Halo geng pecinta babang frozen dan mba Awan. Akhir bulan ini kisah mereka akan menemui akhir, jadi siapkan hati dari sekarang ya ;)
Mungkin semua orang pernah mengalami hal seperti yang Cloud rasakan sekarang, saat terburu-buru pergi ke suatu tempat, entah kenapa waktu terasa berjalan sangat lambat. Banyak hal-hal yang membuat perjalanan seperti terhambat. Cloud sampai harus membuka kaca jendela dan bertanya ke pengendara motor yang datang dari arah berlawanan. “Maaf, di depan ada apa ya Pak?” “Ada kecelakaan, Bu. Lebih baik putar balik saja.” Cloud memgucapkan terima kasih kemudian menoleh ke kiri, kanan lalu belakang. Dia seketika lemas karena posisi mobilnya benar-benar terjebak. Tidak mungkin juga baginya putar balik di jalan yang seramai ini. Cloud menyandarkan punggung ke kursi lalu memijat pelipis, berpikir pasti Nic sudah lebih dulu sampai di penjara. Cloud sendiri gelisah, mulai muncul pikiran-pikiran buruk di kepalanya hingga dia memutuskan menghubungi Nic. “Nic.” “Hei!” Nada suara Nic yang biasa sedikit membuat Cloud bernapas lega. Meskipun bingung menjelaskan mulai dari mana, tapi dia bertekad a
"Sok tahu, pria tua sepertimu memang suka seenaknya sendiri mengambil kesimpulan seolah tahu segalanya." Wajah Nic tetap seperti tadi. Mencibir Doni, merendahkan pamannya sendiri seolah tak memiliki harga diri."Berhenti mengusik lagi, atau aku tidak akan segan melakukan hal yang tidak akan pernah kamu bayangkan." Nic mendekatkan wajahnya dan bicara dengan nada suara lirih. "Hati-hatilah memasukkan makanan dan minuman ke dalam mulutmu, kamu tidak akan pernah tahu makanan mana yang akan membawamu ke alam baka."Doni melebarkan manik mata, kaget setengah mati mendengar kalimat ancaman Nic yang sangat mengerikan itu. Doni berpikir mungkinkah Nic sudah berubah menjadi psikopat karena bisa dengan mudah mengancam menggunakan kalimat yang mengerikan. Setelah menyampaikan semua yang ada di kepala, Nic pun beranjak pergi dari hadapan Doni. Dia bahkan tidak pamit atau sekadar mengucapkan kalimat perpisahan ke pamannya itu.Nic melangkah tegap menyembunyikan perasaannya yang kacau. Bagaimanapun
Cloud tahu suasana hati Nic yang buruk pasti akan sedikit membaik jika dia memberikan pelayanan plus dua satu. Meyakini hal itu, Cloud tanpa ragu meraba milik Nic dan memijatnya lembut menggunakan jemari. Dia Meloloskan penutup bagian bawah pria itu sampai tak ada lagi yang menghalangi telapak tangannya untuk menggenggam dan memberikan pijatan lembut. Nic sendiri selalu pasrah dan menikmati apa yang Cloud lakukan. Dia sangat menikmati aktivitas yang satu ini sejak dulu meski dengan cara yang jauh sangat berbeda. Dulu dia tidak pernah peduli perasaan Cloud dan apa yang wanita itu inginkan. Apakah Cloud puas atau tidak, dirinya sama sekali tak peduli. Yang Nic pikirkan hanya kepuasannya dan membuat Cloud terlihat sangat tak berharga.Namun, kali ini jelas sudah sangat berbeda. Nic tidak ingin egois dalam segala hal termasuk soal urusan ranjang. Nic memejamkan mata, mengerang halus saat miliknya dimanjakan oleh lidah dan tangan Cloud. Dia sama sekali tak memberi arahan, karena wanita
"Coba kamu hubungi dia dulu, aku akan mengikuti jadwalnya karena aku yang berkepentingan."Cloud menggerakkan badan untuk berbalik ke arah Nic. Pria itu tersenyum sambil membelai pipinya kemudian mendaratkan kecupan di kening."Oke, nanti aku hubungi kak Gama." Cloud menyentuh pipi Nic, tersenyum manis meski di dalam hati agak sedikit miris membayangkan kalau suaminya hanya sedang menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. "Cloud, kenapa kamu tadi bilang lebih mencintaiku dari pada Kala? Bukankah kamu mengandung dan melahirkannya?"Nic ternyata memikirkan ucapan Cloud tadi. Dia heran, bukankah bagi seorang ibu anak adalah segalanya?"Karena Kala setelah besar nanti pasti akan menemukan wanita yang dia cintai, anak itu akan memiliki hidupnya sendiri. Pada akhirnya aku hanya akan memiliki dirimu, untuk itu aku lebih mencintaimu dari pada Kala," balas Cloud. Nic diam membeku, bibirnya kelu dan hanya bisa memandangi wajah Cloud yang seketika membuatnya terharu."Wah .... wah ...." Nic t
