Belum sempat menjawab, Sarah sudah dibuat merasa geli ketika jari-jari Adipati menjelajahi area vital bawah miliknya. "Pa-man," desis Sarah.Pria itu hanya tersenyum nakal sambil terus meluncurkan serangan-serangan yang dia rindu untuk dilakukan."Aku sudah rindu untuk bercinta denganmu, Sayang," terus terang Adipati. Sejak Sarah sakit, dia sudah lama tidak mendapatkan kepuasan batin sama sekali. Dan sekarang, saat istrinya sembuh, Adipati yang sudah sangat merindukan Sarah dan juga merasa bahagia atas kesembuhan istrinya itu, merasa ingin melakukan hubungan untuk menumpahkan hasrat yang selama ini dipendam.Sekali lagi tubuh Sarah menggelinjang, saat satu jari Adipati lolos masuk ke pusat vital miliknya. "Ahhh," desah Sarah sambil memejamkan matanya.Lagi-lagi Adipati tersenyum puas dengan ekspresi wajah yang Sarah tunjukkan. Hasrat Adipati semakin bergelora, ia langsung menyingkap kaos yang dikenakan istrinya ke atas, sehingga terlihat jelas bra berukuran cup B maksimal berwarna h
"Tuan, saya sudah mendapatkan informasi dari semua daftar nama yang Anda kirimkan."Adipati langsung berdiri dari kursinya. "Bagus. Jemput aku sekarang.""Baik, Tuan."****Adipati mengambil jasnya yang tergantung, lalu menyampirkan ke lengan kirinya. Ia langsung keluar ruang kerjanya dengan tergesa.Sarah yang sedang berada di ruang tv bersama Layla mengernyit, kala melihat suami berjalan dengan cepat."Paman," panggil Sarah. Adipati sontak menghentikan langkahnya."Kau mau pergi kemana?" lanjut Sarah sembari menghampiri suaminya."Aku akan bertemu beberapa orang anak buah Arthajaya.""Apa kau akan pergi sendiri? Aku akan ikut denganmu." "Aku akan pergi bersama Romi. Aku tidak ingin melibatkanmu dahulu di masa kehamilan mu sekarang. Dan kau dilarang pergi kemanapun tanpa Ibu. Paham?!" Adipati memberi penekanan untuk memperingatkan Sarah agar tidak terjadi kejadian yang sama seperti sebelumnya.Sarah mencebik kesal, namun ia akhirnya mengangguk juga. Dia sudah berjanji akan menuruti
Tatapan Andreas semakin tajam. Demikian juga Adipati. Untuk beberapa saat mereka beradu tatap, lalu Andreas berdiri hendak meninggalkan meja itu.Namun belum sempat melangkah ia mengurungkan niatnya, karena ia merasakan pucuk pistol yang sudah di todongkan di pinggulnya oleh Romi yang duduk di belakangnya.Andreas tersenyum miring. Menyadari dirinya dikepung, akhirnya ia duduk kembali di kursinya.Andreas terlihat menghela napas. "Apa yang kalian inginkan?" "Aku sudah mengatakannya," balas Adipati sambil menyesap es americano kembali.Sedangkan Romi masih di kursinya dan sudah kembali menyimpan pistolnya."Aku hanya bekerja. Dan sesuai prosedur, membocorkan identitas pelanggan adalah pelanggaran."Adipati juga sangat paham tentang itu, tapi dia akan terus memburu Andreas untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan."Aku bisa membayarmu lebih darinya. Tapi aku yakin kau tidak akan tertarik padaku."Andreas tertawa mengejek. "Apa kau kira uang bisa membeliku?""Bisa, tapi saat kau tida
"Paman, bagaimana hasilnya?" tanya Sarah saat menyambut kedatangan suaminya."Dia pasti mau bekerja sama. Kita tinggal menunggu dia menghubungiku. Aku yakin, saat ini dia sedang bergelut dengan pemikirannya.""Apa maksud Paman?" Adipati hanya mengulas senyum melirik Romi. "Oh ya, bukankah kau merindukan Romi? Dia sudah ada disini." Romi yang mendengarnya tertegun. Apa dia tidak salah dengar? Istri dari tuannya merindukannya? Ia merasa canggung setelah mendengar perkataan tuannya. "Oh kau benar, Paman. Aku merindukan Paman Romi, karena biasanya Paman selalu ada disekitar kami. Namun beberapa waktu ini kau tidak ada rasanya ada yang berbeda."Romi mengulas senyum malu. Namun sekaligus senang karena kehadirannya rupanya dianggap berarti bagi keluarga tuannya."Terima kasih, Nyonya. Belakangan ini saya memang sangat sibuk. Bahkan untuk waktu berkencan saja saya tidak sempat.""Ah, maafkan aku, Paman. Karena diriku Paman sampai tidak bisa berkencan.""Itu tidak masalah, Nyonya. Aku memi
