Cloud kembali ke perusahaannya sendiri setelah menemui Rain dan pengacara Doni. Langkah kaki wanita itu tampak lemah, tatapannya terus tertuju ke lantai yang dipijak. Sesekali pundaknya turun seiring dengan hembusan napas lelah yang keluar dari mulut. Cloud tak yakin berapa lama lagi bisa menyembunyikan masalah ini dari Nic. Dia berharap kabar yang didapat kakak sepupunya benar, kalau kesehatan Bagaskara sedang tidak baik, sehingga kemungkinan tidak akan datang ke Indonesia dalam waktu dekat. Cloud masih menggerakkan kaki menuju ruang kerja, dia melamun dan seketika kaget melihat kaki seseorang yang menghadang tepat di depannya. “Nic! Kenapa kamu ada di sini?” Cloud kaget setengah mati, tak menyangka Nic berada di kantornya di siang bolong seperti ini. Cloud mencoba memandang Tasya dengan cara menggeser sedikit kepala, beruntung dia tadi juga berbohong ke sekretarisnya itu kalau keluar untuk bertemu teman lama. “Kenapa kaget? Tidak mengharapkan kedatanganku?” “Bukan, tapi tumben
Perasaan bersalah Cloud karena merahasiakan masalah Maha dari Nic pun sejenak terlupakan. Wanita itu memilih untuk menikmati sentuhan yang Nic berikan, satu hal yang selalu membuatnya tidak bisa memikirkan hal lain saat akan bercinta, kecuali membalas Nic dengan perlakuan yang sama. Cloud berada di atas pangkuan Nic yang duduk di tepi ranjang, melingkarkan tangan ke leher pria itu sambil mencium bibir penuh nafsu. Nic sendiri juga melakukan hal yang sama, tangannya memegang erat pinggang Cloud agar duduk seimbang. Cloud menjauhkan wajah dan mengusap bibirnya yang basah, dia menatap nakal Nic yang sorot matanya sudah dipenuhi kabut birahi. Pria itu memulas senyum sambil melepas kancing kemeja Cloud dan melepaskannya buru-buru dari tubuh wanita itu. Nic merebahkan istrinya ke ranjang, melepas semua pakaian yang dia kenakan dan membuang sembarangan. Nic tak lagi peduli dengan rasa panas karena belum menyalakan pendingin ruangan. Dia melepas celana bahan yang Cloud pakai, menyisakan se
“Cloud, apa kamu melihat uangku di sini?” Pertanyaan Nic sukses membuat Cloud yang sedang menyisir rambut kaget. Dia sama sekali tidak pernah membuka dompet Nic, bahkan menyentuhnya pun tidak pernah dia lakukan. “Uang? Uang apa?” “Uang seratus ribu yang kamu berikan saat aku mengantarmu pulang ke rumah papa malam-malam. Uang yang kamu berikan untuk ongkos taksi,” jawab Nic. Pria itu panik seperti baru saja kehilangan jam tangan mewah berharga miliaran. “Ya ampun, apa kamu menyimpannya? Apa itu sangat berharga?” Cloud menyepelekan kegelisahan sang suami. Ia pikir tidak ada yang spesial dari uang itu, tanpa tahu bagi Nic uang itu seperti barang berharga yang nilainya melebihi lukisan Monalisa. “Itu uang pertama yang kamu berikan padaku, aku tidak pernah sebahagia itu menerima uang dari orang.” “Astaga, sayang! Kamu mungkin hanya lupa, coba cari lagi dengan benar. Tidak perlu sepanik itu, kalau hilang aku bisa memberikannya lagi.” Cloud masih tidak paham dan malah sibuk memoleskan
"Sudah lama aku tidak melihatmu, apa kamu sudah pindah tempat kerja dari Overnight club? Apa pelangganmu sudah bosan atau malah sudah habis?" Pria yang kemungkinan pernah menjadi pelanggan Thea saat bekerja menjadi kupu-kupu malam itu bicara santai, tak memiliki etika bahkan saat sadar gadis itu sedang dikelilingi banyak orang dan juga ada satu anak kecil di sana."Apa kamu mengenalku? Aku .... "Thea tak jadi meneruskan kalimatnya karena Aditya lebih dulu berdiri. Menyadari situasi yang mungkin akan membuat Thea kebingungan dan sedih, Aditya meminta pria itu pergi dengan tatapan penuh intimidasi."Sepertinya kamu salah orang, tidak sopan langsung bicara seperti itu tanpa permisi. Apalagi tidak memastikan dulu apakah bicara dengan orang yang benar atau tidak," ucap Aditya."Dia Thea 'kan? Dia PS .... " "Pergi dari sini!" Bentak Aditya. Jantungnya hampir melompat keluar karena pria itu hampir saja menyebut kata PSK.Pria itu pun membuat wanita yang datang bersamanya ke toko gelato me
