Share

Bab 107 Kehendak Sendiri

Rania sekali lagi membungkam mulutnya. Seakan setiap bagian bibirnya enggan untuk bergerak, hanya diam memandangi tubuh Tama yang masih lemah namun penuh tekad itu. Tidak perlu diulang dua kali agar Rania bisa mengerti, jika Tama sudah menyesal dan berjanji akan berubah. Namun hatinya diliputi perasaan yang bercabang dua, antara ingin menerima permintaan maaf itu, namun juga takut disakiti lagi.

“Jangan bilang apa-apa lagi, Tama. Kondisimu yang lebih penting,” ucap Rania pelan, menolak untuk memandang langsung ke arah mata Tama.

Tama menggerakkan kepalanya, beralih ke sisi yang lain. Dia kelelahan. Membujuk Rania, dalam kondisinya yang baru saja pulih, sangatlah melelahkan. Dia pun setuju dengan saran Rania agar sebaiknya dia diam.

“Aku keluar sebentar. Aku ingin memberitahu Ibu kalau kamu sudah bangun,” izin Rania. Dia beranjak berdiri setelah mengeluarkan ponselnya dari saku celana.

Sementara Rania sedang berada di luar ruangannya, kepala Tama terasa sangat sakit ketika dia mencoba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status