Share

Mau di Maklumi

Author: Kafkaika
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

‘Pyarrr!’

Suara sesuatu pecah dari kamar Thalita membuat pelayan yang menyiapkan sarapan pagi tidak jauh dari sana terkejut.

“Lihat sana, jangan-jangan Nona Thalita kenapa-kenapa!” ujar Tika pada pelayan lainnya.

Gegas pelayan itu berjalan membuka pintu kamar Thalita, namun tidak bisa karena pintu terkunci dari dalam.

“Ada ap, Tik?” tanya Ayesha yang baru terlihat keluar.

“Itu, Nyonya. Tadi ada suara sesuatu pecah dari kamar Nona Thalita. Namun pintunya terkunci, jadi kami tidak bisa  memeriksanya,” ujar Tika menjelaskan.

Ayesha menghampiri pintu itu dan mencoba menggedornya.

“Tha? Kenapa? Apa kau baik-baik saja?” teriak Ayesha mencari tahu.

Dari dalam Thalita mencebik mendengar suara Ayesha yang berteriak. Dia hanya menjatuhkan gelas yang dibawa pelayan semalam, mengapa dia secemas itu? Berlebihan sekali ‘kan?

Wanita  itu memang perhatian. Mungk

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Struk Belanja

    Ayesha sedang menunggui Adam yang bermain di halaman samping bersama pengasuhnya. Thalita yang jemu di dalam menghampiri mereka.“Apa kau sudah lebih baik?” tanya Ayesha pada Thalita yang datang menghampirinya.“Iya, terima kasih, Sha!” Thalita tersenyum. Kemudian melihat bayi yang sudah mulai berdiri itu dia jadi ingat Vivian. Anaknya dengan Rahman.Hal itu membuat rasa sakit hatinya kembali memuncak. Namun, Thalita harus menahannya. Dia akan membalaskan dendam pada pria busuk itu, yang sudah menghinanya dengan lebih membela pengasuhnya daripada dirinya yang merupakan istrinya sendiri.“Berapa usia Adam sekarang?” tanya Tahlita membuka obrolan.“Sembilan bulan, Tha. Aku ingat, kau juga punya bayi ‘kan?” tanya Ayesha balik setelah menjawab pertanyaan Thalita.Thalita tidak perlu bertanya dari mana Ayesha tahu kalau dirinya memiliki anak. Hilbram pasti sudah menceritakannya.&

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Gara-gara Pembalut

    “Ada apa, Sha?” Hilbram keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang masih basah dengan handuk. Dia melihat istrinya yang gusar di samping tempat tidur sambil memegang sesuatu.“Mas habis belanja?” tanya Ayesha.Hilbram melirik tangan yang memegang kertas kecil itu lalu mengambilnya.“Kau pasti mau tanya tentang ini?” ujarnya menunjukkan kertas struk belanja itu.“Aku minta maaf harus menanyakannya, tapi di sana hanya ada satu barang dan barang itu adalah...” Ayesha tidak perlu melanjutkannya. Hilbram sudah bisa membacanya. Dia yang membeli barang itu. pasti sudah tahu apa yang dimaksud Ayesha.Hilbram meremas barang itu dan membuangnya di tempat sampah. Meruntuki kenapa dirinya seceroboh itu malah memasukannya ke dalam kantong saku kemejanya. Masalahnya bisa panjang kalau Ayesha berpikir yang macam-macam.“Ada hal yang mungkin kelihatannya akan membuatmu salah paham, tapi sebenarnya tidak begitu adanya, Sha!”“Kenapa berbelit-belit. Mas tinggal menjelaskan untuk apa Mas

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tidak Bisa Di Hubungi

    Ayesha sudah mendandani Adam dengan rapi. Hari ini dia dijadwalkan akan mengunjungi Yayasan Al Faruq untuk acara ulang tahun yayasan.Ayesha akan memamerkan Adam yang sudah sedikit-sedikit bisa berjalan itu. Dia merasa bangga putranya sehat dan aktif.Hanin pernah mengatakan bahwa isu perpisahan dirinya dan Hilbram beberapa waktu yang lalu sudah menjadi perbincangan di kalangan pendidik Yayasan Al Faruq.Karenanya, menghadiri acara ulang tahun yayasan dengan mengajak Adam adalah salah satu caranya untuk membantah isu yang sempat mereka perbincangkan. Walau sebenarnya mereka memang pernah ada dalam posisi berpisah.“Kau mau aku menemanimu?” Hilbram yang juga sudah rapi menghampiri istri dan jagoan kecilnya itu.“Bukannya waktu itu Mas sendiri yang bilang tidak bisa hadir karena bersamaan dengan acara di perusahaan?” Ayesha mengingatkan Hilbram. Sikapnya masih tampak enggan pada suaminya itu.“Be

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Kemana Perginya?