"Mungkin barang-barang itu bukan milikmu, jadi tidak perlu kamu pikirkan."Aditya masih mencoba menyembunyikan masa lalu Thea. Meskipun dia tahu semua akan membingungkan dan menimbulkan kegaduhan jika gadis itu sampai benar-benar bertanya ke nenek dan adiknya."Kalau begitu aku akan tanya ke nenek nanti, barang-barang milik siapa itu dan kenapa bisa berada di lemariku." Aditya seharusnya sadar kalau Thea hanya kehilangan ingatan, dan bukan mengalami kemunduran pikiran. Gadis itu cerdas, jadi sepertinya akan sulit menyembunyikan kebenaran soal masa lalunya. Apalagi kejadian saat seorang pria menghampiri meja mereka di toko gelato tadi."Tidak usah kamu tanyakan, karena Thea yang dulu tidak ingin sampai nenek dan adiknya tahu apa pekerjaannya." Pada akhirnya Aditya terpaksa jujur.Thea merasa dadanya seketika sangat sakit. Benar-benar tak menyangka kalau dia bukanlah wanita baik-baik. Thea membuang muka kembali, menutupi kesedihan dari Aditya meski suara isak tangisnya jelas bisa diden
“Senang bisa melihatmu kembali berada di sini.” Cloud menyambut dengan sangat ramah saat Thea datang ke perusahaannya. Diam-diam Cloud menilai penampilan Thea yang dia rasa sangat sopan dan elegan. Berbeda sekali dengan Thea yang dulu dia temui di Overnight club. Cloud tahu kalau Aditya sedikit banyak pasti ikut berperan dalam perubahan penampilan Thea ini. “Bu Cloud, Anda tidak perlu bicara begitu,” balas Thea.” Senyuman yang tampak dari bibirnya seperti orang yang sedang tertekan, hingga membuat Cloud curiga dan bertanya apa ada masalah yang mungkin membebani Thea. “Saya sudah tahu. Aditya sudah bercerita semua tentang masa lalu saya.” Bibir Cloud yang melengkung tipis seketika menutup. Tentu saja wanita itu kaget, tidak siap mendengar Thea mengatakan hal ini. Sebagai orang yang merasa berhutang budi, Cloud pun merasa bersalah. Meskipun, jika dipikir lagi, peristiwa nahas yang menimpa Thea memiliki hikmah tersendiri. Thea bisa berubah dan lepas dari pekerjaan menjadi kupu-kupu
Mungkin semua orang pernah mengalami hal seperti yang Cloud rasakan sekarang, saat terburu-buru pergi ke suatu tempat, entah kenapa waktu terasa berjalan sangat lambat. Banyak hal-hal yang membuat perjalanan seperti terhambat. Cloud sampai harus membuka kaca jendela dan bertanya ke pengendara motor yang datang dari arah berlawanan. “Maaf, di depan ada apa ya Pak?” “Ada kecelakaan, Bu. Lebih baik putar balik saja.” Cloud memgucapkan terima kasih kemudian menoleh ke kiri, kanan lalu belakang. Dia seketika lemas karena posisi mobilnya benar-benar terjebak. Tidak mungkin juga baginya putar balik di jalan yang seramai ini. Cloud menyandarkan punggung ke kursi lalu memijat pelipis, berpikir pasti Nic sudah lebih dulu sampai di penjara. Cloud sendiri gelisah, mulai muncul pikiran-pikiran buruk di kepalanya hingga dia memutuskan menghubungi Nic. “Nic.” “Hei!” Nada suara Nic yang biasa sedikit membuat Cloud bernapas lega. Meskipun bingung menjelaskan mulai dari mana, tapi dia bertekad a
"Sok tahu, pria tua sepertimu memang suka seenaknya sendiri mengambil kesimpulan seolah tahu segalanya." Wajah Nic tetap seperti tadi. Mencibir Doni, merendahkan pamannya sendiri seolah tak memiliki harga diri."Berhenti mengusik lagi, atau aku tidak akan segan melakukan hal yang tidak akan pernah kamu bayangkan." Nic mendekatkan wajahnya dan bicara dengan nada suara lirih. "Hati-hatilah memasukkan makanan dan minuman ke dalam mulutmu, kamu tidak akan pernah tahu makanan mana yang akan membawamu ke alam baka."Doni melebarkan manik mata, kaget setengah mati mendengar kalimat ancaman Nic yang sangat mengerikan itu. Doni berpikir mungkinkah Nic sudah berubah menjadi psikopat karena bisa dengan mudah mengancam menggunakan kalimat yang mengerikan. Setelah menyampaikan semua yang ada di kepala, Nic pun beranjak pergi dari hadapan Doni. Dia bahkan tidak pamit atau sekadar mengucapkan kalimat perpisahan ke pamannya itu.Nic melangkah tegap menyembunyikan perasaannya yang kacau. Bagaimanapun