Sarah yang kesal langsung meletakkan gelas jus itu ke meja dan kembali ke ruang santai, dimana suaminya dan Romi berada.Sarah menghentikan langkahnya tiba-tiba saat hendak menghampiri mereka. Sarah memicingkan mata mengintai diam-diam, sebelum muncul di hadapan mereka. Ia melihat Romi dan Adipati sangat lahap memakan kue kering itu."Awas saja kalian," geram Sarah dari balik pintu sana.Sarah memiliki sebuah ide jahil. Ia memutuskan putar balik dan kembali ke dapur. Layla yang melihat Sarah kembali mengernyitkan dahi heran lalu mengabaikannya. Sarah membuka lemari es dan mengeluarkan sebuah cerek berisi orange juice lainnya. Kemudian menuangkannya ke dalam dua gelas yang lebih besar lagi. Sarah tersenyum licik. Dia langsung mengambil baki lagi dan membawa jus itu ke depan. "Paman, setelah kupikir-pikir suasana panas seperti ini sangat cocok minum jus yang dingin. Aku membawa jus lagi untuk kalian."Adipati dan Romi membulatkan kedua matanya bersamaan. Mereka tidak dapat menolak p
"Posisi 69, posisi seperti apa itu, Paman?" tanya Sarah polos.Adipati langsung memberikan arahan posisi yang dia maksud. Sarah yang mendapatkan pengalaman baru mengenai ritual dewasa untuk menyenangkan suaminya itu tersenyum malu-malu."Kita lakukan bersama," Keduanya pun melakukan adegan dengan posisi itu lebih lanjut. Keduanya juga mendesah bersahutan hingga mencapai puncak bersamaan.****Drrrt."Apa bisa kau memberikan ku bukti yang lebih kuat?" tanya seorang pria dari suatu tempat. "Pertemukan aku dengan mereka," lanjutnya.Adipati tersenyum miring. "Tidak masalah. Datanglah ke alamat yang ku kirim. Kau akan menemui mereka di sana.""Andreas langsung menutup ponselnya. Dia menunggu alamat yang dimaksud oleh adipati." Ting.Sebuah pesan. Segera, Andreas membuka pesan itu yang berisi share location sebuah rumah. Andreas tidak membuang waktu. Dia langsung masuk ke dalam mobilnya dan memacu sekencang mungkin menuju lokasi tersebut.****Tok tok tok."Sepertinya dia sudah datang,"
"Apa yang dapat saya lakukan untuk membantu Anda Nyonya?" tanya Andreas pada Layla, pertanda dia menyetujui penawaran Adipati."Aku ingin kau melindungiku dan Sarah, seperti dulu kau melindungiku juga suamiku. Jujur saja, aku tidak percaya dengan apa yang keluarga suamiku katakan. Aku yakin, suamiku masih hidup sampai saat ini."Tiba-tiba Andreas teringat pada sebuah villa yang selalu Roger datangi saat dia merasa depresi. Disana biasanya Roger menghabiskan waktunya untuk minum hingga mabuk sambil memaki sebuah ruangan yang tidak boleh orang lain membukanya.Sejujurnya Andreas sudah merasa penasaran selama ini. Namun dia adalah orang yang patuh. Dia tidak pernah melanggar apa yang dikatakan oleh bosnya, termasuk membuka ruangan rahasia itu. Dan bosnya saat ini adalah seorang Roger Arthajaya."Namun untuk bergerak saat ini, saya merasa sanksi Nyonya.""Apa alasanmu?" tanya Adipati penasaran. Andreas menatap Sarah, "Nona Sarah tidak akan aman. Apalagi jika mereka tahu, Nona Sarah seda
"Mari ikuti saya." Perawat itu kembali masuk.Adipati langsung turut masuk ke ruang bersalin itu tanpa bertanya. Dilihatnya Sarah yang sudah terkulai lemas diatas tempat tidur. Owek Owek Owek.Tangisan bayi mungil yang masih merah itu menghiasi ruangan. Adipati langsung memberikan kecupan penuh syukur di kening sang istri.Lalu seorang perawat mendekati mereka, dan meletakkan si bayi di atas dada Sarah. Air mata Sarah tidak terbendung, hatinya begitu bahagia saat melihat putra kecilnya terlahir dengan selamat."Selamat, Tuan. Putra Anda lahir dengan selamat dan sangat sehat," ucap perawat itu.Ujung kedua mata Adipati juga mulai basah. Segera ia mengusapnya. Ya, Adipati sedang terlalu bahagia atas kelahiran putra pertamanya. Setelah beberapa detik, perawat itu kembali mengambil bayi tersebut untuk dibersihkan.Adipati menciumi Sarah beberapa kali sambil memeluknya. "Terima kasih, Sayang. Kau sangat hebat. Dan selamat. Kau telah menjadi seorang Ibu,"Sarah mencebik, air matanya menga