    “Astaga, kemana saja Mas Bram?” Gerutu Ayesha yang belum berhasil menghubungi suaminya. Selalu nada sibuk.Ayesha kembali terusik. Apakah mereka benar-benar sedang pergi bersama?Apa ada yang sengaja disembunyikan dari dirinya?Ayesha jadi kesal dan tidak mungkin bisa menerima jika ternyata selama ini suaminya membohongi dirinya. Dia pasti akan menyesali keputusannya kembali pada Hilbram secepat ini, sementara pria itu malah menyimpan skandal dengan sepupunya.Ayesha bingung, bagaimana bisa semudah itu mempercayai ucapan pria itu. Dirinya memang benar-benar lemah terhadap perasaannya pada Hilbram. “Kira-kira mereka janjian kemana?” gumam Ayesha yang tidak berhenti resah.“Sha, tadi Tian bilang, suamimu gak bisa janji datang. Soalnya mendadak ada meeting dengan perusahaannya di luar negri dan tidak bisa dia tinggalkan,” ujar Hanin yang sudah menyelesaikan formalitas acara dan kini sudah

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Cemburu berlebihan

    “Sebenarnya Mas dari mana saja tadi?” Ayesha tidak menahan untuk menanyakan hal itu. Dia bukan remaja yang sedang bucin hingga harus menahan diri untuk tidak mencoba menanyakan apa yang mengganggu pikirannya, hanya karena tidak ingin melihat sang pria yang dicintainya tidak nyaman. “Kenapa masih menanyakan itu, Sha? Aku kerja seperti biasa.” Hilbram sepertinya memang banyak pikiran dan sedang suntuk. Tapi saat menemui istrinya, dia sudah mencoba bermuka manis. Namun, kalau Ayesha masih juga menanyakan hal yang sekiranya membuatnya terganggu, Hilbram juga bisa menampakan raut kesalnya. “Bukan itu ‘kan Mas yang aku maksudkan?” Ayesha menandaskan. Dia juga tahu kalau sauminya itu big bos sebuah perusahaan besar dan setiap hari sibuk mengurus bisnisnya itu. Namun, Ayesha ingin Hilbram memahami keresahannya. “Astaga, Sha. Yang kamu maksud itu aku pergi sama Thalita?” Hilbram sudah bisa menebaknya. “Itu tahu ‘kan?” “Aku sudah bilang tadi jangan mikir yang bukan-bukan!” “Mas ‘kan

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tidak Suka Dicemburui

    Ayesha tidak menolak. Dia segera mempersiapkan dirinya untuk bisa sarapan bersama suaminya. Mudah-mudahan setelah melewati banyak waktu bersama, Ayesha akan belajar untuk tidak selalu memikirkan sikap orang-orang di sekitarnya.Seperti sikap Thalita, tentunya. Yang sepertinya selalu berusaha membuatnya cemburu. Sebenarnya apa yang diinginkan wanita itu.“Mas, aku minta maaf ya, kalau akan sering membahas ini.” ujar Ayesha menyelesaikan sarapan mereka. Saat ini sudah duduk berdua di sebuah villa menikmati pemandangan yang sejuk.Hilbram tahu apa yang akan istrinya itu perbincangkan. Sepertinya harus menebalkan telinganya kalau wanita ini cemburu lagi. Bisa saja hanya karena melihat Thalita pagi tadi Ayesha langsung ill feel.“Mas tidak suka, ya?” Ayesha sudah menangkap ekspresi wajah Hilbram. Dia jadi sedih, suaminya itu pasti sangat tidak menyukainya mencemburui Thalita.Tapi bagaimana lagi? Kalau dia tidak membicarakannya, setiap hari wanita itu selalu makan hati.“Bukannya tidak su

