Cloud yang tertidur di kursi seketika terperanjat mendengar pintu rumah yang dibanting dengan sangat kencang. Ia langsung bangkit dan melihat Nic masuk dengan tubuh sempoyongan. Lengan kemeja berwarna putih yang dikenakan pria itu tergulung sampai siku, tapi ada satu hal yang menjadi pusat perhatian Cloud, yaitu sepatu Nic. Mbok Cicih berjalan terburu-buru dari arah dalam ke luar untuk menutup pintu. Malam itu selain Cloud, semua orang juga tidak bisa tidur sebelum Nic datang. “Ah … ini dia istriku yang paling aku cintai, sayangnya anak dari seorang penjahat.” Nic menunjuk wajah Cloud dengan telunjuk. Apa yang diucapkannya Cloud sendiri tak begitu mempedulikan, karena tahu Nic dalam kondisi tidak sadar. “Jika kamu mencintaiku seharusnya tidak seperti ini,” jawab Cloud. Ia hendak meraih tangan Nic, tapi pria itu menepisnya dengan kasar. “Tidak usah pegang-pegang! Aku tidak sudi kamu pegang!” Cloud hanya bisa menghela napas, dia menoleh mbok Cicih dan penjaga rumah yang tercenung m
"Dia akan jadi mamaku, karena dia yang papa sayang."Nic berjalan cepat menuju unit apartemennya setelah mengirim pesan ke Amara, untuk mengajak wanita itu bertemu. Nic tak menyangka Amara tega mengatakan hal gila semacam itu ke Kala.Sesampainya di apartemen, Nic tak menduga kalau Amara ternyata sudah berada di dalam. Wanita itu dengan santai membuat kopi dan tak menoleh meski dia sudah berdiri tak jauh dari pantry."Kenapa kamu bicara seperti itu ke Kala?""Karena hanya itu yang bisa membuatmu datang menemuiku," balas Amara. Ia melempar sendok kecil di tangannya lantas menoleh. "Aku tidak bisa dicampakan begitu saja!"Nic tak menjawab, sebenarnya dia merasa brengsek sudah menjadikan Amara selingkuhan. Tak seharusnya dia menyeret Amara jika memang mereka bersahabat baik."Aku tidak mencampakanmu, aku hanya butuh waktu agar situasi mereda dulu," ucap Nic. "Tapi apa yang kamu lakukan benar-benar keterlaluan, aku sudah bilang jangan sampai kamu menyentuh Kala, atau aku akan meninggalkan
“Tidak semudah itu balas menamparku! Dasar jalang tak tahu diri!” Cloud mencekal pergelangan tangan Amara dan menghempaskannya kasar. “Silahkan ambil Nic jika kamu sangat terobsesi padanya, tapi jangan harap kamu bisa menjadi ibu Kala.” Cloud pergi, tapi sebelum itu dia menyenggol kasar lengan Amara. Sekuat tenaga menahan air mata, tapi tetap saja buliran kristal bening menetes di pipinya. Siapa wanita yang tidak akan percaya selingkuhan suaminya hamil, jika si suami saja memang sering menghabiskan waktu di luar bersama. Sementara setelah Cloud pergi, Amara menyunggingkan senyum. Ia yakin kali ini Cloud pasti akan meninggalkan Nic, karena dia tahu wanita itu tak mungkin mau dimadu dengannya. Cloud pun kembali ke studio tempat Kala berada. Selama menunggui Kala, dia hanya diam melamun dan setelah selesai Cloud langsung mengajak Nina dan Kala pamit. Ia menyerahkan kunci mobil ke Nina, karena tidak ingin membuat orang celaka dengan mengendarai mobil sambil melamun. [ Tante Hita, maafk
“Papa lihat ini! Mau sampai kapan si brengsek ini diberi hati?” Rain masuk ke ruangan Skala. Ia meletakkan beberapa lembar foto saat Nic datang ke apartemen menemui Amara. Skala tampak sangat kecewa, dia menyingkirkan foto itu dan berkata- “Kalau begitu dia harus menceraikan Cloud.” Rain bisa sedikit bernapas lega mendengar jawaban itu. Namun, tetap saja menyalahkan Skala. “Seharusnya Papa tegas sejak kemarin,”ucapnya. “Bukan Papa yang menjalani pernikahan itu. Jika adikmu masih sangat mencintainya lantas Papa harus bagaimana?” Skala menatap Rain lalu melirik foto yang tadi dia singkirkan. “Kalau seperti ini lebih mudah menekan Cloud.” “Aku akan memastikan Cloud bercerai dari Nic, sebagai kakak aku tidak akan membiarkan adikku menghabiskan sisa hidupnya dengan pengkhianat.” Rain yang masih emosi memutar tumit, lantas pergi dari ruangan papanya tanpa pamit, sedangkan Skala tampak membuka laci meja, mengambil beberapa kertas yang dia masukkan ke dalam sana dengan terburu-buru tadi.