"Mama mana? Aku mau ke kamar liat Mama!" Kala berlari masuk ke dalam rumah saat Nina baru saja mengantarnya pulang. Kekasih Rio itu langsung putar balik setelah Kala masuk bersama mbok Cicih. Melihat mobil Cloud, Kala tahu mamanya sudah pulang. Anak itu sepertinya tak sabar untuk menceritakan sesuatu. Namun, baru sampai depan pintu. Anak itu dihadang oleh Nic. Kala jelas kaget sampai tertegun, apalagi Nic seketika meraupnya ke dalam gendongan dan mengajak ke kamarnya sendiri."Aku mau ketemu Mama, kenapa Papa juga sudah pulang? Apa Papa tidak lembur di kantor?" Tanya Kala dengan polosnya. Nic sendiri menggeleng, berjalan terus ke kamar Kala lalu membuka pintu, dia menurunkan sang putra di atas kasur, sedangkan Kala sendiri dibuat heran hingga memandangi wajahnya menunggu jawaban kenapa malah membawa ke kamar."Aku mau ketemu Mama dulu," rengek Kala."Mama sedang tidur, dia capek."Nic beranjak menuju lemari Kala, mengambil handuk dan baju ganti Kala setelah itu meletakkannya ke ran
"Kamu tahu 'kan aku menerima pernikahan ini hanya untuk membuat kakekku senang. Dia menutup matanya dengan kenyataan kalau kamu pernah menjadi selingkuhan pria beristri."Amara menarik sudut bibir, berpikir belum menjadi suaminya saja pria di depannya ini sudah menyindir dan menyudutkan."Hm ... kamu juga tahu, aku menerima pernikahan ini agar tidak lagi dicap sebagai perawan tua, jadi berhenti mengungkit aku pernah menjadi selingkuhan pria lain." Amara memotong steak wagyu di piringnya, menyuapkan ke dalam mulut dengan santai tanpa memandang pria —yang sejak tadi bicara sambil menatap padanya."Aku tahu, hubungan di antara dua orang dewasa pasti tidak hanya sekadar bergandengan tangan."Pria bernama Morgan itu memulas seringai. Berhasil membuat Amara berhenti memotong daging dan memandang ke arahnya."Setidaknya aku tidak hamil, tapi Tuan Morgan apa Anda yakin masih perjaka? Berapa banyak benih yang sudah Anda sebar?" Amara membalas dengan senyum cibiran. "Jika sampai setelah menikah
“Apa hari ini Bu Cloud tidak berangkat bekerja?”Tasya kebetulan bertemu dengan Thea saat berada di pantry untuk membuat kopi. Gadis itu menggeleng, karena tidak tahu jawaban atas pertanyaan Tasya barusan.“Dia tidak menghubungi, jadi seharusnya dia datang. Memang ada apa?” Selidik Thea.“Em… entah haruskah aku mengatakan ini padamu, tapi sebenarnya seseorang dari masa lalu suami bu Cloud akan menikah, aku penasaran saja apa dia diundang.” Tasya tersenyum canggung, tidak ingin sampai Thea salah tanggap dengan apa yang dia sampaikan.“Apa mantan kekasih pak Nic?” Thea sedikit berbisik. Takut jika ada yang tiba-tiba mendengar perbincangannya dan Tasya.“Lebih dari itu, yang akan menikah mantan selingkuhan pak Nic.”Thea mengedip tak percaya. Berpikir bahwa kehilangan ingatan ternyata ada untungnya juga, karena tidak perlu mengingat hal-hal semacam itu.“Ish … kenapa kamu malah bengong?” Hardik Tasya mendapati Thea melongo tak percaya, gadis itu merapikan rambut palsu Thea yang berada di
Cloud berjalan bersisian dengan Nic menuju ruang kerjanya, tentu saja sudah bisa ditebak apa yang akan dilakukan oleh dua sejoli itu. Di dalam lift yang membawa mereka ke lantai di mana ruangan Cloud berada, Nic tanpa sungkan menyudutkan sang istri ke dinding, lantas membelai pipinya dengan sangat mesra.“Kamu memang luar biasa,” puji Nic.“Sudah dari awal bukan? Hanya bedanya, saat itu aku tidak ingin menunjukkan bagaimana aku sangat menginginkanmu,” balas Cloud. Dia mulai bertingkah nakal dengan menarik dasi Nic keluar, mengerlingkan mata genit kemudian keluar dari dalam lift sambil tertawa-tawa.Namun, Cloud mendadak mengatupkan bibir saat melihat Aditya sedang berada di depan ruangannya bersama Thea. Menyadari ekspresi wajah keduanya, membuat Cloud sadar hal yang tidak beres pasti sedang terjadi.“Pagi!” Sapa Cloud ramah.Aditya menoleh, sedangkan Thea buru-buru menghapus jejak air mata yang tertinggal di pipi.“Kenapa? Apa ada masalah?” Cloud tentu penasaran. Begitu juga Nic yang