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Digigit Ular

    Adam berteriak-teriak saat melihat sang mama datang. Dia merangkak dengan cepat untuk menghampiri Ayesha dan bergelanyut di kakinya.“Anak Mama sudah bobok siang?” tanya Ayesha mengangkat Adam sambil menciuminya.“Yang...yang!” Adam mencoba menyampaikan kalau dia sudah bobok siang tadi.“Oh, bagus, anak pintar!” Ayesha menggendong Adam dan mengajaknya ke kamar. Namun anak itu menunjuk-nunjuk halaman samping sebagai kode ingin bermain dengan sang mama di halaman samping. Adam suka mengejar kupu-kupu di sana.“Sini sama Sus saja, Dek!” tukas Nur mencoba membujuk Adam. Nyonya-nya baru datang, pasti masih lelah.“Oh, tidak apa Nur. Tolong taruh tasku di kamar, ya?” ujar Ayesha menyodorkan tasnya pada Nur sementara dirinya sendiri berjalan keluar untuk memenuhi keinginan sang anak.Adam langsung melorot minta diturunkan. Dia ingin dibimbing berjalan dengan dua tangann

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Di Rumah Sakit

    Adam segera mendapat pertolongan seketika sampai di rumah sakit. Dokter sudah mengatakan bahwa jenis ular yang menggigit Adam bukanlah ular berbisa. Jadi tidak ada yang perlu dirisaukan. Apalagi Adam sudah mendapat perawatan.Meski demikian, Ayesha belum bisa tenang. Sejak tadi Adam tidak berhenti menangis. Mungkin mengeluhkan kakinya yang terasa masih sakit karena digigit ular.“Tenang, Nyonya. Rasa sakitnya akan segera menghilang,” ujar dokter yang menangani Adam.Ayesha mengelus-elus sang anak untuk menenangkannya. Dicobanya tidak menangis dan tenang. Lalu Ayesha menghibur putranya itu.“Sayang, kalau Adam terus teriak mama jadi takut!” tukas Ayesha sambil menatap putranya dengan puppy eyesnya. Adam lalu terhenti menangis dan menatap sang mama.“Jangan nangis ya, mama jadi sedih lho...”“No...”“No nangis ya?”“Tit...” keluh Adam menunjuk kakinya yang sakit.“Mama cium ya biar tidak sakit?” Ayesha mencium lembut kaki anaknya itu. Dia menjadi lebih tenang karena Adam juga sudah mul

Latest chapter

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Hadiah Spesial

    “Selamat ulang tahun, Sayang!” bisik Hilbram di telinga Ayesha yang semalaman terlelap manja dalam dekapannya itu. Mata itu terbuka perlahan. Melihat suaminya sudah nampak berseri dia hanya menunduk malu. Rona pipinya jadi kemerahan. “Kenapa? Kau tidak suka hadiahku semalam?” Hilbram mengelus pipi yang kemerahan itu. “Hadiah yang mana?” Otak Ayesha sudah blank saja sepagi ini. “Hmm?” Hilbram menatapnya heran, apa sudah lupa hadiah yang diberikannya? Apa maksud Ayesha menanyakan hadiah yang mana? Hilbram jadi menahan senyumnya. “O-oh, suka, kok, Mas. Terima kasih!” dengan cepat Ayesha menjawab. Dia akan bertambah malu kalau saja sampai ketahuan memikirkan hadiah satunya lagi. Mudah-mudahan Hilbram tidak memahami maksudnya. “Terima kasihnya untuk hadiah yang mana?” Hilbram malah menggodanya. Ayesha mencebik sebal dan membuat Hilbram terkekeh. Apa pria ini benar-benar ingin membuatnya malu habis? “Benar ‘kan kata orang, setelah mengalami pertengkaran dan masalah, membuat hubung

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Memohon Pengertian

    Saat Hilbram meraih jemari itu dan menciuminya, Ayesha baru tersadar seharusnya menarik tangannya dari suaminya itu. Dia masih bingung dengan dirinya sendiri, sementara Hilbram terus berusaha memepetnya.“Sebelum meninggal, Kakek benar-benar memohon padaku agar menjaga dan menyelamatkan anak-anaknya. Aku terlibat janji yang tidak bisa aku ingkari—pada pria yang sudah memberikan hidup dan segalanya padaku. Aku harap kau bisa memakluminya, Sha. Setelah ini aku janji hidup dan matiku hanya tentangmu dan anak-anak kita,” ucap Hilbram berharap Ayesha memberinya sedikit pengertiannya.Kata-kata yang ditandaskan Hilbram semakin membuat Ayesha merasa begitu egois. Dia gelisah namun tidak lagi bisa berkutik dengan banyak alasan lagi untuk menghindar.“Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku, Sayang. Aku harap kau mengingatnya dengan baik.”Hilbram sungguh tidak sabar dengan keadaan yang bertele-tele ini. Dia mereng