"Kala, di mana Kala?"Cloud baru saja sadar dan orang pertama yang dia cari adalah sang putra. Lelehan kristal bening Cloud menetes dari sudut mata, dan Bianca pun mengusapnya penuh kasih sayang."Kala baik-baik saja, Rain nanti akan membawanya ke sini," ucap Bianca sambil menarik napas dan menghapus air mata. "Apa ada yang sakit?" Tanyanya dengan bibir bergetar. Cloud sadar tidak semua hal bisa ditanggung sendiri, dia mengangguk dan berkata sambil menunjuk dada dengan tangan kanan yang terpasang selang infus."Hatiku, sakit Ma! Bayiku, dia pergi 'kan?"Bianca semakin tak bisa membendung kepedihan. Ia dekap kepala Cloud dan menumpahkan tangisnya juga. Bianca tak menyangka sang putri tetap bisa merasakan kehilangan janinnya meski belum diberitahu."Sabar ya! Sedihmu jangan sampai berlarut supaya kondisimu cepat pulih," bisik Bianca."Aku ceroboh, kenapa begitu bodoh sampai tidak bisa menjaganya?" Cloud meratap. Jika memang titik terendah dalam hidup manusia itu ada, maka saat ini Clou
Amara ketakutan, dia bahkan melempar ponselnya setelah Nic menutup telepon. Kemarin, dia seolah terkena bisikan setan, merasa bersalah dan ketakutan setelah sadar dirinya baru saja menabrak Cloud dengan sengaja.Wanita itu mondar-mandir di ruang kerja. Apa jadinya jika sampai keluarga Cloud mencari tahu dan menjebloskannya ke penjara.“Dia tidak mati ‘kan? Ya, Nic marah karena anaknya, bukan karena wanita itu.”Amara berbicara sendiri untuk menenangkan kegelisahan hati. Ia menggigiti kuku ibu jari, setelah itu mengambil tas dan kunci mobil. Amara sengaja tidak membawa mobil yang dia gunakan untuk menabrak Cloud kemarin karena ketakutan. Wanita itu meninggalkan ruangannya tanpa pamit ke staffnya yang heran dengan tingkahnya sejak pagi. Amara bergegas menuju apartemen Nic, dia bertekad harus mendapatkan maaf dari pria itu, meski harus berlutut di kakinya.Beberapa menit kemudian, Amara sampai ke apartemen dan langsung masuk ke dalam. Ia tidak melihat sepatu Nic di dalam, tapi ada sepasa
“Mabibi, Mama mana? Kenapa Mama nggak datang buat jaga aku? Kenapa cuma onty Nina dan Papa?” Dengan polosnya Kala bertanya. Ia memandang tiga orang dewasa yang berada di kamarnya. Nic tetap bungkam, dia sama sekali tak mencoba bertemu dengan Cloud lagi setelah diusir Bianca kemarin. “Mama mati ya?” Tanya Kala kemudian menangis terisak. Bianca terkejut dan memeluk tubuh sang cucu. Ia menolak ucapan Kala dan menjawab Cloud baik-baik saja. “Mama hanya terluka Kala, dia juga ada di sini,” jawab Bianca. Tak tega dengan kondisi cucu kesayangannya, Bianca pun melunak dan mengajak Kala ke kamar perawatan Cloud. Ia berniat membawa Kala sendiri, tapi anak itu merengek tidak mau pergi hanya bertiga dengannya dan Nina, Kala ingin digendong Nic. Akhirnya meski terpaksa Bianca pun membiarkan Nic pergi mengantar ke kamar dan sudah pasti pria itu akan bertemu dengan putrinya. Saat masuk ke kamar, Cloud sedang bersama Embun. Ia terkejut melihat kedatangan Nic dan Kala. Cloud mengerutkan kening, d
Nic tak terpengaruh dengan ucapan Skala padanya. Ia menarik sudut bibir dengan tatapan yang masih tertuju pada Cloud. Nic sedikit tak percaya kalau wanita itu ternyata juga bisa mengacuhkannya seperti ini."Kala sepertinya sudah nyaman di sini, aku percaya banyak orang yang bisa menjaga," ucap Nic. "Aku permisi pergi," imbuhnya.Cloud baru menegakkan kepala lagi setelah mendengar bunyi pintu tertutup. Ia menarik napas berat dan isak tangisnya terdengar jelas di telinga semua orang. Cloud menghapus air mata lalu mencium kening Kala. Mengabaikan perasaan cinta yang dimiliki ternyata cukup menyakitkan bagi dirinya.Di luar kamar tanpa Cloud dan semua orang tahu, Nic ternyata berpapasan dengan Rain. Mereka sama-sama menghentikan langkah dan Rain tersenyum mencibir pria yang masih berstatus adik iparnya ini. "Masih berani menampakkan diri rupanya. Apa kamu perlu aku buat sampai gegar otak agar jera?" sinis Rain."Aku mengantar Kala, dia ingin bertemu dengan mamanya."Rain tersenyum miring