"Sudah lama aku tidak melihatmu, apa kamu sudah pindah tempat kerja dari Overnight club? Apa pelangganmu sudah bosan atau malah sudah habis?" Pria yang kemungkinan pernah menjadi pelanggan Thea saat bekerja menjadi kupu-kupu malam itu bicara santai, tak memiliki etika bahkan saat sadar gadis itu sedang dikelilingi banyak orang dan juga ada satu anak kecil di sana."Apa kamu mengenalku? Aku .... "Thea tak jadi meneruskan kalimatnya karena Aditya lebih dulu berdiri. Menyadari situasi yang mungkin akan membuat Thea kebingungan dan sedih, Aditya meminta pria itu pergi dengan tatapan penuh intimidasi."Sepertinya kamu salah orang, tidak sopan langsung bicara seperti itu tanpa permisi. Apalagi tidak memastikan dulu apakah bicara dengan orang yang benar atau tidak," ucap Aditya."Dia Thea 'kan? Dia PS .... " "Pergi dari sini!" Bentak Aditya. Jantungnya hampir melompat keluar karena pria itu hampir saja menyebut kata PSK.Pria itu pun membuat wanita yang datang bersamanya ke toko gelato me
"Mungkin barang-barang itu bukan milikmu, jadi tidak perlu kamu pikirkan."Aditya masih mencoba menyembunyikan masa lalu Thea. Meskipun dia tahu semua akan membingungkan dan menimbulkan kegaduhan jika gadis itu sampai benar-benar bertanya ke nenek dan adiknya."Kalau begitu aku akan tanya ke nenek nanti, barang-barang milik siapa itu dan kenapa bisa berada di lemariku." Aditya seharusnya sadar kalau Thea hanya kehilangan ingatan, dan bukan mengalami kemunduran pikiran. Gadis itu cerdas, jadi sepertinya akan sulit menyembunyikan kebenaran soal masa lalunya. Apalagi kejadian saat seorang pria menghampiri meja mereka di toko gelato tadi."Tidak usah kamu tanyakan, karena Thea yang dulu tidak ingin sampai nenek dan adiknya tahu apa pekerjaannya." Pada akhirnya Aditya terpaksa jujur.Thea merasa dadanya seketika sangat sakit. Benar-benar tak menyangka kalau dia bukanlah wanita baik-baik. Thea membuang muka kembali, menutupi kesedihan dari Aditya meski suara isak tangisnya jelas bisa diden
“Senang bisa melihatmu kembali berada di sini.” Cloud menyambut dengan sangat ramah saat Thea datang ke perusahaannya. Diam-diam Cloud menilai penampilan Thea yang dia rasa sangat sopan dan elegan. Berbeda sekali dengan Thea yang dulu dia temui di Overnight club. Cloud tahu kalau Aditya sedikit banyak pasti ikut berperan dalam perubahan penampilan Thea ini. “Bu Cloud, Anda tidak perlu bicara begitu,” balas Thea.” Senyuman yang tampak dari bibirnya seperti orang yang sedang tertekan, hingga membuat Cloud curiga dan bertanya apa ada masalah yang mungkin membebani Thea. “Saya sudah tahu. Aditya sudah bercerita semua tentang masa lalu saya.” Bibir Cloud yang melengkung tipis seketika menutup. Tentu saja wanita itu kaget, tidak siap mendengar Thea mengatakan hal ini. Sebagai orang yang merasa berhutang budi, Cloud pun merasa bersalah. Meskipun, jika dipikir lagi, peristiwa nahas yang menimpa Thea memiliki hikmah tersendiri. Thea bisa berubah dan lepas dari pekerjaan menjadi kupu-kupu
Mungkin semua orang pernah mengalami hal seperti yang Cloud rasakan sekarang, saat terburu-buru pergi ke suatu tempat, entah kenapa waktu terasa berjalan sangat lambat. Banyak hal-hal yang membuat perjalanan seperti terhambat. Cloud sampai harus membuka kaca jendela dan bertanya ke pengendara motor yang datang dari arah berlawanan. “Maaf, di depan ada apa ya Pak?” “Ada kecelakaan, Bu. Lebih baik putar balik saja.” Cloud memgucapkan terima kasih kemudian menoleh ke kiri, kanan lalu belakang. Dia seketika lemas karena posisi mobilnya benar-benar terjebak. Tidak mungkin juga baginya putar balik di jalan yang seramai ini. Cloud menyandarkan punggung ke kursi lalu memijat pelipis, berpikir pasti Nic sudah lebih dulu sampai di penjara. Cloud sendiri gelisah, mulai muncul pikiran-pikiran buruk di kepalanya hingga dia memutuskan menghubungi Nic. “Nic.” “Hei!” Nada suara Nic yang biasa sedikit membuat Cloud bernapas lega. Meskipun bingung menjelaskan mulai dari mana, tapi dia bertekad a
