“Aduh, Nin. Gimana ini?” Ayesha jadi bingung karena Hanin menelponnya untuk mengkonfirmasi bahwa temannya yang EO itu sudah menyetujui Ayesha yang akan menjadi singer di acara yang di handle.Waktu itu, dia sedang kesal dan resah hingga tidak sengaja mengiyakan. Setelah berpikir jernih, Ayesha tentu saja tidak bisa melakukan hal itu tanpa seizin suaminya.“Gimana apanya? Kan kamu sendiri yang menyanggupinya waktu itu?” Hanin jadi keheranan dengan sikap Ayesha.“Ini sudah mepet, lho, Sha? Jangan macam-macam deh!” Hanin yang malah tegang sendiri.“O-oke, aku akan coba ngomong baik-baik ke Mas Bram, barangkali dibolehin! Aku enggak mungkin Nin bisa keluar tanpa izin Mas Bram. Kamu kan tahu sendiri kemana-mana kita dikawal!” Ayesha meminta pengertian temannya itu. Dia pasti tahulah keadaan Ayesha.“Hhg, buruan, aku tunggu ya, jangan lama-lama, biar kalau kamunya enggak jadi temanku itu bisa cari gantinya!”“Oke, Sayangku! Kau memang yang paling pengertian. Aku mencintaimu!” ujar Ayesha
Hilbram diberitahu bahwa Ayesha mendatangi lantainya saat masih ada tamu di ruangannya. Lalu dia bergegas menghubungi istrinya itu.“Ada apa tadi ke ruanganku?” tanya Hilbram. Saat itu Ayesha sudah di daycare mengunjungi Adam putranya.“Hanya ada perlu sedikit, tapi tidak apa nanti saja di rumah aku sampaikan.”“Sudah makan siang kamu?” tanya Hilbram mengingatkan Ayesha.“Sudah, Mas. Mas sudah belum?”“Ini baru mau makan siang. Nanti pulangnya dijemput supir saja, ya. Aku harus ninjau proyek bersama Taher.”“Baik, Mas!”“Adam tidak rewel ‘kan?”“Tidaklah, Papa. Adam habis makan siang sama Sus Nur, ya, Nak?” Ayesha memangku anaknya agar bisa ikut mengobrol dengan sang papa.“Papapapa...” celoteh anak itu. Membuat sang papa di seberang sana terdengar tertawa kecil.“Ya sudah, makan siang papa sudah siap. Sampai ketemu di rumah ya?”“Daah, Papa!” Ayesha memungkasi panggilan. Adam yang sudah tidak bisa lama-lama dipangku itu merosot maunya belajar merangkak.“Sebentar dong, Nak. Mama
Semalam Hilbram pulang larut saat Ayesha sudah terlelap dalam tidurnya. Jadi mereka belum membicarakan tentang apa yang ingin Ayesha sampaikan. Pagi ini kelihatannya pun suaminya tidak bisa diganggu karena Taher sudah membuatnya sibuk di ruang kerjanya dengan beberapa dokumen yang membutuhkan tanda tangannya. “Adam sudah halum?” Ayesha menimang putranya yang sudah rapi itu. “Bentar, tunggu papa dulu ya, kita berangkat bareng papa!” “Papapapap!” Adam seolah sudah tidak sabar. Melihat mamanya sudah rapi, dia tahu bahwa akan segera berangkat ke tempat bermainnya di daycare. Sedikit siang mereka baru berangkat karena Hilbram masih ada yang harus dikerjakan. Dia juga tidak mengizinkan Ayesha berangkat duluan. Jadi Ayesha harus bersabar menunggu sang suami. “Aku pikir kau sudah tidak mau ke kantor karena kejadian kemarin?” ujar Hilbram yang duduk di belakang, membiarkan Taher menyupirinya. Karena setelah ini mereka akan ke luar kota untuk sedikit urusan. “Oh, jadi Mas sudah tahu hal it
“Astaghfirullah!” Ayesha yang baru masuk benar-benar terkejut melihat beberapa orang duduk dengan serius mendengar arahan suaminya, lalu kompak menatap ke arahnya dengan tatapan yang mengerikan sekali baginya. “Maaf, aku—aku sudah salah masuk!” ujar Ayesha yang kemudian menyadari kebodohannya. Mana mungkin dia bisa salah masuk ke ruangan big bos. Mata-mata itu semakin menelanjangi dirinya. Dia benar-benar sudah gegabah. Sudah sukses membuat orang di sana menjadi semakin terheran-heran penuh hal buruk tentangnya. “Ya sudah, kalian bisa keluar dan lanjutkan pekerjaan. Aku akan mengurus karyawan yang nakal yang sudah salah masuk ruangan ini!” ucap Hilbram menahan senyum. Sementara justru membuat pikiran di kepala pegawainya itu sudah kemana-mana. Hanya bisa saling menatap dan tanpa banyak bicara bangkit keluar. Curi-curi lirik pada wanita berhijab yang berdiri canggung itu. “Jadi gosip di kantor ini benar, kalau Tuan kita memang ada affair dengan salah satu karyawan di sini?” tuka
