butuh untuk dilepaskan.Dia langsung mengangkat tubuh polos yang sudah basah itu kembali ke ranjang untuk mengeluarkan isi di sela selangkangannya.Ayesha tentu pasrah dan membiarkan saja suaminya itu melakukannya.Tubuhnya sudah lemah dan dia sungguh tidak berdaya sekedar menolak suaminya.Saat membuka bibirnya sekedar ingin memohon agar disudahi kegiatan mereka, pria yang bengis itu malah menyumpalinya dengan ciuman-ciumannya.❤️❤️❤️“Apa maksudmu, Taher?” Thalita nampak murka ketika Taher memintanya segera bersiap untuk ke Kota Pusat.“Tuan Bram memerintahkan hal itu, Nona. Kami sudah menyiapkan penerbangan untuk Nona ke Kota Pusat.” Taher menjelaskan pada Thalita.“Mana dia? Kenapa tidak berani sendiri yang memintaku pergi?”Thalita tidak mengindahka
Thalita mendengar Taher menelpon Hilbram untuk mengadukannya. Dia jadi kesal sekali dengan Hilbram karena beraninya hanya menyuruh asistennya itu yang memintanya keluar dari rumah ini. Bilang saja dia tidak tega melihatnya menangis-nangis.Bagaimanapun juga, Thalita tidak mau pergi dari rumah ini. Orang tuanya hanya memikirkan dirinya sendiri, lalu pria yang statusnya sebagai suaminya pun bahkan tega memukulinya demi selingkuhannya itu.Hanya Hilbram yang dia punya saat ini. Thalita tidak mau kehilangan perhatiannya.Dia harus memikirkan cara agar Hilbram tidak akan memintanya pergi. Sekilas dia melihat kotak makanan di meja. Ada tulisan sea food. Dia punya alergi dengan segala macam sea food. Thalita jadi punya ide.Ditolehnya ke kanan dan ke kiri, lalu dengan cepat disambarnya kotak makanan itu dan langsung dibawanya ke kamar.“Makananku mana?” Salah seorang satpam mencari-cari makanannya.Dia melihat Taher yang berjalan mendekat dengan penuh selidk.“Ada apa melihatku begitu?” Ta
Hilbram meminta Nur membawa Adam ke mobil dulu. Sudah ada Taher dan Miko menunggu mereka di luar. Dia menarik lengan istrinya itu dengan lembut untuk meminta pengertian. “Kau lihatlah kondisi Thalita, dia dirawat di rumah sakit ini juga. Nanti kalau sudah sehat, aku akan memintanya ke Kota Pusat,” ucap Hilbram membujuk. Berharap Ayesha memahami kondisi inii. Hilbram yakin setelah Ayesha melihat kondisi Thalita, dia tidak akan tega meminta Thalita pergi. Ayesha melihat raut serius di wajah suaminya itu. Dia jadi penasaran separah apa kondisi Thalita? “Dia kenapa, Mas?” tanya Ayesha melihat Thalita yang sampai harus dibantu tabung oksigen untuk bernapas. “Dokter bilang Alergi. Napasnya sesak dan seluruh tubuhnya bengkak. Barusan dia diberi obat penenang jadi baru bisa tidur.” Kalau tidak melihat dengan mata kepalanya sendiri betapa menyedihkannya keadaan Thalita, Ayesha mungkin masih tidak percaya. Dia jadi merasa bersalah sudah seburuk itu berpikir tentang Thalita. “Adam sudah