"Sok tahu, pria tua sepertimu memang suka seenaknya sendiri mengambil kesimpulan seolah tahu segalanya." Wajah Nic tetap seperti tadi. Mencibir Doni, merendahkan pamannya sendiri seolah tak memiliki harga diri."Berhenti mengusik lagi, atau aku tidak akan segan melakukan hal yang tidak akan pernah kamu bayangkan." Nic mendekatkan wajahnya dan bicara dengan nada suara lirih. "Hati-hatilah memasukkan makanan dan minuman ke dalam mulutmu, kamu tidak akan pernah tahu makanan mana yang akan membawamu ke alam baka."Doni melebarkan manik mata, kaget setengah mati mendengar kalimat ancaman Nic yang sangat mengerikan itu. Doni berpikir mungkinkah Nic sudah berubah menjadi psikopat karena bisa dengan mudah mengancam menggunakan kalimat yang mengerikan. Setelah menyampaikan semua yang ada di kepala, Nic pun beranjak pergi dari hadapan Doni. Dia bahkan tidak pamit atau sekadar mengucapkan kalimat perpisahan ke pamannya itu.Nic melangkah tegap menyembunyikan perasaannya yang kacau. Bagaimanapun
Cloud tahu suasana hati Nic yang buruk pasti akan sedikit membaik jika dia memberikan pelayanan plus dua satu. Meyakini hal itu, Cloud tanpa ragu meraba milik Nic dan memijatnya lembut menggunakan jemari. Dia Meloloskan penutup bagian bawah pria itu sampai tak ada lagi yang menghalangi telapak tangannya untuk menggenggam dan memberikan pijatan lembut. Nic sendiri selalu pasrah dan menikmati apa yang Cloud lakukan. Dia sangat menikmati aktivitas yang satu ini sejak dulu meski dengan cara yang jauh sangat berbeda. Dulu dia tidak pernah peduli perasaan Cloud dan apa yang wanita itu inginkan. Apakah Cloud puas atau tidak, dirinya sama sekali tak peduli. Yang Nic pikirkan hanya kepuasannya dan membuat Cloud terlihat sangat tak berharga.Namun, kali ini jelas sudah sangat berbeda. Nic tidak ingin egois dalam segala hal termasuk soal urusan ranjang. Nic memejamkan mata, mengerang halus saat miliknya dimanjakan oleh lidah dan tangan Cloud. Dia sama sekali tak memberi arahan, karena wanita
"Coba kamu hubungi dia dulu, aku akan mengikuti jadwalnya karena aku yang berkepentingan."Cloud menggerakkan badan untuk berbalik ke arah Nic. Pria itu tersenyum sambil membelai pipinya kemudian mendaratkan kecupan di kening."Oke, nanti aku hubungi kak Gama." Cloud menyentuh pipi Nic, tersenyum manis meski di dalam hati agak sedikit miris membayangkan kalau suaminya hanya sedang menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. "Cloud, kenapa kamu tadi bilang lebih mencintaiku dari pada Kala? Bukankah kamu mengandung dan melahirkannya?"Nic ternyata memikirkan ucapan Cloud tadi. Dia heran, bukankah bagi seorang ibu anak adalah segalanya?"Karena Kala setelah besar nanti pasti akan menemukan wanita yang dia cintai, anak itu akan memiliki hidupnya sendiri. Pada akhirnya aku hanya akan memiliki dirimu, untuk itu aku lebih mencintaimu dari pada Kala," balas Cloud. Nic diam membeku, bibirnya kelu dan hanya bisa memandangi wajah Cloud yang seketika membuatnya terharu."Wah .... wah ...." Nic t
"Mama mana? Aku mau ke kamar liat Mama!" Kala berlari masuk ke dalam rumah saat Nina baru saja mengantarnya pulang. Kekasih Rio itu langsung putar balik setelah Kala masuk bersama mbok Cicih. Melihat mobil Cloud, Kala tahu mamanya sudah pulang. Anak itu sepertinya tak sabar untuk menceritakan sesuatu. Namun, baru sampai depan pintu. Anak itu dihadang oleh Nic. Kala jelas kaget sampai tertegun, apalagi Nic seketika meraupnya ke dalam gendongan dan mengajak ke kamarnya sendiri."Aku mau ketemu Mama, kenapa Papa juga sudah pulang? Apa Papa tidak lembur di kantor?" Tanya Kala dengan polosnya. Nic sendiri menggeleng, berjalan terus ke kamar Kala lalu membuka pintu, dia menurunkan sang putra di atas kasur, sedangkan Kala sendiri dibuat heran hingga memandangi wajahnya menunggu jawaban kenapa malah membawa ke kamar."Aku mau ketemu Mama dulu," rengek Kala."Mama sedang tidur, dia capek."Nic beranjak menuju lemari Kala, mengambil handuk dan baju ganti Kala setelah itu meletakkannya ke ran