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Deep Talk

    “Aku baru tahu kalau sering berhubungan bisa membuat persalinan lancar.” Hilbram sepertinya sengaja mengulas perkataan dokter tadi saat mereka sudah di jalan pulang. Ayesha memang pernah membaca hal seperti itu, tapi tidak menyangka kalau dokter tadi menyarankannya begitu. Mana belum-belum dia sudah bilang janji, lagi, akan melakukan saran dokternya. “Itu kalau tidak sungsang, kalau sungsang percuma juga melakukannya!” Ayesha sedikit sebal karena pria ini seolah tampak bersemangat setelah mendengar hal itu. Pasti di kepalanya yang mesum itu sudah membayangkan tidur bersamanya. “Sepertinya kau keberatan kalau lahiran normal? Tidak apa juga sih, kita bisa pindah ke kota untuk proses persalinanmu.” “Enggak begitu, aku justru mau lahiran normal. Adam dulu lahir normal, kalau bisa adiknya juga harusnya lahir normal. Lagian, lahir dengan alami akan baik juga bagi kesehatan bayinya.” Sebenarnya Ayesha menyembunyikan kenyataan kalau dirinya takut jika membayangkan tubuhnya dibedah. Tidak

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Saran Dokter

    Kata-kata Ayesha seperti panah yang menancap tepat di jantung Hilbram. Pria ini sudah dikubangi perasaan yang bersalah sepanjang waktu. Terisak tanpa suara dan menangis tanpa air mata. Menyesap luka-luka batinnya seorang diri. Dan kini, mendengar langsung kekecewaan sang istri, perasaanya laksana kertas yang diremas-remas hingga meski di luruskan lagi bekas itu tetaplah sulit dilenyapkan.Matanya memerah dan dia hanya bisa menunduk sedih. Ingin sekali dia bersimpuh di kaki Ayesha dan bersujud padanya agar wanita itu tahu, dia sungguh merasa bersalah. Hatinya remuk mendengarnya mengalami semua ini.Namun wanita itu sudah bangkit dan terburu meninggalkannya. Sepertinya, Ayesha masih sangat terluka. Hilbram jadi sedih dan cemas menatap pintu kamar itu. Apakah istrinya di dalam sana sedang menangis?Dia jadi merasa kehadirannya sangat tidak ada gunanya.Ayesha berusaha mengontrol dirinya. Dihelanya napas panjang kemudian dia mulai se

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Jadi Gugup

    Mbok Sri masuk untuk mengambilkan minyak dengan aroma eucaliptus. Dia mengatakan Ayesha menyukai aroma itu karena membuatnya merasa tenang dan nyaman.Hilbram mengambil botol minyak itu dan bergegas hendak ke kamar Ayesha. Namun Mbok Sri yang suka bertutur itu merasa harus memberitahunya dulu. “Habis mijit di kaki, biasanya Mbak Ayesha minta diolesi di perutnya. Soalnya kadang suka terasa gatal kalau tidak diolesi minyak,” Mbok Sri memberitahu apa adanya. Mereka suami istri, jadi sekalian agar Hilbram tahu kebiasaan istrinya itu.“Oh, baik, Mbok!”“Tapi ingat, Mas. Tidak boleh dipijit perutnya, hanya di olesi dengan lembut.” Perempuan itu mengingatkan, siapa tahu Hilbram tidak paham bahwa wanita hamil tidak boleh dipijit di bagian perutnya.“Iya, terima kasih atas penjelasannya, Mbok.”“Kalau begitu saya suapi Den Adam dulu ya, Mas. Sekalian mau bilang, ha