“Bangun, Sayang. Bukankah ini masih jam kerja?” Ayesha membelai wajah suaminya yang begitu lelap dalam tidurnya itu. Perlahan mata itupun terbuka lalu menatap wanita yang sudah habis-habisan memuaskannya itu. Dia merasa mulai nampak familiar dengan semuanya. “Terima kasih, Sayang” ucapnya mengecup kening Ayesha penuh sayang. “Ini tidak gratis, lho!” Ayesha mencebik manja dan mengingatkan kesepakatan mereka. Hilbram terkekeh, Ayesha benar-benar menyelami perannya sebagai seorang selingkuhan. Apa yang sebenarnya dia mau? Toh dia sudah pasti mendapatkan semua yang Hilbram miliki. “Waktu itu aku sudah tanpa sengaja mengiyakan tawaran Hanin untuk bernyanyi di acara pernikahan yang dihandle temannya. Boleh ya?” Hilbram menatap Ayesha dengan terkejut. Bagaimana mungkin dia akan mengizinkan istrinya menjadi penyanyi di sebuah acara pernikahan? “Ingat, sudah janji lho tadi?” Ayesha menandaskan, sebenarnya sudah was-was saja pria ini tidak akan mengizinkannya. “Kali ini saja, bol
Diantara tamu undangan yang lainnya terdapat beberapa orang yang mengenal Ayesha sebagai teman di kantornya. Ada Maya dan Cibel. Verni juga terlihat bergabung bersama dua wanita itu. “Bukankah itu wanita yang tiba-tiba datang ke ruang kerja big bosmu?” tanya Cibel menatap ke arah panggung tempat Ayesha melantunkan lagu-lagu. “Yess, Miss. Tidak salah. Itu memang dia.” Verni antusias karena itu memang anak di devisinya. Baru tahu kalau dia penyanyi. “Ternyata penyanyi dia?” Maya menyahut. “Mungkin sebelum ini nyanyi di kafe atau malah jadi purel di karaoke?” Verni malah menduga-duga saja. Ketiganya tersenyum sinis menatap Ayesha yang tampak anggun dan cantik itu. Namun siapa sangka, dia adalah wanita simpanan big bos. benar-benar seperti dua gambar yang berbeda di satu koin. “Barangkali saja ada masalah dengan rambutnya makanya ditutupi hijab. Dan kalau berhijab otomatis bajunya juga menyesuaikan ‘kan?” sahut Vernie tidak percaya kalau Ayesha wanita yang alim. Dia segera ing
Thalita akhirnya menyadari bahwa selama ini dia terlalu kejam pada Rahman. Padahal pria itu sudah berbaik-baik pada keluarganya. Membantu papanya yang hampir stres dan frustasi karena kondisi ekonominya yang bangkrut di masa pandemi ini, sementara sepupunya yang sombong itu malah membuat mamanya terhina. Sebenarnya sudah sejak malam itu, dia mulai merubah penilaiannya terhadap Rahman. Rahman juga bukanlah pria yang buruk untuk disukainya. Meski usia mereka terpaut sangat jauh, sikap Rahman yang sabar atas semua perangainya, membuat Thalita merasa dilindungi. Thalita merasa memberikannya kejutan malam ini adalah hal yang pantas diterimanya. Sebagai permintaan maaf atas sikap-sikapnya selama ini yang selalu mengujinya. Dan kenyataan bahwa Rahman adalah papa dari putrinya tidak akan pernah bisa dihapus dalam hidupnya. Selain terikat pernikahan, di antara mereka juga sudah ada seorang putri, yang selamanya akan menghubungkan keduanya. “Aku sudah menunggumu sejak tadi?” ujar Thalita men
Sebagai orang yang sudah mengalami jatuh bangun dalam hidup, Ayesha pasti sudah memiliki insting bahwa Verni dan kawannya berusaha mempermalukan dirinya di depan Hilbram dengan harus menyanyi. Ketiga wanita yang merasa kelasnya lebih tinggi dari yang lainnya itu berpikir, bahwa big bos perusahaan ini akan datang bersama keluarganya agar bisa membuatnya cemburu dan tersisih. Sayangnya, hal itu tidak akan bisa mereka dapatkan dikarenakan istri dari sang big bos yang mereka tunggu--adalah yang bernyanyi di panggung untuk menghibur. Tidak masalah. Ayesha juga belum pernah bernyanyi langsung di depan suaminya itu. Anggap saja dia ingin mempersembahkan perasaannya pada pria di sana yang sudah duduk dan masih bercengkrama dengan kolega bisnisnya. Ketika master ceremonial memberitahu bahwa Ayesha harus segera bersiap untuk tampil, dia pun berkomunikasi sejenak dengan grup musik dan meminta untuk memainkan sendiri piano pengiring lagunya. Di layar besar yang menjadi latar belakang panggung