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Minta Dipijit

    Adam terlihat senang sekali melihat kambing yang diikat di halaman samping rumah. Anak kecil itu menyodorkan rumput pada moncong kambing itu, yang kemudian segera dilahap kambingnya.Hal seperti itu saja sudah membuat Adam tertawa senang dan heboh sekali. Dia terlihat sangat bahagia apalagi sang papa sudah ada di dekatnya.“Papa, mana Pus?” Adam tiba-tiba menghampiri Hilbram karena teringat kucingnya.Saat pergi bersama kakeknya naik kereta mengelilingi kota Zermatt waktu itu, Adam membawa serta kucingnya. Sayangnya, dia harus meninggalkannya di stasiun Kota Visp ketika terjadi pengejaran. Tidak di sangka, Adam mengingat kucingnya itu lagi. “Oh, nanti kita cari pus lagi, ya?” jawab Hilbram lembut.Hilbram mengangkat Adam dan mendudukannya di pangkuan. Dia rindu sekali dengan putranya itu. diciuminya Adam dan sedikit bercanda dengannya.Bocah itu sudah banyak bicara sekarang. Padahal baru 4 bulan mer

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tawa Ayesha

    Elyas sudah bersiap di depan rumah untuk di antar Miko ke stasiun kereta terdekat, mengingat sudah memutuskan akan berangkat sendiri dengan kereta api. Dia tidak ingin Miko meninggalkan Ayesha meski sudah ada anak buahnya yang lain berjaga.Adam merajuk pengen ikut, tapi entah apa yang disampikan Miko hingga anak kecil itu tidak lagi merajuk. Kini kembali ke sang mama yang masih berdiri di teras untuk melepas sang ayah.Sayang sekali, tiba-tiba ada tamu tidak di undang yang membuat Elyas tidak bisa segera masuk ke dalam mobil Miko.“Lho, Pak Carik? Ada apa?” sapa Elyas melihat pria yang waktu itu memberitahu ada surat untuknya, kini datang pagi-pagi padanya.“Saya bukan Pak Carik lagi, Pak. Pak Cariknya sudah tidak cuti. Jadi sudah tidak gantin tugas lagi.”Miko yang awalnya tampak awas mulai menatap pria itu sedikit santai. Sepertinya bukan pria yang berbahaya.“Ehem, okelah, Pak Tono mau apa?&rdquo

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Bawaan Orok

    “Anak pintar makan yang banyak, ya!” tutur Ayesha pada Adam agar mau makan dengan lahap.“Ya, Mama...” sahut bocah lucu itu sambil terus mengunyah makanan yang sudah disuapkan ke dalam mulutnya.“Adik makan?” Adam menunjuk-nunjuk perut Ayesha yang membuncit itu, di dalam sana Adam sudah paham bahwa ada mahluk yang akan dipanggilnya adik.“Iya, Adik nanti makan sama Mama. Adam harus makan banyak biar kuat, biar besok bisa jagain adiknya.” Ayesha memberi pengertian pada anaknya yang tidak tahu apa sudah bisa memahaminya atau belum? Usianya baru 2 tahun lebih beberapa bulan. Masih sangat dini seharusnya memiliki seorang adik. Apalagi mengingat rumah tangganya kini mulai retak. Ayesha terkadang sempat berpikir, apakah keputusannya meminta cerai adalah hal yang tepat?Suara mobil terdengar di halaman rumah membuat Adam yang sedang disuapi Ayesha bangkit dan berlari keluar. Ayesha jadi ikut pen

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Membagi Tanggung Jawab

    “Om Bobby, aku pasrahkan perusahaan di Indonesia saat ini atas nama Farin. Itu haknya sebagai cucu keluarga Al Faruq. Tolong jaga untuk keponakan dan tanteku. Aku yakin, Om bisa melakukannya dengan baik," tutur Hilbram di depan para anak dan menantu keluarganya itu.Saat ini, dia akan melepas seluruh tanggung jawab untuk melindungi mereka dengan memberikan kekuasaan sehingga mereka bisa mengatur dan melindungi diri mereka masing-masing.Hilbram harus mengambil langkah ini meski akan keluar dari wasiat kakek neneknya yang menyerahkan sepenuhnya perusahaan Al Faruq atas namanya. Hilbram tidak ingin lagi mengabaikan keluarga kecilnya hanya untuk memenuhi tanggung jawabnya yang lain.“Tentu, Bram. Aku akan berusaha mengelolanya dengan baik.” Bobby menampakan kesanggupannya menerima tanggung jawab yang besar itu dari Hilbram—yang seharusnya semua ini adalah miliknya.“Terima kasih, Bram!” Hamida ber

DMCA.com Protection Status